Tanpa sopan santun, Kheira mengetok pintu itu dengan keras sembari berteriak. Laki-laki yang dicarinya cukup membuatnya mengeluarkan banyak tenaga.

Sementara itu, Janson dan Alvin yang sedang main Play Station di dalam apartemen milik Kenzie tersebut merasa terganggu. "Siapa, sih, tu? Bertamu malam-malam begini?" ucap Janson.

"Iya, pakai ribut lagi di luar," ucap Alvin yang fokus pada stik PS yang berada di tangannya.

Janson tampak mengetuk-ngetuk dagunya. "Apa mungkin Ken punya hutang kali, ya?" ucap Janson tiba-tiba.

"Udah. Lo buka aja pintunya. Makin ribut aja. Lagian suaranya kayak cewek," ucap Alvin kepada Janson.

Janson menggeleng cepat. "Kalau setan gimana?"

Alvin menggedikkan bahunya, sementara Janson semakin penasaran. "Ayok, kita buka bareng-bareng." Janson menarik paksa tangan Alvin menuju pintu. Lalu membuka pintu tersebut.

"LO?!"

Kheira terkejut ketika melihat dua cowok itu yang membuka pintu.

"Beneran setan ternyata," gumam Janson ketika melihat siapa yang berada di luar.

"Wait." Kheira kembali merogoh sakunya. Mengambil ponsel yang berada di dalam sana.

"Apalagi Khei sayang?"

Terdengar suara mami Meisya di sebrang sana. "Udah ketemu sama Nak Alvin?"

"Hah? Namanya beneran Alvin, Mi? Ini nggak salah, 'kan? Nggak Alvin yang ini mungkin, Mi," elak Kheira tak percaya.

"Iya, Nak. Pintu 108, 'kan? Nama panjangnya Alvino Reandra."

TUTTTTTT!

"Jadi lo yang di jodohin sama gue?" tanya Kheira berusaha untuk merendahkan nada bicaranya.

"WHAT?!"

Bukan, itu bukan suara Alvin. Namun, Janson yang sangat terkejut tentunya. "VIN! JODOH LO TERNYATA BU WAKETU! WES ... SELAMAT PAK KETU!" teriak Janson bertepuk tangan.

"Ekhem!" Kheira berdehem. Mencoba menetralkan emosinya, ia harus terlihat biasa saja. Ia harus sabar, ia tidak boleh tantrum di sini.

"Sebelumnya gue nggak tau kalau jodoh gue itu lo, kalau gue tau, 'kan, gue nggak perlu repot nyari lo. Tinggal seret aja selesai," ucap Kheira menatap Alvin. Gadis itu bersedekap dada.

Alvin mendelik. "Emang lo bisa nyeret gue?" tanyanya.

"Bisa, tinggal gue ikat aja leher lo pake tali. Terus gue tarik sambil bilang ayo, Nyet. ‘Kan gampang," ucap Kheira menatap Alvin remeh.

Tak!

"Gue bukan monyet, ya!" ucap Alvin menyentil kening Kheira.

Kheira mengusap dahinya sambil meringis. "Astaga, Vin. Belum nikah aja udah KDRT lo," ucap Janson berlagak shock.

"SIAPA JUGA YANG MAU NIKAH?!" ucap Kheira dan Alvin bersamaan. Sadar telah berucap serempak mereka berdua sama-sama membuang muka. Malu, Cui!

"Lo kenapa, sih? Pakai kabur-kaburan segala. Lebay banget dijodohin doang." Kheira kembali bersedekap dada dan memutar bola matanya malas.

"Lo pikir jadi laki orang gampang. Ngasih nafkahlah! Jagain keluargalah! Tanggung jawabnya besar lho!" ucap Alvin.

Kheira berdecak sebal. "Tinggal terima aja terus nikah. Gitu doang ribet amat hidup lo. Ogah banget gue jemput lo malam-malam kayak gini, apalagi setelah tau orang yang dijodohin sama gue itu lo. Kalau bukan karena---"

Kheira menghentikan ucapannya. Hampir saja ia keceplosan, bisa hilang harga dirinya. Mau dinikahkan karena sebuah motor sport pengeluaran terbaru saja.

"Karena apa? Lo sendiri, 'kan yang bilang gue itu cowok nggak bertanggung jawablah, malaslah, jeleklah. Lupa lo sama ucapan lo kemarin-kemarin?" tanya Alvin.

