[23]

216 36 4
                                    

"Ngantuk." Adis berseru pelan dengan mata memandang malas ke arah layar laptopnya

Setelah hampir dua jam Adis dan Rafdi berkutat di dapur, akhirnya setengah jam yang lalu mereka baru saja selesai makan siang. Rafdi pun sudah membagikan hasil masakan mereka pada dua orang tetangganya. Setelah selesai makan, Adis langsung membuka laptopnya dan hendak mengerjakan tugasnya. Namun, rasanya matanya sangat berat karena mengantuk. Adis benar-benar gampang mengantuk jika perutnya sudah diisi makanan.

"Tidur aja." Rafdi yang sejak tadi duduk bersila di sebelahnya dengan laptop dipangkuannya pun berdiri. Ia berjalan ke arah kamar dan membawa satu bantal.

"Nggak mau tidur." Seru Adis. Ia sudah menghabiskan waktu setengah hari dengan bersantai, dan ia tak ingin membuang waktunya lagi.

"Kalau ngantuk mah, ya, tidur aja." Balas Rafdi santai. Lelaki itu lalu menaruh bantal di belakang punggung Adis, dan menggerakan badan gadis itu agar bisa menyandarkan punggung pada tembok yang dibatasi oleh bantal.

"Hari ini aku harus selesai latar belakang. Besok Selasa mau bimbingan sama Bu Tyas."

"Masih ada tiga hari lagi. Lagian data kamu udah lumayan banyak, kan? Tinggal dieksekusi aja."

"Tapi kan susah, Kak, butuh mikir."

"Gampang, kok." Ujar Rafdi santai.

Adis pun cemberut. "Gampang kan menurut Kakak, menurut aku nggak."

"Kerjain dulu aja sebisanya." Balas Rafdi masih dengan santai. Lelaki itu bahkan tak menatapnya dan fokus dengan laptop di pangkuannya.

"Kak, mengenai ini mending dimasukin dimana? Di sini atau di sini?" Adis bertanya sambil mengarahkan laptopnya pada Rafdi setelah mereka sempat saling diam sepuluh menit lebih.

"Di sini aja. Menurutku, bagian ini hapus karena sebelumnya udah di jelaskan di paragraf atas." Ujar Rafdi memberi saran.

Adis pun mengangguk dan mengerjakan sesuai saran lelaki itu.

"Kalau ini?" Tanya Adis lagi.

Selanjutnya, selama hampir satu jam, percakapan mereka pun diisi oleh Adis yang terus bertanya pada Rafdi mengenai tugas akhirnya. Rafdi pun menjawab semampu lelaki itu.

"Dikit lagi beres." Seru Adis senang. Ia sudah mencatat semua masukan dari Rafdi. Semua saran dari lelaki itu cukup jelas dan sangat membantunya. Adis pun langsung tersenyum lebar pada lelaki itu.

"Apa?" Tanya Rafdi.

"Makasih ya, Kak." Ujar Adis ceria. "Ini tinggal aku revisi dikit lagi, sih. Kayaknya besok juga beres deh."

"Ya, kan? Apa aku bilang? Fenomena sama data kamu itu udah jelas, Adis. Kamu juga cukup banyak nyari referensi. Makanya, aku bilang kamu pasti bisa ngerjainnya." Jelas Rafdi.

"Iya, Kak. Maaf ya, aku jadi motong kerjaan Kakak."

Adis menunjuk layar laptop Rafdi yang masih menyala. Laptop lelaki itu sempat terabaikan selama satu jam karena Rafdi harus berdiskusi dengannya.

"Nggak apa-apa, tugasku deadlinenya masih lama, kok."

Masih dengan senyum ceria, Adis berkata, "Ternyata gini rasanya punya pacar pintar. Enak bisa bantuin ngerjain tugas."

Mendengar itu, Rafdi pun tak kuasa untuk tersenyum. "Aku pacar kamu nih, jadinya?" Goda lelaki itu.

"Iya, anggaplah gitu." Jawab Adis sedikit malu.

"Sini dong, peluk dulu pacarnya." Rafdi terkekeh sambil merentangkan lengannya.

"Nggak boleh, Kak, nanti aku lapor Pak RT."

Flawsome | Seri Self Healing✅️Where stories live. Discover now