[26]

182 31 1
                                    

"Temen-temen Kakak semua baik." Celetuk Adis ketika mereka baru saja keluar dari tempat makan ia dan teman-teman Rafdi kumpul tadi dan mereka saling memisahkan diri.

"Kalau nggak baik, nggak akan dijadiin temen dong." Balas Rafdi santai. Ia lalu menarik bahu Adis untuk ikut jalan di sisinya. "Cari es krim dulu, yuk? Mau nggak?"

"Mau banget." Jawab Adis senang.

"Makan tadi kenyang nggak? Kayaknya porsi nasinya tadi dikit banget." Ujar Rafdi membuat Adis mendengus.

"Itu udah cukup bikin kenyang, Kak. Cukup sampai malam."

"Nanti malam makan nasi goreng, ya. Aku nemu nasi goreng yang enak banget di deket kosanku, nanti aku kirim."

"Kak, aku bisa ngurus diri aku sendiri dengan baik, kok. Jadi Kakak nggak usah mikirin makanku, ya?" Kata Adis. Sungguh, ia seperti seorang anak yang sangat dijaga oleh ayahnya dan benar-benar diperhatikan pola hidupnya.

Rafdi melirik sejenak pada Adis yang menampilkan raut wajah serius. Ia cukup peka bahwa sikapnya yang terlalu perhatian ini sering menimbulkan permasalahan dalam hubungan mereka.

"Oke, nggak akan aku kirim malam ini." Ujarnya mengalah.

"Kali-kali aku yang mau ngirim makan ke Kakak. Besok pagi aku kirim sarapan, ya. Aku mau masak."

Senyum pun langsung terbit dari bibir Rafdi. "Wah, bener nih? Uang belanjanya nanti aku transfer, ya." Serunya semangat.

"Apaan sih, Kak? Nggak usah ngirim uanglah." Seru Adis tak terima.

"Nggak boleh kita cosplay jadi suami istri dulu?" Tanya Rafdi iseng.

"Apaan sih, Kak!" Seru Adis malu. Tanpa ragu ia mencubit pinggang Rafdi yang langsung dibalas dengan ringisan oleh lelaki itu.

"Ampun lucu banget sih, Dis, kamu. Kapan mau aku nikahin, sih?" Goda Rafdi makin menjadi.

Wajah Adis pun memerah, sangat malu, entah karena apa. Pembahasan pernikahan memang sering kali muncul akhir-akhir ini. Apa memang benar kata teman Rafdi bahwa lelaki itu sudah ingin berkeluarga?

"Dasar bapak-bapak ngebet kawin." Ujar Adis mengejek.

"Memang." Balas Rafdi menyebalkan. Dan ia pun semakin tertawa saat melihat Adis mendengus.

"Bercanda, sayang. Aku nggak ngebet banget kok, tapi kalau mau dipercepat juga ayo."

"Nggak tahulah, males ngomong sama Kakak." Adis pun dengan sengaja melepaskan lengan Rafdi yang sejak tadi hinggap di bahunya dan berjalan mendahului lelaki itu.

"Adisa?"

Adis menghentikan langkahnya saat suara seseorang memanggilnya. Ia menengok ke arah kanan dan mendapati Nasya, Kakaknya, sedang menatapnya sambil tersenyum kecil. Wanita itu tampak duduk di salah satu bangku sambil memegang cup minuman.

"Mbak Nasya.." Adis pun menghampiri perempuan itu dan balas tersenyum. "Mbak lagi apa di sini?"

"Lagi jalan aja, suntuk di kosan. Sama siapa tahu dapat kerjaan part time." Jawab Nasya.

"Memang kerjaan Mbak kenapa?" Tanya Adis bingung.

"Mbak butuh uang tambahan untuk bayar hutang ke Mas Adi. Mbak sama Mas Adi putus dan dia minta balikin uang yang dia pakai pas bantu Mbak bayar hutang Bapak."

Adis terdiam, tak tahu harus merespon apa. Ia bahkan tak sadar bahwa sejak tadi Rafdi mulai menghampirinya dan tersenyum menyapa Nasya.

"Temen kamu, Dis?" Tanya Nasya sambil melirik Rafdi.

Flawsome | Seri Self Healing✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang