[21]

220 42 2
                                    

Adis tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Rafdi pun berkata tidak pernah, meskipun lelaki itu mengaku bahwa saat kuliah S1 pernah dekat dengan beberapa perempuan. Adis dan Rafdi benar-benar nol mengenai hubungan. Yang Adis rasakan, hubungannya dengan Rafdi tak banyak perbedaannya dengan dulu. Namun, Adis bisa mengakui bahwa Rafdi berubah cukup banyak. Salah satunya, lelaki itu tak ragu untuk memberinya banyak perhatian. Entah itu dalam bentuk sentuhan, perkataan, dan juga perbuatan. Bahkan Adis sedikit belum terbiasa dengan pesan yang mulai sering muncul dan juga beberapa kiriman makanan dari lelaki itu. Rafdi benar-benar menjalankan perannya dengan sangat baik.

"Lagi dimana?" Sapa Rafdi saat Adis baru saja menjawab telponnya.

Adis menatap teman-teman sekelasnya yang sedang sibuk masing-masing. Siang ini ia dan teman-temannya sedang menunggu dosen masuk kelas.

"Di kelas." Balas Adis sedikit berbisik. Ia tidak nyaman jika harus menelpon di tempat rame seperti ini. Terlebih ia tidak ingin teman-temannya tahu bahwa ia sedang menjalin hubungan dengan Rafdi.

"Kok bisik-bisik?" Tanya Rafdi iseng.

Adis berdecak pelan. Rafdi cukup peka bahwa Adis selalu malu jika Rafdi mulai memberinya banyak perhatian. Lelaki itu pun mulai senang menggodanya.

"Kapan selesainya?" Tanya Rafdi.

"Nanti jam setengah empat."

"Aku jemput, ya."

"Memang Kakak ke kampus hari ini?"

"Nggak."

"Ya udah, nggak usah jemput."

"Nggak apa-apa aku jemput aja. Nanti sekalian aku ajak makan soto. Aku nemu tempat soto yang enak banget."

Tanpa sadar Adis meringis. Sejak mereka sepakat untuk menjalin hubungan, entah sudah berapa kalinya Rafdi mengajaknya ke berbagai macam tempat makan. Lelaki itu bahkan berkata bahwa ia merasa punya teman baru untuk explore berbagai macam tempat makan.

"Aku nyampe kampus jam empat kurang, ya. Mau sholat di masjid sekolah dulu. Kamu sholat dulu aja, nanti aku jemput depan fakultas."

"Iya." Balas Adis singkat.

"Ya udah aku tutup ya. Semangat kuliahnya, sayang." Ujar Rafdi sambil menekan kata terakhir. Lelaki itu sangat tahu bahwa Adis akan protes jika dipanggil seperti itu. Dan belum sempat Adis protes, sambungan pun tertutup.

Adis mendengus, namun beberapa detik kemudian ia tersenyum. Selama hampir satu bulan ini, Rafdi membawa banyak hal baru untuknya. Dan semua terasa menyenangkan.

"Kak Rafdi, ya?" Tanya Irma yang tiba-tiba duduk di sebelahnya.

"Hah? Kak Rafdi apa?" Tanya Adis pura-pura tak paham.

"Yang nelpon tadi."

"Oh.. iya. Tadi nanyain kerjaan." Balas Adis berbohong. Ia dan Rafdi memang tak berniat menyembunyikan hubungan mereka. Namun, Adis sempat meminta Rafdi untuk tak terlalu menunjukkan bahwa mereka punya hubungan lebih di hadapan orang-orang. Sejauh ini pun jika mereka berdua sedang ada di lingkungan Lab atau Biro Rafdi, lelaki itu bersikap biasa saja padanya.

"Jujur aja kali, Dis." Sahut Irma. "Kamu pacaran kan sama Kak Rafdi?"

Adis meringis pelan. "Tahu darimana?"

"Keliatan kali." Dengus Irma. "Meskipun kalian kayak biasa aja, tapi aku cukup peka, Dis. Apalagi aku pernah mergokin kalian jalan bareng."

"Jangan bilang siapa-siapa, ya, Ma." Pinta Adis yang langsung dihadiahi kekehan.

Flawsome | Seri Self Healing✅️Where stories live. Discover now