[ part 37 ]

1.2K 159 6
                                    

Tiga minggu kemudian.

Hari ini adalah hari yang menurut Keirlan paling menyebalkan karena ia harus menghadiri rapat penting bersama rekan kerjanya disaat ia seharusnya sudah pulang ke rumah.

Keirlan sangat kesal pada mitra bisnisnya karena mereka tiba-tiba saja mengadakan rapat secara mendadak ketika ia sudah bersiap-siap hendak pulang ke rumah dan bermanja ria pada istrinya yang mungkin sudah sampai di rumah.

Ngomong-ngomong, Keirlan sudah mengijinkan Kimberly untuk bekerja lagi dengan syarat harus pulang ke rumah jam empat sore.

Kimberly sempat menawar karena anak sekolah saja pulangnya lebih dari jam empat, namun ia tidak jadi membantah lantaran Keirlan tidak memperbolehkannya bekerja lagi jika ia tidak menuruti permintaannya. Sebagai istri yang baik, tentu Kimberly menurut saja.

"Bos, mukanya jangan galak-galak," bisik Yuan setelah pria itu selesai menjelaskan projek yang akan mereka lakukan nanti.

Keirlan menghela nafasnya pelan, lalu menatap ke arah seorang pria yang sepertinya tidak jauh dari usianya itu. Pria itu mewakili ayahnya yang tidak bisa datang karena terjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari.

Jika alasannya hanya itu, mereka bisa melakukan meeting keesokan harinya saja karena Keirlan benar-benar lelah dan rasanya ingin mencabik-cabik wajah mitra bisnisnya itu.

Saat pria itu hendak berbicara, tiba-tiba saja sebuah nada dering telepon menggema di ruangan kedap suara itu yang membuat mereka sontak menatap ke asal suara.

"Ah, maaf," ujar pria itu sembari melihat ponselnya.

Pria itu meminta ijin melalui sorot matanya untuk mengangkat panggilan teleponnya, dengan menambahkan porsi kesabarannya yang selemah tisu dibagi itu itu akhirnya Keirlan menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan pria itu untuk mengangkat teleponnya.

Keirlan melirik ke arah Yuan yang ternyata juga menatapnya, kemudian ia menggelengkan kepalanya sebagai pertanda jika ia tidak menyukai pria itu.

Hanya dengan tidak mematikan teleponnya saja sudah membuat Keirlan yakin jika pria itu meremehkannya, dan Keirlan sangat tidak suka jika ada orang yang memandangnya remeh.

Tak lama kemudian, pria itu kembali datang dengan ekspresi wajah yang terlihat tidak enak. Keirlan sudah  dapat menebaknya hanya dengan melihat ekspresi itu.

"Saya minta maaf sebesar-besarnya karena rapat kali ini harus diundur karena ada hal lain yang mendesak," ujar pria itu seraya sedikit membungkukkan badannya ke arah Keirlan.

Tebakan Keirlan benar, tanpa mengatakan sepatah katapun, laki-laki itu keluar dari ruang meeting itu. Meninggalkan mitra bisnisnya dengan Yuan.

Kesabaran Keirlan sudah habis, jadi ia menyerahkan semuanya pada Yuan sebelum emosinya meledak dan benar-benar menghabisi pria itu.

"Nggak jelas bangsat, udah dadakan, giliran gue mau malah ditunda lagi," dumel Keirlan dalam perjalanan menuju ruangannya.

Laki-laki itu sangat kesal karena sebelumnya pihak mereka yang meminta meeting dadakan sembari memohon, setelah Keirlan mau untuk mengikuti meeting nya, semua hanya berjalan lancar selama kurang dari sepuluh menit sampai akhirnya pria tadi meminta untuk menunda meeting.

Keirlan merasa dipermainkan, mereka juga membuang-buang waktunya yang berharga. Jika saja saat ini mereka berhadapan dengan Keirlan lima tahun yang lalu, mungkin mereka sudah babak belur dan mungkin pria itu sudah dilarikan ke rumah sakit.

"Babi, nggak bakal mau lagi gue meeting diluar jam kerja."

Ekspresinya yang keruh membuat para karyawan yang mengambil lembur menjadi takut untuk menyapa bos mereka.

Giant Baby S2 [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora