BAB 4 - HARI YANG MENYENANGKAN

Start from the beginning
                                    

"Iy-iya enggak juga sih"

"Duduk, tunggu sini! Gue mau pesen dulu" titah Adan yang memang sepertinya sudah berlangganan dengan penjualnya

Adan kemudian memesan bubur, setelahnya duduk di hadapan Melodi dengan wajah yang sumringah

Melodi sedikit terheran, "Ini anak kenapa? Seseneng itu emang makan bubur disini?" batin perempuan itu

"Lo pasti bertanya-tanya, 'kan, kenapa gue senyum-senyum nggak jelas?" tebak Adan tepat sasaran

"Kok dia bisa tau?" pikirnya kembali

Sebelum Adan melanjutkan ucapannya, dua mangkok bubur yang di pesan sudah datang

"Buburnya udah jadi, selamat menikmati dua sejoli" ucap Mas Tris sambil terkekeh

"Makasih ya mas" ucap Adan tersenyum

"Kita ini sahabat mas. Udah saya anggap kayak kakak saya ini mah" pungkas Melodi

"Gpp, kok neng. Masih malu-malu, ya pasti? Saya pikir mas Adan ini nggak punya pacar loh" goda mas Tris tertawa "Soalnya kalau makan di sini, mas Adan ini kalo nggak sendirian, ya sama teman-temannya" jelasnya

"Kok bongkar aib sih mas? Malu nih saya" canda Adan

"Yaudah, kalo gitu saya lanjut lagi, ya jualannya" pamit mas Tris pada keduanya

Melodi dan Adan hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka, "Lucu juga mas nya"

"Makasih" ucap Adan dengan percaya dirinya

"Terserah lo, deh." Ucapnya terjeda "Jadi, kenapa lo senyum-senyum nggak jelas" Tanya Melodi

"Gue senang bukan karena makan buburnya, Mel" ucapnya berhenti sebentar "Tapi karena sahabat gue ini sedang menemani gue yang sendirian ini" gelaknya

Melodi terkekeh "Makanya, cari cewek, Dan"

"Gue lagi nggak tertarik sama siapapun"

"Bukannya di kampus lo ada yang ngincer lo, ya?"

Adan yang baru saja ingin menyuapkan bubur ke dalam mulutnya terhenti "Tau dari mana lo?" tanya Adan

"Dari Bian"

"Ember banget tuh orang" Adan kembali menyuapkan bubur yang tertunda tadi

"Siapa namanya, Dan?" tanya Melodi memainkan alisnya

Adan langsung menepuk jidat Melodi pelan "Stop bahas yang nggak penting. Makan!"

Melodi meringis "Sakit tau Dan"

"Makan! Jangan bahas apapun"

Setelah habis dengan dua mangkok bubur, kini keduanya sedang berhenti di hamparan ilalang di pinggir jalan dengan pertunjukkan senja yang mereka saksikan sekarang. Di sampingnya, ada Melodi yang sangat cantik seperti biasanya. Namun terkadang, Adan terlalu takut untuk menebak bagaimana perasaan Melodi saat ini. Benarkah perempuan itu menyayanginya dengan cinta yang telah tumbuh atau masih samar seperti sebelumnya?

"Mel, gue punya tebak-tebakan buat lo" Adan menoleh dengan menatap perempuan di sampingnya

"Hmm...Apa? Jangan susah-susah, ya? Gue lagi males mikir"

"Apa beda nya lo sama senja yang ada di hadapan lo sekarang?"

Tiba-tiba hening, Melodi sibuk mencari jawabannya di dalam benaknya, sedangkan laki-laki yang memberikan soal masih menatap Melodi yang sepertinya perempuan itu sedang berpikir keras untuk menebak jawabannya.

"Kalau senja itu indah, sedangkan gue... Apa, ya? Jelas beda, kan? Senja indah sedangkan gue buluk. Iya, kan? Lo mau ngatain gue, kan?"

Detik itu juga, Adan tergelak. "NO, Mel! Lo salah!"

"Terus apa dong? Lo mau menjebak gue, kan? Ayo ngaku lo" ucap Melodi menunjuk Adan dengan kesal

"Tetap salahhhh!" Adan masih tertawa "Yang bener tuh, kalau senja, dilihat indah pada saat sore hari, tapi kalau lo... DKATI"

"DKATI? Melodi melongo. "Apaan Dan? Lo nggak jelas banget sih"

"DKATI, singkatan dari dilihat kapanpun akan tetap indah" katanya. Hanya beberapa saat Melodi mampu dibuat tergelak bukan main. Sampai orang-orang yang sedang berada di sana menoleh kearah keduanya dan mentertawakan gombalan Adan.

"Sumpah perut gue sakit, Dan!! Lo kenapa tiba-tiba jadi lucu kayak gini" ucap Melodi yang masih mentertawakan Adan

"Mel, udah. Malu diliatin orang-orang. Ketawa lo udah mendominasi tempat ini tau nggak?" ucap Adan yang melihat keadaan sekitarnya. "Kalau baper tuh bilang, nggak usah di tutupin dengan tawa lo itu"

"DKATI tadi apa?"

Adan mati-matian menahan tawanya agar tidak meledak "Dilihat kapanpun akan tetap indah" lalu keduanya tertawa bersama-sama. Tidak perduli dengan orang-orang yang berhenti di tempat itu maupun yang sedang berlalu lalang.

Sampai akhirnya, pukul sudah sore menunjukkan waktu maghrib segera tiba. Keduanya kembali melanjutkan perjalanannya untuk mengantarkan Melodi ke rumah dengan selamat. Hingga ketika pembicaraan di atas motor itu berhenti di depan perumahan yang di desain dengan keramik indah dan pagar hitam yang mengelilingi area rumah itu

"Sudah sampai, Mel" Ucap Adan

"Makasih untuk hari ini, Dan. Gue senang" Ucap Melodi kemudian mengembalikan helm Adan yang di bawa khusus untuk Melodi

Adan tersenyum "Gue juga senang, kalau lo senang"

"Mampir dulu yok. Bunda pasti senang ketemu lo" ajak Melodi

"Kapan-kapan aja deh, Mel. Mama juga pasti nungguin gue di rumah" tolak Adan tak enak

Melodi hanya menganggukkan kepalanya "Lo hati-hati. Jangan ngebut-ngebut" peringat Melodi

"Kalo nggak ngebut, nggak akan nyampe rumah, Mel"

Melodi berdecak. "Lo tuh jangan nggak ada jawaban aja, Dan. Selalu punya jawaban"

"Iya-iya, bawel banget deh lo." Ucap Adan yang menghidupkan mesin motornya

"Kabarin kalo udah sampai" ucap Melodi melambaikan tangannya, sedangkan cowok dengan scraft itu merespon dengan acungan jempol kemudian menancap gasnya berlalu dari perumahan milik Melodi.

***

Mumpung aku lagi baik hari ini, aku update 2 part hehe

Gimana part ini?

Aku bakal update kalo komennya udah banyakkkkkkk wkwkwk

spam "next" disini👉👉

see you di part selanjutnya. Entah besok, lusa, dan Minggu depan wkwkwk Kalo komennya blm banyak aku nggak mau update😂😂🤭

2891 mdplWhere stories live. Discover now