Bab 3

49.1K 3.3K 25
                                    

Jagad mengamati perempuan yang selisih lima tahun lebih muda darinya. Beberapa kali main ke rumah Gandi, ia selalu bertemu dengan Raya. Sayangnya, Adik temannya itu tidak pernah bersikap ramah padanya. Padahal Jagad ingin sekali mempunyai kesempatan untuk mengobrol dengan Raya.

Pertama kali bertemu dengan Raya saat Jagad SMP. Ia bersekolah di tempat yang sama dengan Gandi dan kebetulan berada di kelas yang sama. Jagad dan Gandi menjadi satu kelompok untuk mengerjakan sebuah tugas. Karena jarak rumah Gandi tidak terlalu jauh dari sekolah, akhirnya mereka berdua memutuskan kerja kelompok di rumah Gandi. Di saat itulah pertama kali ia bertemu sosok Raya.

Seorang gadis kecil yang selalu memakai aksesoris bando di kepalanya. Pakaian Raya selalu cerah, cocok dengan kulitnya yang putih. Saat pertama bertemu, Gandi belum merasa tertarik dengan Raya. Ditambah lagi Raya lebih sering nangis saat digoda oleh Gandi.

Keterkarikatan Jagad bermula saat Raya kelas enam, menjelang masuk ke jenjang SMP. Di saat itulah ia memandang Adik temannya dengan tatapan berbeda. Semakin diperhatikan, Raya tumbuh menjadi gadis manis dan periang. Walaupun beberapa kali masih suka menangis karena digoda oleh Gandi, tapi bagi Jagad cara Raya menangis membuat perempuan itu terlihat lebih imut.

Tiba-tiba Jagad Sadar kalau kelopak mata Raya mulai bergerak-gerak. Ia menjauhkan dirinya dari perempuan itu. Benar saja, tak lama Raya mulai bangun.

Dengan perlahan Raya membuka matanya, menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke matanya. Tubuhnya langsung bangun saat melihat Jagad ada di sebelahnya.

"Jangan langsung bangun biar nggak pusing." Jagad membaringkan kembali tubuh Raya ke sofa.

Raya menyingkirkan tangan Jagad dari pundaknya. "Mas Gandi mana?" tanyanya begitu sudah bangun dari posisi tidurnya. Ia duduk bersandar di sofa dengan tatapan tertuju pada Jagad.

"Gandi lagi ke kamar mandi. Katanya lagi sakit perut."

Raya memejamkan matanya sejenak. Kemudian ia teringat dengan kakinya yang terluka karena pecahan mangkok. Seketika tatapannya tertuju pada kakinya. Sudah ada plester menempel di sana.

Jagad mengikuti arah tatapan Raya. Seakan tahu dengan apa yang dipikirkan Raya, ia akhirnya membuka suaranya. "Sudah diobati sama Gandi."

"Pecahan kacanya?"

"Udah aku beresin."

"Makasih," ucap Raya pelan. Kemudian ia beranjak dari sofa menaiki satu persatu anak tangga dengan perlahan. Sampai di kamar, ia segera melanjutkan menyelesaikan tugasnya.

Sedangkan di lantai bawah, Gandi kebingungan saat keluar dari kamar mandi sudah tidak mendapati Adiknya di sofa.

"Raya mana?"

"Udah naik ke atas."

Gandi berjalan menaiki tangga, diikuti oleh Jagad di belakangnya. Sesampainya di depan pintu kamar Adiknya, tangannya langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dulu.

"Ketuk dulu!" teriak Raya saat pintu kamarnya dibuka begitu saja.

Baru saja pintu terbuka, tangan Gandi menarik kembali pintu kamar Raya sampai tertutup. Baru setelah itu tangannya terangkat untuk mengetuk. Kemudian ia membuka kamar Adiknya perlahan.

"Ada apa?" tanya Raya memutar kursi yang ia duduki menghadap ke arah pintu kamarnya yang terbuka. Di sana ada Gandi yang berdiri di tengah-tengah pintu. Di belakang Gandi ada sosok Jagad yang tengah memperhatikannya.

"Kakimu masih sakit, nggak?"

Raya menggeleng. "Nggak usah cerita Ibu kalo mangkoknya pecah kena kakiku."

Jagad Raya [Completed]Where stories live. Discover now