"Tunggu sebentar." Ucap Alena menarik lengan baju Gino yang akan kembali masuk kedalam ruangan. "Saya dimana?" Lanjut Alena.

"Jangan pura-pura amnesia." Balas Gino kembali masuk ke dalam ruangan yang meninggalkan Alena yang menatapnya dengan bingung.

Alena yang di tinggalkan di luar ruangan rapat tidak tahu untuk berjalan ke arah mana dan apa yang harus dia lakukan.

Semalam yang Alena ingat kalau dia habis mencari lowongan pekerjaan di sosial media, sampai dia tertidur, tapi entah kenapa bangun-bangun dia sudah berada disini dan memalukan lagi dia tertidur di ruangan yang tidak dia kenal serta di perhatikan oleh banyak orang, yang menurutnya orang tersebut merupakan orang-orang penting, karena semuanya berpakaian rapi dan memakai jas.

Orang-orang yang lewat di depan Alena menatap Alena dengan simpatik dan juga ada tatapan cemburu mereka ke Alena yang buat Alena sendiri tambah heran.

Tidak lama Alena berdiri di luar ruangan rapat, dia juga melihat orang yang sedang rapat tadi sudah keluar dan dipimpin oleh cowok yang tadi berdiri sendiri di depan.

"Ayok ikut." Ucap Gino melihat Alena yang masih menunggu mereka keluar.

Alena mendengar itu dengan patuh mengikuti mereka sampai masuk ke dalam lift walaupun dengan tatapan tajam cowok tersebut yang di yakini Alena kalau dia bosnya.

Alena yang melihat hanya mereka bertiga aja yang ada di dalam lift langsung melihat ke cowok yang tadi yang berbicara dengannya.

Gino yang melihat Alena yang menatapnya dengan heran dan tanda tanya di kepalanya, hanya bisa mengisyaratkan Alena untuk diam.

Masuk ke dalam ruangan yang sangat luas dan indah serta barang-barang yang ada di dalam ruangan tertata rapi buat Alena sangat kagum, Alena baru pertama kali melihat ruangan seperti ini dan berada di gedung yang tinggi.

"Duduk." Suruh Mahesa yang melihat Alena yang sangat penasaran dengan ruangannya dan ada tatapan kagum di matanya. "Jelaskan." Lanjut Mahesa memerintahkan Gino yang berdiri di sampingnya yang sudah berisi surat perjanjian yang harus Alena patuhi selama bekerja dengan dia disini.

"Hal yang kamu perhatikan selama menjadi sekretaris disini;
1. Jangan pernah bersentuhan kulit dengan bos.
2. Harus patuh dan ikuti perintah bos.
3. Dalam pekerjaan harus sempurna dan tidak boleh salah sedikitpun.
4. Kalau ada perempuan yang ingin mendekati bos, kamu harus segera mengusirnya.
5. Kalau bos membutuhkan kamu, harus siap dua empat jam dalam keadaan apapun." Jelas Gino yang sudah membacakan peraturan kerja sebagai sekretaris perempuan Mahesa yang baru di buat dengan bosnya semalam. "Apa kamu sudah paham?" Lanjut Gino.

Sedangkan Mahesa cuma diam di kursinya dan menunggu Alena untuk setuju dengan peraturan yang dia buat.

"Tunggu sebentar, saya gak tahu ini dimana dan kalian siapa?" Tanya Alena menatap mereka dengan heran. "Aaa, kepala saya sakit." Lanjut Alena memegang kepalanya sakit dan tiba-tiba dia langsung pingsan dan terjatuh dari kursi yang dia duduki.

"Merepotkan." Ucap Mahesa melihat Alena yang pingsan dan berjalan menghampiri Alena dengan Gino. "Bangun." Lanjut Mahesa yang mendorong Alena dengan penggaris yang dia pegang.

"Kayaknya dia memang pingsan benaran bos." Ucap Gino yang telah lama mengamati Alena.

Alena yang sedang pingsan, melihat ada cewek yang juga mirip dengannya yang sedang berdiri di depannya.

