[ part 44 ]

1.1K 135 6
                                    

Malam ini suasana di kamar pasutri itu terlihat ramai karena suara tangisan bayi yang tidak mau berhenti meskipun sudah menggunakan beberapa cara agar bayi itu tenang.

"Hah? nggak mau!" seru sosok laki-laki dengan kedua tangan yang memeluk dirinya sendiri.

"Harus mau, Kaan nangis gini pasti pengen digendong Papanya!" balas sosok perempuan yang tengah menggendong seorang bayi yang masih menangis.

"Ihh, nanti kalo jatoh gimana? terus kalo Ilan nggak sengaja pegangnya kekencengan gimana? nggak mau, ah!" tolak sang suami yang perlahan menjauhkan dirinya dari sang istri saat wanita itu mulai mendekatinya.

"Dicoba dulu, dong!"

Keirlan menggelengkan kepalanya cepat, "takuttt!"

Kimberly menghela nafasnya pelan, padahal mereka sudah belajar ilmu parenting dan juga belajar tentang cara merawat bayi dengan benar.

Saat itu Keirlan bisa mempelajarinya dengan lancar saat mempelajari cara menggendong bayi, tapi kenapa sekarang tidak mau dan merasa takut jika laki-laki itu akan melukainya?

"Pelan-pelan, oke? aku ajarin," tutur Kimberly dengan nada selembut mungkin.

Hal itu membuat Keirlan perlahan menurunkan kedua tangannya dan mengangguk pelan, tentu saja itu membuat Kimberly menyunggingkan senyumannya.

"Coba tiduran, tapi agak nyandar di headboard," titah Kimberly yang langsung dilaksanakan oleh Keirlan.

Laki-laki itu memposisikan dirinya seperti yang dipinta oleh Kimberly.

"Rileks aja, nggak usah tegang," kata Kimberly seraya memindahkan Kaan yang masih menangis itu ke arah Keirlan, ia menaruh bayinya di atas tubuh Keirlan dengan posisi tengkurap.

"Pegang, ringan aja pegangnya, terus elus-elus punggungnya," titah Kimberly sembari menuntun tangan Keirlan untuk memegang bayi itu dan mengelus-elus punggungnya dengan pelan.

"Kenapa nggak berenti nangisnya?" tanya Keirlan setelah beberapa detik berada pada posisi ini.

Kimberly tampak berpikir sejenak, seharusnya Kaan berhenti menangis karena bayi itu mencium bau ayahnya.

"Kayanya kamu harus shirtless deh," kata Kimberly.

"WH- mphh!"

Untungnya Kimberly lebih dulu membekap mulut Keirlan sebelum laki-laki itu berteriak dan membuat Kaan terkejut, bisa-bisa tangisannya semakin keras.

"Sssttt! nggak boleh teriak, oke?" ucapnya seraya mengambil Kaan dari Keirlan, lalu meminta laki-laki itu untuk cepat melepaskan bajunya.

"Tapi Ilan nggak suka shirtless, nanti kalo Kaan malah takut gimana?" tanya Keirlan, sorot mata laki-laki itu terlihat sendu.

"Coba dulu, ya?" bujuk Kimberly.

"Lagian bayi seusia gini masih belum bisa liat jelas," imbuhnya.

Lama Keirlan terdiam sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya, ia juga tidak bisa diam saja disaat Kimberly mencoba menenangkan anak mereka. Melihat wajah lelah Kimberly juga akan membuatnya semakin tidak berguna jika ia menolak untuk melakukan hal sepele seperti ini.

Setelah melepaskan bajunya, Keirlan kembali memasang posisi seperti tadi, Kimberly pun juga kembali menaruh Kaan pada dada bidang suaminya yang sekarang tidak dilapisi oleh kain apapun.

Benar saja, Kaan berhenti menangis begitu ia berada di pelukan Keirlan.

"Kamu keren!" puji Kimberly seraya mengacak-acak rambut suaminya itu dengan senyuman hangat yang terpancar di wajahnya.

Giant Baby S2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now