[28]

205 26 0
                                    

Adis memang tak secara gamblang mengatakan bahwa ia akan pergi menjauh dari Rafdi, namun perkataannya malam itu sepertinya cukup membuat lelaki itu mengerti bahwa ia butuh waktu untuk dirinya sendiri. Tanpa lelaki itu.

Maka, setelah hampir dua minggu lamanya percakapan itu berakhir. Adis berusaha merealisasikan keinginannya untuk mulai menjauh dari Rafdi. Ia tak membalas semua pesan dan telpon lelaki itu, dan bahkan terang-terangan berusaha menghindar. Jika ada kerjaan yang mengharuskan untuk ia dan Rafdi bersinggungan, maka ia akan meminta bantuan temannya. Adis tak tahu apakah langkah yang ia lakukan itu tepat atau tidak, karena hampir dua minggu ini rasanya Adis sangat kehilangan. Amat kehilangan. Ia merasa ada hal yang kurang dalam dirinya dan ia butuh Rafdi untuk bisa membantunya bertahan menjalani hidup. Dan di titik ini, Adis benar-benar sadar bahwa saat ini hanya Rafdi yang bisa diandalkannya. Bukan dirinya sendiri.

"Jangan hubungi Kak Rafdi lagi, Mbak." Ujar Adis langsung saat Nasya baru saja mengucapkan salam ketika mengangkat telponnya.

"Memang kenapa?"

"Aku udah nggak sama Kak Rafdi lagi." Kata Adis dengan pilu. Kenyataan itu sungguh membuatnya sakit. Kebersamaan mereka selama beberapa bulan ini memang sulit untuk dilupakan.

"Kenapa?" Tanya Nasya lagi. "Kamu ada salah sama dia?"

"Aku cuman.. udah nggak mau lagi bareng Kak Rafdi. Jadi aku mohon, Mbak nggak usah ngehubungi dia lagi, ya. Jangan terima juga kalau Kak Rafdi ngasih bantuan. Aku nggak mau dia nolong kita lagi, Kak."

"Rafdi itu baik dan sayang kamu banget, Dis." Ucap Nasya setelah sebelumnya ia menghela napas panjang. "Dia bahkan keliatan tulus banget. Beda sama Mas Adi yang mau bantu Mbak tapi bakal terus ngungkit kebaikannya. Mbak bahkan sampai capek hati karena Mas Adi terus ngungkit hutang budi Mbak ke dia. Sedangkan Rafdi bahkan minta Mbak untuk nggak bilang ke kamu. Harusnya kamu nggak ngelepasin dia."

Adis memejamkan matanya sejenak. Ia pun mengatur napasnya yang mulai terasa sesak. Ia tahu bahwa ia sangat bodoh karena berani melepaskan lelaki sebaik Rafdi. Ia pun bahkan diam-diam menyesal karena ketika ia mulai kesulitan menghadapi dirinya sendiri, ia tak bisa menghubungi Rafdi. Hidupnya perlahan kembali seperti dulu saat ia belum mengenal Rafdi. Hidup dengan perasaan enggan dan selalu memandang dirinya dengan negatif.

Namun Adis tahu, bahwa langkah yang ia ambil saat ini adalah langkah yang paling tepat. Karena jika ia terlalu menggantungkan hidupnya pada Rafdi, ia yakin bahwa ia akan hancur jika lelaki itu pergi darinya. Dan sebelum itu terjadi, Adis harus lebih dulu menyelamatkan dirinya. Ia harus bisa menggantungkan hidupnya pada dirinya sendiri. Ia harus bisa bahagia hanya karena dirinya sendiri. Bukan orang lain. Bahkan Rafdi.

"Kak Rafdi memang baik, tapi hubungan aku dan Kak Rafdi udah selesai sekarang, Mbak. Jadi, aku mohon Mbak jangan hubungi Kak Rafdi lagi, ya." Setelah berkata seperti itu, Adis pun memutuskan panggilan mereka.

Ia menghembuskan napasnya dengan berat. Ini pilihannya dan ini langkah yang paling tepat, batinnya.

Adis hanya berharap semoga ia tetap kuat jika nanti harus menghadapi Rafdi. Inginnya ia tak harus bertemu dengan lelaki itu karena tak yakin ia bisa kuat, tapi bukankah semesta memang kadang sering mempermainkannya? Nyatanya, siang ini ia harus menjadi perwakilan Lab untuk datang ke acara Fakultas dan bertemu Rafdi yang kebetulan menjadi salah satu pembicara di sana.

Adis duduk di jajaran bangku peserta bersama Irma dan Ayu yang juga menjadi perwakilan Lab. Tanpa sadar sejak tadi matanya terus menatap Rafdi yang tampak tenang dan bersahaja di atas panggung sana. Lelaki itu tampak percaya diri dan bisa menyampaikan pendapatnya dengan baik. Ia juga bisa menjawab pertanyaan dari berbagai peserta dengan jawaban yang tepat dan bijak. Rafdi tampak bersinar dengan caranya sendiri, dan hal itu hanya menambah perasaan rendah diri Adis. Dan pemikiran lain pun mendadak muncul pada otak kecilnya; Rafdi.. tampak baik-baik saja tanpanya.

Flawsome | Seri Self Healing✅️Where stories live. Discover now