[ part 10 ]

1.5K 124 4
                                    

Beberapa hari ini, Keirlan selalu menghindari Herald. Tentu saja itu membuat Herald bingung dan berprasangka yang tidak-tidak tentang Keirlan.

Pada akhirnya, Herald mengadu pada Kimberly. Laki-laki itu meminta untuk pulang saja karena takut setiap Keirlan menatapnya dengan intens, atau bahkan terlihat sinis.

Untungnya Kimberly berhasil menyakinkan Herald agar menetap di rumah ini dan menjelaskan padanya jika tatapan Keirlan terkadang terlihat sinis tanpa laki-laki itu sadari, padahal sebenarnya tidak seperti itu.

"Ilan, ajak Herald jalan-jalan sana!" titah Kimberly ketika melihat Keirlan yang tengah memainkan helicopter rc nya.

"Hah? nggak!" tolak Keirlan.

"Kenapa nggak mau? nanti Herald makin mikir macem-macem loh! kemaren aja sampe ngadu terus minta pulang gitu," kata Kimberly.

"Serius? Herald minta pulang?" tanya Keirlan yang kini menurunkan helicopter nya dan menatap ke arah gadis itu sepenuhnya.

"iyaaa, makanya kamu ajak main sana. Nggak usah takut," ujar gadis itu.

"Katanya mau deket, kalo dua-duanya takut kapan deketnya?" cibir gadis itu seraya menatap heran pada Keirlan.

Mendengar cibiran itu membuat Keirlan mendekat ke arah Kimberly, laki-laki itu menatapnya dengan tatapan memelas.

"Ayo," kata Keirlan.

"Kemana?" tanya Kimberly.

"Temenin ngomong ke Herald," ucap laki-laki itu.

"Ngomong sendiri, dong. Kaya nggak pernah dipanggil preman sekolah aja," balas Kimberly yang membuat Keirlan mencebikkan bibirnya.

"Jangan ledekin Ilaannn!"

Kimberly tertawa, membuat Keirlan menatapnya kesal.

"Iya-iya, ayo."

Keduanya masuk ke dalam rumah, lalu mencari keberadaan Herald yang untungnya anak itu berada di ruang keluarga tengah menonton televisi.

Kimberly mendorong Keirlan agar menghampiri Herald, sementara gadis itu berdiri agak jauh dari mereka.

"Rald," panggil Keirlan.

Mendengar namanya dipanggil, Herald menoleh ke asal suara dan mendapati abang sulungnya berdiri di sana.

"Kenapa?" tanya Herald dengan sedikit takut.

"Main," kata Keirlan.

Herald menatapnya bingung, sementara Kimberly menepuk dahinya pelan. Apa ia harus mengajari Keirlan cara berbicara yang benar dan jelas?

"Ilan," tegur Kimberly.

Keirlan menatapnya, lalu menghela nafasnya pelan.

"Ayo main," kata Keirlan yang kini berbicara lebih jelas dari yang sebelumnya.

"Kemana?" tanya Herald.

Keirlan menatap Herald kesal, anak itu terlalu banyak bertanya menurutnya, padahal tinggal menurut saja dan semuanya beres.

"Ikut aja," kata Keirlan yang kini menyeret tangan Herald yang tidak diperban itu.

"Lily?" tanya Keirlan.

Kimberly menggelengkan kepalanya. "Kalian aja, aku mau buat jurnal."

"Okay."

"Jangan kasar, okay?"

"Iya!"

Kimberly menggelengkan kepalanya melihat Keirlan yang kembali menyeret tangan Herald sampai mereka menghilang dari balik pintu, gadis itu hanya berharap semuanya berjalan dengan lancar.

Giant Baby S2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now