"Iya, saya tanyainlah basa-basi. Dan tahu nggak, jawabannya apa?"

Susamaru dan Enmu kian mendekatkan wajahnya akibat penasaran membuncah.
"Waktu itu Bapak jawab, beliau kadang sibuk banget sampai nggak sempat makan siang di rumah. Dan sebenarnya berharap pas beliau pulang, ada masakannya Ibu yang menyambut dan masih hangat di atas meja makan. Eh tapi ini nggak ada. Ibu mah lebih suka nyalon daripada masak buat suami sama anaknya."

"Lah, bukannya Bu Aoi pinter masak ya? Kan sampai beliau punya usaha katering tuh Mbak. Apa jangan-jangan karena mager aja mungkin," tebak Enmu yang punya tugas khusus memasak di rumah. Gadis itu pula merupakan salah satu pegawai di restoran katering Aoi yang diakui pandai meracik bumbu dan memasak.
Karena kemampuannya yang mumpuni, Aoi memintanya untuk bekerja sebagai juru masak di rumah mereka dengan tawaran gaji besar yang menggiurkan. Tentu saja Enmu langsung menerima tanpa pikir panjang. Gaji besar di tengah mahalnya kebutuhan sehari-hari? Of course, sikat.

Kembali, Susamaru menimpali. "Tapi ya wajar sih Mbak kalau Ibu nggak masak. Di restoran kan rame, pas Enmu dulu kerja di sana. Lalu, buat apa juga repot masak kalau sudah ada ART yang memang bertugas buat masak di sini."

Sebagai kepala pelayan yang sudah lama mengabdi pada keluarga Kamado. Lalu harus ikhlas dipindahtugaskan untuk membantu Tanjirou dan istrinya sejak lima tahun lalu, Nakime mendesah panjang dan berat.
Kata-kata yang akan keluar dari bibirnya seolah punya bobot yang tidak sedikit untuk digelontorkan.

"Masalahnya, dulu. Ibu pas pacaran sama Bapak, seneng banget tuh masakin apapun yang bapak minta. Pas nikah pun begitu. Tapi, semua berubah saat Negara Api menyerang."

Alis Enmu mengkerut. Bisa juga sepuh satu ini melawak, pikirnya dalam hati. Namun tiada menyuarakan apa-apa sebab masih penasaran tingkat kabupaten mengenai kelanjutan dari cerita Nakime.

"Semenjak mantan pacarnya Ibu pernah mampir ke rumah, beliau jadi berubah drastis. Lebih suka nyambangin salon daripada berkreasi di dapur rumah."

Pak Gotou, selaku tukang kebun baru yang penasaran pun bertanya.
"Memangnya sejak kapan mantannya Ibu maen ke sini? Sering ya?"

Terdiam sejenak demi menggali ingatan penting. Sedetik kemudian, Nakime lagi-lagi kembali menjawab jiwa kepo teman seperjuangannya.

"Lima tahun yang lalu sampai sekarang. Tepatnya pas delapan bulan berjalan pernikahan mereka. Tapi sekarang-sekarang ini, Mas Inosuke sudah agak jarang mampir ke rumah. Fun fact juga, Mas Inosuke ternyata sahabatnya Bapak pas zaman SMA."

Susamaru kembali menyeletuk tiba-tiba. "Sebentar-sebentar. Kalau dari lima tahun yang lalu, lumayan sering dong Mbak Nakime. Eh tapi, kok umurnya sama ya kayak Dek Aoba. Dia juga kan sekarang usianya 5 tahun. Apa jangan-jangan...."

"Hush, jangan suuzon sama majikan sendiri," sela Kaigaku yang ikut nimbrung. Berniat melepas dahaga sehabis membeli sesuatu di minimarket atas perintah Bapak.

Tanpa Susamaru perlu meneruskan kalimatnya, lelaki itu seolah sudah paham betul tentang apa yang akan tergelincir dari mulutnya.

Derap langkah dari arah luar seketika menghentikan segala percakapan para ART, tukang kebun, dan pak supir yang bergaung heboh.

Mendapati sosok sang majikan yang mereka segani malam itu muncul secara mengejutkan. Enmu menyapa dengan spontan. Bertindak pahlawan dalam rangka menyamarkan pembicaraan mengenai majikan mereka yang bertengkar barusan.

"Eh, Bapak. Tumben ke dapur, Pak?Mau saya siapkan makan malam?"

Lekas Tanjirou menolak secara halus. Mengatakan bahwa ia sudah makan sehabis menghadiri sebuah rapat penting tadi siang di kantor.

Kimetsu Academy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang