15 |Malu

8.7K 341 0
                                    

Selamat membaca




/Jangan lari dari takdir, sejatinya takdir tak akan bisa dihindari/

>>>>>>><<<<<

"ZIOGA!!!!"

"HUUU ANGKASAA!!"

"KYAAAA!!!"

"GOLLLL!!"

Para murid bersorak keras mendukung para pangeran mereka yang sedang bermain basket di lapangan. Ona ingin sekali rasanya pergi dari sana akan tetapi dia tidak mungkin meninggalkan Nada. Melihat wajah tegang dan kadang ceria Nada ketika Lion mencetak gol sesekali gadis itu berdiri berteriak memanggil nama Lion menyemangatinya.

Ona hanya diam. Ia mengambil jus alpukat nya menyesapnya sampai tak tersisa. Ia menggerakkan tangannya begitu mendengar suara hp dari sela kantong jaket bewarna hitam yang sedang di kenakannya untuk menutupi pahanya itu.

Dia merogohnya lalu mengambil hp milik Zioga, matanya menatap dengan jelas di layar tertulis mama orang yang menelponnya. Antara ragu dan bimbang Ona bingung harus menjawabnya atau tidak. Hp itu terus berdering membuat Ona gelisah kemudian dia memencet tombol bewarna hijau dilayar itu.

"H-hallo tante?" Jawabnya gelagapan.

"Eh? Berisik banget disana? Kok yang angkat cewek? Zioga nya mana?" Suara wanita diseberang sana terdengar lembut membuat Ona semakin gugup bingung hendak bilang apa.

"Em anu tante. Ini saya Ona, kak Zioga nya lagi lomba basket tan."

Ona mendengarnya dengan jelas di seberang sana mamanya Zioga tengah tertawa halus.

"Oh begitu ya Ona? Ah baiklah. Kalau begitu nanti tolong sampaikan sama Zioga setelah dia selesai tolong hubungi Tante, ya?"

"I-iya tante. "

"Yasudah. Tante tutup dulu, assalamualaikum."

"W-waalaikumsallam."

Sambungannya diputuskan sepihak sama mamanya Zioga. Ona pun kembali meletakkan hp cowok itu kedalam kantong jaketnya kemudian spontan berdiri ikut bersorak gembira karena Zioga dkk memenangkan pertandingannya.

Lahhhh

Dia kembali duduk saat semua mata menatapnya. Dia kikuk menggaruk tengkuknya dan dadanya yang sedikit nyeri.

Bara menghampiri Mentari lalu mengambil minuman ditangan gadis itu meneguknya hingga menyisakan setengah.

"Jangan lupa bayar karena gue doain lo menang tadi!" Ketus Mentari membuat Bara hanya berdehem menanggapinya.

Lion dan yang lainnya menghampiri Ona. Mereka mengambil minuman yang tadi di titip sama Ona dalam kantong kresek. Ona mengerjab ketika Zioga membasahi wajahnya sama air dalam botol Aqua.

Gila!

Ona meneguk salivanya merasakan deguban jantungnya berdetak dua kali lipat. Perasaan menggelitik yang pernah ia rasakan sebelumnya. Tapi Ona bertanya tanya apakah ini perasaan nya ataukah perasaan Melinda?

"Em, kak, anu tadi itu mama kakak nelpon." Ujar Ona gelagapan kepada Zioga.

"Bilang apa dia?" Tanya Zioga.

Ona terkejut sama respon cowok itu.

"Emm dia nyuruh kakak nelpon balik selesai main basket."

Cowok itu hanya menganggukkan kepalanya mengambil jaketnya dari gadis itu. Nada berdiri di sisi Lion membantu mengelap keringat mantannya sama tisu yang sudah dia siapkan sejak tadi. Mereka berbagi tisu sama Boim dan Arel serta Najak juga.

"Em yaudah. Aku mau ke kelas dulu."

Zioga mencekal lengan gadis itu dan memaksanya kembali duduk di tangga.

Dia meneguk salivanya bingung mau mengatakan apa ketika tatapan gadis itu menunjuk padanya seolah berkata kenapa?

"Bentar." Zioga mengambil dompet dan hp nya didalam kantong jaket.

"Eh?" Ona terkejut saat cowok itu menariknya berdiri kembali lalu mengikat jaketnya di pinggang ramping Ona.

Zioga baru menyadari kalau Ona sangat kurus berbeda sama yang biasanya kan kalau sering minum obat obatan jadi sedikit berisi tetapi ini malah kurus.

"Ada noda di belakang sana," katanya pelan menjawab semua kebingungan Ona. Gadis itu tersentak malu. Ah sial dia mau menghilang saja dari bumi! Pantasan dia merasa agak mules dan gak nyaman tadi.

"Nad. Lo sama Lion tolong keluar beli sesuatu sebentar bisa?"

"Kenapa kak?"

"Em—"

"Gue mens." Bisik Ona pelan ditelinga gadis itu.

Nada mengalihkan pandangannya ke bawah melihat jaket Zioga melingkar di pinggangnya.

"Oh yaudah. Bisa kok! Kak Lion mau kan, temenin aku?"

Lion mengangguk tanpa bicara.

"Emm, kalau gitu gue pergi dulu sambil nyari kak Reja mau izin. Ayo kak Lion!"

"Kemana mereka?" Tanya Najak mendekati Zioga bersama Arel dan Boim.

"Ada urusan bentar." Saut Zioga. "Kalian ke kantin duluan aja gue ada urusan sama dia." Katanya pada mereka.

"Oh yaudah. Tapi ntar Lo nyusul kan?"

Zioga mengangguk.

"Ayo cabut!"

Begitu ketiga temannya pergi Zioga melirik Ona yang juga menunduk enggan menatapnya, gadis itu seperti anak kecil yang memainkan tanah menggunakan kakinya.

"Ayo ke toilet gue anterin batas depan sambil nunggu mereka balik."

Ona mengangguk.

Zioga mengetik sesuatu mengirimnya kepada Lion.

Zioga
Beliin penghangat jg blg sama cewe lo.
Sekalian ambil CD sama rok buat cewek itu gnti drmh nya.

Balasan Lion muncul secepat kilat.

Lion
Iya gw sama Nada lagi di jln mau krmh Ona.

Zioga kembali memasukkan hp nya kedalam saku lalu.

"Kayaknya kakak udah biasa ya sama hal begini?" Beo Ona mensejajarkannya langkahnya.

Zioga berdehem.

"Gue punya adek seusia lo."

Pantesan aja dia tau soal perempuan toh ada adek perempuan. Tapi mamanya juga perempuan hahaha.

"Oh ya? Sekolah dimana? Disini?"

"Gak. Dia home schooling dirumah."

Ona mengangguk saja mengiyakannya. Mereka tiba di depan toilet perempuan.

"Gih masuk. Gue tunggu di sini."

"O-oke!"



To be continued

ONA (COMPLETED}Where stories live. Discover now