Kheira meneguk salivanya kasar. Ia berdehem, ingin mengeluarkan jurus pamungkasnya. Pertama ia menatap Alvin dengan tatapan berbinar dan memegang tangan Alvin.

"Ayolah kita nikah, Al. Katanya nikah itu ibadah, lho! Dapat pahala," bujuk Kheira dengan wajah yang di imut-imutkan.

Melihat Kheira yang bertingkah seperti itu, Janson sampai menganga.

Alvin menepis tangan Kheira. Mana mau ia dinikahkan dengan dengan gadis gila seperti Kheira. "Apaan sih lo gue nggak sudi nikah sama lo," ucap Alvin.

Kheira mendelik, kalau bukan karena motornya dan motor baru ia tidak sudi nikah dengan lelaki di depannya ini. Sorry sorry aja.

"Nikah itu berpahala, lho! Salah satu ibadah juga. Emang lo nggak mau masuk surga?" ucap Kheira.

Alvin tersenyum licik, cowok itu mendekatkan bibirnya ke telinga Kheira. "Emang lo mau gue suruh beres-beres rumah. Nyuci piring, nyuci baju, sama ngepel lantai?" bisik Alvin menaik-turunkan alisnya. Kheira menelan ludah kasar, bisikan Alvin cukup membuatnya merinding.

Nyuci piring? Nyuci baju? Ngepel lantai? Makanan jenis apa itu? Atau merek motor sport? Emang dikira Kheira babu apa?

"Ekhem. Sabar, Pa. Mama sama papa belum nikah. Pakai bahas ibadah malam segala," goda Janson.

Aih, mereka lupa teman lucknut mereka masih disini. Kheira menampar pelan wajah Alvin membuat wajah itu menjauh. "Auh, sakit banget woi!" Alvin meringis.

"Pokoknya besok lo harus balik ke rumah ortu lo. Bawa baju lo semuanya. Biar urusan perjodohan ini cepat selesai. Karena lo kabur, gue harus nyari-nyari lo tau nggak. Padahal lo ketemu terus sama gue tiap hari." Kheira mendengus sebal.

"Emang lo siapa? Ngatur---"

"Calon istri lo!" sewot Kheira memotong ucapan Alvin. Alvin terdiam. Ia menatap Kheira tak percaya, semudah itukah gadis yang menjadi musuhnya disekolah menerima perjodohan konyol ini?

"Cie ... Cie-cie ...."

BUKK!

Kheira menginjak kaki Janson dengan sepatu hitamnya yang tebal. Sedari tadi cowok itu menguji kesabarannya. Tidak diajak berbicara namun ikut berbicara. Dasar!

"Nggak usah ke ge-eran lo. Gue terima ini karena gue berbakti sama papi mami gue. Nggak kayak lo anak durhaka,” ujar Kheira.

Jayden yang baru sadar dari pingsannya geleng-geleng sendiri ketika Kheira berbicara seperti itu. Ia rela menjual nama papi Arkan dan Mami Meisya untuk menutupi keinginannya yang mengharapkan motor sport pengeluaran terbaru.

“Awas lo kalau nggak balik besok. Nih, apartemen gue acak-acakin!” ancam Kheira. Gadis itu berbalik arah.

“Cepat lo, lemah banget jadi laki. Dikit-dikit pingsan!” ketus Kheira menarik lengan Jayden kasar.

“Ya Allah, kalau adek bisa dimasukin lagi ke perut mami, Jay ikhlas. Jay nyesel minta adek dulu, Ya Allah,” gumam Jayden dengan raut tertekannya.

“Nggak nyangka gue. Jangan-jangan lo udah tau kalau cewek yang mau dijodohin sama lo itu Kheira? Makanya lo kabur dari rumah,” ucap Janson.

Alvin menggeleng, “Gue nggak pernah tau. Ternyata lebih buruk dari ekspetasi gue. Perasaan hidup gue kok kayak gini banget, ya?”

“JANSON! ALVIN! PS MATIIN BEGO! NGABISIN LISTRIK GUE LO PADA!” teriak Kenzie membuat Janson dan Alvin panik.

“INI JUGA KENAPA APARTEMEN GUE KOTOR BANGET KAYAK GINI? WOI! KEMANA LO BERDUA!”

“Kayaknya lo beneran akan diusir dari sini, Vin,” ucap Janson prihatin.

Alvin menelan ludah kasar. Kenapa hidupnya harus banyak ancaman seperti ini? Kenzie benar-benar mengamuk.

Bersambung...




ISTRI NAKAL PAK KETUTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon