Part 5

9.4K 629 48
                                        

Kalau masih terdapat Typo atau kekeliruan mohon maaf ya gais:)
Jangan lupa untuk Vote & Komen✨✨ ✨

.

Bastian sedang berjalan hendak menuju kelasnya. Ia sangat kesal, karna Gara udah berani membalut lukanya secara diam-diam. Juga ada kata-kata noraknya. Bastian tak suka itu.

Saat hampir sampai di kelasnya, Bastian malah melihat pemandangan yang sangat menjengkelkan.

Yap, pagi-pagi Bastian sudah melihat Edo dan pacarnya yang lagi bermesraan di depan kelas.

Yang membuat Bastian kesal adalah tadi pagi ia menjemput Edo ke rumahnya dengan niat ingin berangkat ke sekolah bareng, tapi Edo malah berangkat duluan bersama Cinta.

Sekarang Edo lebih mengutamakan pacarnya daripada sahabatnya. Dalam kamus Bastian itu salah. Dan yang benar adalah harus mengutamakan sahabatnya terlebih dahulu daripada pacarnya.

Gimana menurut kalian? Setuju atau tidak?

Cielah, cemburu bilang Bos!

Tidak, Bastian tidak cemburu, kok. Cuman jengkel aja.

Bastian kemudian menghampiri Edo. "Ekhem." Ia berdehem.

"Kok baru datang?" Tanya Edo.

"Gue tadi jemput, Lo. Tapi Lo udah berangkat duluan." Jawab Bastian dengan suara datarnya.

"Gue kira, Lo masih marah sama gue."

"Oh." Bastian kemudian memalingkan wajahnya lalu masuk ke dalam kelas.

"Kak Bastian kalo marah makin ganteng, ya." Ujar Cinta.

Edo terkekeh. "Gantengan mana aku sama Bastian?" Tanya Edo.

"Ya Kak Bastian, lah. Kamu itu imut sayang..." Cinta mencubit pipi Edo.

Edo tertawa kecil. "Bisa aja kamu."

"Kiw kiw kiw! Ada yang lagi mesra-mesraan nih." Tiba-tiba ada teman Cinta yang tak sengaja lewat di depannya.

"Eh apaan sih, Lo." Cinta terkekeh.

"Kak, mending jangan pacaran sama Cinta." Ujar teman Cinta.

Edo terkekeh. "Kenapa?"

"Dia fujo!" Jawabnya.

"Eh babi! Diem!! Mulut Lo lantam banget!" Amuk Cinta.

"Ha? Beneran kamu fujo, sayang?" Tanya Edo.

"En-enggak! Dia cuman bercanda, kok." Jawab Cinta gerogi, sedangkan temannya tertawa puas.

"Ka-kalau gitu, aku mau ke kelas dulu ya sayang. Dadah.." Pamit Cinta melambaikan tangannya lalu menarik tangan temannya itu.

Edo menghela nafas panjang sambil geleng-geleng kepala. "Ternyata fujo di sekolah ini banyak juga." Ujarnya lalu masuk ke dalam kelas.

.

Bel istirahat sudah bunyi beberapa menit yang lalu. Bastian dan Edo lagi makan bekalnya, lebih tepatnya bekal milik Edo. Edo hanya berbagi dengan sahabatnya, dan itu sudah kebiasaan sejak masih kecil.

"Lo tau, tangan gue kecipratan minyak panas tadi sewaktu goreng ayam." Ujar Edo.

"Kok bisa?!" Bastian langsung meraih tangan Edo lalu mengeceknya. "Tangan yang mana?" Bastian khawatir.

"Apaan sih, gakpapa kalik. Udah biasa." Ujar Edo sambil menarik tangannya.

Bastian kemudian menatap datar pada Edo. "Lain kali hati-hati."

"Hum." Edo mengangguk.

Mereka berdua kemudian menghabiskan bekalnya. Sebekal berdua, ihir!

"Kebiasaan banget, kalo makan selalu ada nasi di bibir, Lo." Bastian mengambil nasi yang ada di sudut bibir Edo.

SEBASTIAN DEVANO || END ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora