prolog

341 154 55
                                    


Ini lebaran pertama, selamat membaca! Semoga bisa terhibur karna mereka!





******

"WOOHH ANAK ANJING LOH!"

"Lah loh apaaan, hah? BENIH-NYA!"

Azoya berdecak, mendengus kesal mendengar keributan di luar kamarnya yang tak lain tak bukan dua kakanya.

Mau istirahat leha-leha di ranjang empuknya setelah selesai kegiatan sekolah sambil scroll sosial media cowok cowok ganteng impiannya, malah dibuat tekanan mental.

"Ais, sesama Anjing, ya, kali salah-nyalahin! Gue yang masuk keluarga anjing b aja, tuh!"

Ia meletakkan smartphone, bangkit dari posisi terlentang-nya. Kadang Azoya berpikir rasanya ingin menikah muda saja, sehingga bisa meninggalkan rumah secepatnya Hidup damai dan tentara tanpa harus bercekcok dengan Kaka-kakanya yang tidak pernah peduli dengannya.

Bahkan mungkin jika bisa, mereka akan menyingkirkan Azoya. Sayang Azoya sudah punya jimat anti pelet santet dan semacamnya yang ia beli di toko sembako seharga lima ribu.

Nyawanya aman. Begitulah pemikiran remaja perempuan itu.

"Alah, banyak bacot loh berdua! Noh, pisau didapur nganggur! Celurit, paku, geragaji, sianida juga ada!" dumel Azoya sambil mengacak-acak rambut kusut khas orang gembel di pagi hari.

Dua cowok yang sedang berada argumen menatap sinis, seolah berkata jangan ikut campur kepada Azoya.

"Ya, loh pada berisik. Ricuh! Gue ngayal dicium cogan, kan, jadi jeda! Padahal lagi panas panasnya."

Ia melengos melawati mereka begitu saja. Kamarnya tetap dimuka ruang keluarga, dimana masing-masing berkumpul kalau tidak sibuk berhalu ria dikamar.

Kavan, adiknya tengah tiduran tengkurap dilantai, menatap televisi dengan berbinar yang menampilkan kolegrafi idol K-Pop idolanya yang disiarkan disana. Ia seorang K-Popers multi fandom yang kini merajut mimpi menjadi idol mudah ngayal.

Azoya yang merasa Kavan hanya menghalangi jalan, ia begitu saja melangkahi tubuh cowok itu sampai sedikit tersandung.

"Elah, dijalan mulu, loh! Kaya rambu-rambu."

Kavan menoleh tidak terima, dia yang hampir terinjak malah dia jua yang kena. "Loh-nya aja mata buram. Main hp sehari, ketawa ketiwi kaya orang punya pacar. Halah, anak tetangga yang kumisan aja kabur kali liat loh."

Azoya berbalik kembali, menendang tubuh adiknya dengan kurang ajar. Kaca menunjuknya tidak terima.

Kavan meringis. Ia berdiri sejenak. "Penganiyaan! Awas tar kalau gue debut di SM, gue bilang kalo dulu sering di aniaya Kaka sendiri. Abis loh di-bully kavlov."

"Apaan, tuh, makanan ato semacam rengginang?"

Kavan berduduk seketika, memanyunkan bibirnya menatap kakanya. "Yeee, seenaknya! Kavan loverss. Nama penggemar gue. Nanti tapi, pas, gue udah debut."

Azoya manggut-mangut mendengarkan penjelasan adiknya menyombongkan diri. Tampang pas-pasan tapi gayanya sudah seperti artis terkenal. Begitulah Kavan, jangan heran kalau bertemu dengannya di jalan.

"Iya-in dah." jawab Azoya. "Noh, muka sekolah gue ada agensi baru buka! Mending izin daftar gih sama papi. Siapa tau, kan, setara zayyan xodiak."

Kavan yang kadang sesekali menatap televisi, kembali menoleh ke Azoya.
"Hah, serius elah? Agensi apaan dah? Perasaan gak ada beritanya."

"Yeeeeee kagak percaya. Anak Pak Samsul noh, tetangganya Geva  kemarin debut disana. Sampe viral di tiktok, tranding topik, deh," kata Azoya meyakinkan.

"MASA? Wah, gue harus bilang Papi, nih!"

Kavan buru buru beranjak mencari telpon di ruangan keluarga. Menoleh ke dua abangnya yang sudah baikan. Mungkin beberapa menit lagi kumat. Kavan menggoyang goyangkan bahu Abian saking senangnya, sampai hendak memeluknya. Beta di kursi seberang sana bergidik negeri melihat adeknya cengengesan.

"Bang! Bang! Gue mau debut, bang! Doin gue bang! Gue mau jadi idol UHUYYYY!"

"Kenapa, nih bocah, Ta?" tanya Abian ke Beta yang asik dengan bukunya, menoleh sebentar meneliti kondisi adek bungsunya, lalu kembali fokus ke buku.

"Obat jiwanya kadaluarsa."

Kavan mencerocos berharap mereka percaya. "Gue mau debut benarkan kali. Anak om Samsul, sih, Jukipli yang suka nyengir-nyengir sendiri di depan kompek, debut jadi idol kemarin!"

"Apa lah gue? ganteng cetar aduhai. Duhh, kak, Abang, om untung banget loh punya adek artis. Tar gue cariin jamet sepesial buat loh deh. Yang montok buatan mantan," tambah kavan kelewatan senangnya.

Ia memeluk meluk bantal senang, memukul juga mencium bantal Azoya yang tergelatak disana. Gak tau aja Azoya kalau tidur ilernya nampung disana, Abian sampai Beta bergidik jijik.

"Sakit jiwa," batin Beta dalam hati.

"Yeeee iri bilang, Bo!"

Abian disamping Kavan menggeleng-geleng mengscroll sosial media. Di rumahnya memang pada sakit jiwa, turunan kedua orang tuanya yang rada-rada. Jadi gimana tidak makin parah mereka, tapi Abian pengecualian menurutnya.

"Eh, bentar. Ini Jukipli, kan? Anjay di angkut petugas rumah sakit jiwa, kemarin elah."

Kavan yang hampir tenggelam di hanyalah menjadi model iklan shampo Korea terkenal, dipeluk cewek-cewek cantik kawaii pun tertarik ke dunia nyata. Ia mendekat ke Abian, melihat apa yang kakanya lontarkan di smartphone. Benar, Jukipli masuk rumah sakit jiwa.

"BWAHAHAHA."

Mereka pun sontak tertawa terbahak bahak kecuali Kavan. Ia berdecak, lagi lagi dikibulin padahal ia seolah sudah terbang setinggi pohon pisang, eh, malah dihempaskan. Kejam.

Azoya datang dari dapur sambil meminum jus buah seminggu lalu yang didapat dari meminta si acara nikahan. Ia melangkah santai.

"Mau gue daftarin gak, Van? Biar setenar Jukipli?" tawar Azoya di lanjutkan tawa pecah kedua Kaka.

"BWAHAHAHA."

Kavan menggelang melirik semua kakanya, bibirnya manyun tak dapat terima kenyataan. Kavan menyakini, kalau ia anak pungut disini. Memang, dia bukan bagian dari spesies kebun binatang ini.

****


Dedek Kavan

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Dedek Kavan

STOP SINGLE(Tahap Revisi)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें