07

462 53 14
                                    


Aku masih di sini menyusun ulang doa-doa untuk aku layangkan kepada Tuhan
Masih menjadi pertanyaan, apa kamu bisa aku menangkan, atau memang aku sudah kalah namun tetap memaksa dalam meminta.
Tak ada satu pun doa ku yang terlewatkan tanpa namamu.
Tapi setiap doa yang aku lambungkan seakan akan membuat mu semakin jauh, Semakin tidak tau kepastian apakah aku bisa mengapai langit tinggi itu atau tidak.
Jika ketidakmungkinan kita adalah akhir dari jawaban Nya, maka aku sangat berharap Tuhan dengan langsung menghapus rasa ku tanpa menyiksa jiwa yang telah lama menginginkan mu

***

Aya terbangun dari tidur, ia memegang kepalanya yang sakit akibat menangis semalaman, pulang dari pesantren ia menangis, dalam tahajud ia menangis bahkan sampai subuh.

"Aakhh" aya rasa kepala nya hampir meledak

"Sakit banget ya Allah" keluhnya

Ia mengambil ponselnya kemudian melihat jam yang hampir jam 8 pagi.

Untung libur semester telah tiba, jika tidak bagaimana ia mau sekolah dalam kondisi seperti ini.

"Kakak"

Suara bunda nya memasuki kamar aya, Nita mendekati putri nya

"Iya bunda"

"Wajah kakak lesu, sakit sayang" Nita meletakkan tangannya pada kening aya memeriksa suhu tubuh aya

"Panas banget"ucap Nita

"Enggak kok bun, biasa ini cuma panas bentar" balas Aya

"Kalo kakak sakit, ayo ke apotik"

Aya menggeleng, "gak sakit kok"

"Eummm"sang bunda mengangguk

Nita menatap lekat wajah putrinya, wajah aya bengkak dan matanya sayu.

"Kenapa bunda?"aya bertanya sebab melihat bunda yang ragu untuk bicara

"Bunda udah denger perihal semalam"ungkap Nita

"Terus?"

"Eumm, kakak enggak apa apa?"

Aya tiba-tiba tertawa kecil, "memang aya kenapa bun?"

"Bunda denger kakak nangis semalam"

Aya tersenyum tipis, "kakak enggak nangis bun" elak nya

Nita memegang tangan putri nya, ia tau Aya berbohong, padahal semalam jelas-jelas ia mendengar aya menangis sendirian.

"Kak, bunda mau tanya, boleh?"

Aya mengangguk

"Apa berita semalam buat kakak sedih, padahal jelas-jelas ummi hasna pengen kakak yang jadi menantunya"

"Ngapain Aya sedih bun, kan itu lebih baik, ummi hasna pun akan dapet menantu yang lebih baik dari Aya kan? Begitu juga dengan ustadz Misbah"

"Mungkin kami belum berjodoh aja bunda"

"Lagi pula Aya denger dari kia dan hanin semalam, mbak Nanda seorang ustadzah di pesantren tempat ia mengabdi, jadi sangat cocok kan dengan ustadz Misbah"

Nita menghela nafas, "Bunda juga denger, kalo Nanda itu keponakan nya kyai"

"Oh iya, bagus dong" aya mengangguk memaklumi, akan semakin banyak peluang bagi mereka untuk berjodoh, berbeda dengan aya kan ia kurang dari segala hal, bagaimana ia bisa berjodoh dengan seseorang yang jauh di atasnya.

Kalo kata ustadz Agam, "langit pandang lah sebagai langit,  jangan pernah ingin memeluknya"

***

Cinta Yang HabisWhere stories live. Discover now