praktikum

173 16 5
                                    

Warning ⚠️ : futa and 🔞

♡⁠(⁠˃͈⁠ ⁠દ⁠ ⁠˂͈⁠ ⁠༶⁠ ⁠)

Tiffany mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan bolpoin miliknya. Ia sedang berfikir keras untuk mendapatkan bahan praktikum yang harus ia pelajari Minggu depan.

"Aish bagaimana aku mendapatkan nya" ia merutuki dirinya sendiri dan menyesali kenapa ia harus mengambil jurusan kedokteran.

Telponnya berdering, membuatnya menjadi bimbang.

"Eum?" Jawabnya dengan nada lemas.

"Bagaimana? Apa kau sudah dapat?" Tiffany menyisir rambutnya kebelakang.

"Belum" ia benar benar frustasi. Ditambah sahabatnya di sebrang sana Ter kekeh mengejeknya.

"Aku sudah mendapatkannya. Yuri membantu ku menemukan nya" Tiffany menggigit bibirnya kesal.

"Apa dia minta berkencan dengan mu?"

"Ani. Yaa' kau terima saja ajakan Siwon"

"Shiro' aku tak ingin berkencan dengan siapapun" Tolak Tiffany. Ia semakin jengkel saat mengingat banyak lelaki yang menawarkan diri menjadi volunteer di depan pihak fakultas kedokteran. Tapi, dibelakang pihak FK, mereka memberi isyarat harus berkencan dengan nya. Itu namanya bukan volunteer, tapi penipu!

"Sperma milik siapa?" Yup. Bahan praktikum mereka Minggu depan adalah sperma.

"Eyy~ rahasia" panggilan itu tiba tiba mati. Membuat Tiffany semakin jengkel.

"What the fuck Jessica Jung" geram Tiffany memanyunkan bibirnya. Apa sahabatnya itu menelepon di tengah malam hanya untuk pamer?

"Padahal kita satu kelompok" gumam Tiffany. Tapi, memang setiap anggota kelompok tak boleh membocorkan identitas para volunteer.

"Tapi aku sahabat mu" Tiffany masih tak terima.

Gadis yang memiliki eye smile itu menutup laptop miliknya dengan kasar. Mood nya benar benar jelek dan ia sekarang merasa lapar, Padahal tadi dia sudah makan malam.

"Ugh~ berat badan ku pasti bertambah jika aku makan larut malam begini" Ujar Tiffany sambil keluar dari kamarnya.

Ia tinggal di apartemen yang berukuran sedang, tak terlalu luas dan tak terlalu sempit. Sangat pas untuk ukuran dua orang.

Ketika keluar dari kamar, ia langsung di suguhi oleh ruang tamu yang tersedia tv led berukuran besar, sofa panjang, dan dua single sofa berwarna coklat tua. sofa itu adalah barang termahal yang ada di apartemennya. Karena, sang kakak memiliki kebiasaan tidur di sofa ketika merasa lelah.

Kenapa tak membeli kasur yang mahal saja agar kakaknya itu bisa tidur selamanya dan tak bangun bangun lagi. Jangan berpikir dia jahat, dia hanya bersikap bagaimana sang kakak memperlakukannya.

"Yaa' kau menghabiskan semuanya?" Protes Tiffany kesal.

"Kenapa harus berteriak? Kau pikir aku tuli?" Tatapan tajam itu seakan menusuk ke mata Tiffany. Ia tak berteriak, hanya saja ia memiliki suara yang keras.

Seorang wanita yang memiliki tubuh mungil dan warna kulit  seputih salju itu bangkit dari duduk dengan kasar. Membuat kursi itu berderit dengan lantai.

"Kau tak meminta maaf setelah menghabiskan makananku?" Tanya Tiffany saat kakaknya itu ingin meninggalkan nya sendiri di ruang makan.

"Tugasmu hanya memanfaatkan bahan yang ada di kulkas. Siapa yang mengisinya?" Tiffany terdiam. Memang benar, semua kebutuhannya dan perlengkapan apartemen, kakaknya yang membeli. Tapi bukankah itu tanggung jawabnya?

Shoot Story Snsd (SSS) ✔️Where stories live. Discover now