Bab 7

47K 3.8K 42
                                    

Sudah hampir satu minggu Raya kembali ke Malang, tapi belum ada kegaiatan berarti yang ia lakukan. Selama ini ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Makan, tidur, menonton film, begitu terus siklus hidupnya selama satu minggu ini. Pernah satu kali ia datang ke toko untuk membantu orang tuanya, tapi ia hanya bertahan dua jam. Otaknya sudah lelah menghitung uang-uang di toko. Akhirnya ia memilih kembali ke rumah dan bermalas-malasan seperti pengangguran pada umumnya.

Tapi, berbeda dengan hari ini. Khusu hari ini Raya akhirnya bisa keluar rumah. Ia sudah memiliki janji dengan Senia, salah satu teman baiknya saat ia sekolah.

"Udah seminggu balik ke Malang, tapi nggak nelfon aku sama sekali?" tanya Senia dengan memasang wajah sebal.

Raya berdecak. "Waktu aku ngabari mau balik ke Malang, kamu bilang kalo lagi sibuk-sibuknya. Makanya aku nggak mau ganggu waktumu."

Senia menampilkan cengiran lebar. "Kan kita bisa ketemu malam setelah aku balik dari kantor."

"Terus, aku langsung diusir dari rumah karena pulang terlalu malam?" sahut Raya cepat.

Senia tertawa. "Orang tuamu masih seketat dulu?"

Raya menarik napas panjang, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku ngerasa agak bebas waktu di Surabaya. Pulang malam, nggak ada yang ngomel-ngomel."

"Pantas kamu disuruh balik ke Malang. Takut kamu makin liar kalo dibiarin tinggal lama di Surabaya," ucap Senia dengan kekehan.

Raya memutar bola matanya malas.

"Bakal seterusnya di Malang, atau ada kemungkinan balik ke Surabaya?"

Raya bertopang dagu. "Menurutmu, aku ada kemungkinan bisa balik ke Surabaya?" tanyanya balik.

Senia menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengingat sifat orang tua Raya, bisa dipastikan seribu persen kalau temannya itu tidak akan kembali ke kota pahlawan.

"Seminggu ini aku kayak pengangguran," keluh Raya dengan helaan napas berat.

"Kan emang pengangguran," sahut Senia santai. Kalau bukan sahabatnya, mana mungkin ia berani menyahuti sesantai ini.

"Sumpah ya, aku tuh gabut banget. Bahkan aku bisa namatin satu drama perhari saking nggak ada kerjaan," ucap Raya mulai bercerita. "Dari pagi sampai malam, aku nongkrong di genteng cuma buat nonton drama."

"Emang orang gila."

"Makanya, kasihanilah temanmu yang gabut ini," ucap Raya memang tampang memelas.

"Besok Sabtu aku temenin jalan deh. Kamu mau kemana?"

"Aku sih bebas mau kemana aja. Pokoknya nggak di rumah," ucap Raya langsung sumringah. "Pengertian banget deh jadi teman. Emang teman ter-the best," tambahnya.

"Tapi...." Senia sengaja menggantung ucapannya. Ia menatap Raya penuh arti.

"Tapi apa?" tanya

Senia berdeham keras. "Aku minta nomornya Masmu."

"Oh ... modusmu," cibir Raya saat mengerti ternyata ada udang dibalik batu. Kebaikan temannya ternyata .

"Udah lama banget nggak ketemu sama Masmu. Tiap kamu pulang ke Malang, kita selalu ketemuan di luar."

"Walaupun aku di Surabaya, kamu kan bisa main ke rumahku," ucap Raya menatap Senia. "Ibu sama Bapakku nggak mungkin ngusir kamu."

"Terus, kamu nyuruh aku main ke rumahmu dalam keadaan kosong?" tanya Senia menimpali. "Tiap hari rumahmu selalu nggak ada orang. Bapak sama Ibumu ke toko. Masmu juga pasti kerja."

Jagad Raya [Completed]Where stories live. Discover now