TanjiKana : Dear, My Sugar Daddy (2)

144 16 96
                                    





🌸





Angin malam yang cukup dingin memeluk tubuh Lilac yang masih terbalut seragam dan vest. Hiruk pikuk Akihabara memenuhi setiap sudut jalan di sekitar gadis itu.
Ditatapnya jam yang ada di ponsel. Masih menunjukkan pukul 7 kurang lima belas menit. Ia memang sengaja datang lebih awal dari perjanjian.

Seharusnya dia sudah pulang dan sedang berada di kamarnya sekarang. Ini hari Jumat sebelum akhir pekan datang menyapa.
Sebaris pesan dari Paman, menunda langkahnya menuju rumah dan mengerjakan tugas dan riset apapun yang bertebaran di atas meja belajar. Dikarenakan akhir pekan dia akan sibuk bekerja di kafe pada pagi hari, dan sore sampai malam akan berada di sekitaran Akihabara atau ke tempat apapun yang diinginkan oleh pelanggannya.

Tidak mengherankan jika mendapati gadis muda yang masih berseragam macam dia kelayapan di Akihabara. Itu hal yang lumrah dan sering terjadi. Banyak pengusaha di sekitar sana yang mempekerjakan gadis-gadis muda sebagai pelayan kafe, hostest, atau hanya untuk menemani pria lajang kesepian yang membutuhkan teman.

Lilac, nama samarannya. Adalah salah satu dari sekian banyak gadis yang punya tempat di Akihabara. Kebutuhan hidup, dan dorongan untuk punya uang banyak adalah faktor dominan penyebab ia harus berada di tempat itu.

________________

Mochi : benar, aku muak sekali dengan tua bangka brengsek itu
Beberapa kali tertangkap menatap dadaku

Ametis : aku harap bajingan itu tidak harus bertemu dan berurusan dengan Iguro-san
Bagaimana dengan adik kecil kita?

Lilac : pegal
Kakiku pegal
Jika bukan permintaan khusus dari Paman, aku ogah bakal menunggu pelanggan itu di sini
Apa kalian tahu dia siapa?
Semoga bukan orang aneh

Ametis : Entahlah
Jika Paman secara pribadi memintamu untuk datang, kupikir dia orang yang penting

Mochi : ganbatteeee Lilac-chan! Kau pasti bisa!
Lalu istirahatlah setelah pulang
Awas saja kalau dia pelit memberi tip, aku setuju untuk menghajarnya bersama

___________________

Senyum Lilac mengembang. Berbincang lewat aplikasi pesan dengan dua orang Seniornya, sedikit membuat hatinya lega.

Lilac memang lebih kecil satu tahun usianya dari mereka. Tidak mengherankan jika Lilac lebih sering memanggil mereka berdua dengan sebutan Senior atau kakak. Ametis dan Mochi lah yang mengajaknya bergelut di pekerjaan ini. Berawal dari ia yang tidak punya uang untuk membeli beberapa obat yang diresepkan oleh dokter, lalu iseng menerima tawaran pekerjaan dari kedua seniornya.
Uang yang banyak bisa diraupnya dalam beberapa jam. Jumlah fantastis, yang lebih besar dibandingkan gaji kerja paruh waktunya menjadi pelayan di sebuah Kafe tematik. Dirinya yang terkadang menjadi seorang Cosplayer pun, bisa membeli beberapa kostum dari Anime favoritnya.

Dari kejauhan tampaklah seorang pria yang Lilac tebak berusia sekitar 28 atau 30 tahunan. Ia tidak pandai menebak. Tubuh pria itu jangkung dengan helaian merah burgundy, dan lensa Crimson yang tampak pas dibingkai oleh alis tegas. Ekspresinya datar... namun amat tampan dengan aura dewasa yang kental. Bahkan dari kejauhan, pria itu mampu memesona siapa saja yang melihat ke arahnya.

Tidak buruk, pikir Lilac dalam hati.

Mengenakan setelan kerja, tentu pria itu merupakan seorang pegawai kantoran atau semacamnya.
Awalnya ia tidak begitu yakin jika dia lah pelanggan yang dimaksud oleh Paman Sabito. Namun melihat langkahnya yang lurus mendekati eksistensinya, bisa dipastikan itulah pelanggan miliknya.

Kimetsu Academy StoryWhere stories live. Discover now