"Tubuh saya milik kamu, saya tahu kalau kamu ingin mempunyai keluarga dan juga ingin memiliki pekerjaan." Ucap Alena sebelumnya. "Saya juga bernama Alena dan sekarang kamu berada di tubuh saya, kamu sekarang bekerja sebagai sekretaris Mahesa." Lanjut Alena sebelumnya.

"Kenapa saya disini?" Tanya Alena.

"Karena saya gak sekuat kamu untuk menjalani takdir kedepannya dan saya ingin bebas." Balas Alena sebelumnya dan langsung hilang dari hadapan Alena.

Sebelum bangun membuka matanya, Alena juga menerima ingatan dari Alena sebelumnya.

Membuka matanya, Alena melihat dirinya yang sudah berada di kursi dan melihat Mahesa yang sedang bekerja di kursinya.

"Sudah bangun?" Tanya Mahesa merasakan ada tatapan yang memperhatikannya.

"Iya bos." Balas Alena yang segera duduk di kursi yang sudah tahu ternyata Mahesa ternyata bos-nya.

"Bagus." Ucap Mahesa yang tidak mau repot-repot berbicara dengan Alena lagi.

"Ada yang bisa saya bantu bos?" Tanya Alena.

" Saya gak perlu bantuan kamu, mendingan kamu kembali keluar." Usir Mahesa yang sudah habis toleransi terhadap Alena, kalau bukan mamanya yang menangis untuk menyuruhnya untuk menerima Alena sebagai sekretarisnya, dia tidak akan menerima cewek yang merepotkan seperti Alena yang tidak tahu peraturan dan kurang disiplin.

"Baik bos." Ucap Alena yang langsung keluar dari ruangan Mahesa. "Leganya." Lanjut Alena mengusap lehernya yang tadi terasa dingin saat berada satu ruangan dengan Mahesa.

"Kamu sudah sadar?" Tanya Gino yang sedang membawa air putih untuk Alena, bukannya air putih tidak ada di ruangan bosnya tapi bosnya itu tidak akan rela kalau barang-barangnya harus di sentuh oleh orang lain.

"Iya, makasih pak Gino." Ucap Alena yang tersenyum lembut ke Gino yang menghilangkan tatapan asing tadi ke Gino.

"Sekarang kamu sudah ingat saya?" Tanya Gino yang mendengar Alena sudah memanggil namanya.

"Hmm." Dehem Mahesa. "Saya tidak membayar kalian untuk mengobrol di depan ruangan saya." Lanjut Mahesa yang membuka pintu ruangannya, saat mendengar orang berbicara di dekat ruangannya yang sangat menggangu dia yang sedang bekerja.

Gino dan Alena yang mendengar suara bos mereka langsung diam. "Saya mau memberitahu Alena tentang pekerjaan yang harus dia lakukan bos." Ucap Gino memberikan alasan.

"Iya bos, karena banyak yang saya tidak tahu tentang perusahaan ini dan apa yang harus saya lakukan." Jelas Alena.

"Jangan bahas disini." Ucap Mahesa kembali menutup pintu ruangannya di depan mereka.

Melihat bos mereka yang kembali masuk, Alena dengan serius meminta bantuan Gino supaya membantunya menjelaskan pekerjaan yang akan dia lakukan sebagai sekretaris Mahesa, karena dalam ingatan yang diterimanya, Gino memang belum memberitahu dia apa yang harus dia lakukan.

Gino yang mendengar ucapan Alena, membawa Alena ke ruangannya, karena dia juga tidak mau di tegur kembali oleh bosnya.

Salah satu peraturan kantor yang harus mereka patuhi terutama di lantai 25 yaitu lantai ruangan Mahesa, mereka dilarang berbicara dan tidak boleh berisik di lantai tersebut, karena itu akan menganggu bos mereka bekerja.

Untuk lantai 25 memang khusus lantai untuk ruangan Mahesa dengan sekretaris dan asistennya.

*****

Suka gak sama cerita barunya?

Mau lanjut atau bagaimana?

Jangan lupa follow, vote dan komennya.

Typo komen aja ya.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Where stories live. Discover now