BAB 14

2K 215 22
                                    

"Len!"

Galen berhenti tepat di persimpangan jalan, menoleh kebelakang ternyata disana ada Sakuta.

Sakuta berlari kecil menghampiri Galen, terlihat baru pulang kuliah.

Sakuta tersenyum kecil, merangkul pundak Galen lalu berucap. "Mau mampir ke rumah gak? Bang Yada baru aja beli makanan." Ajaknya.

Galen terlihat menimang-nimang lalu membuka ponsel guna melihat jam, sekarang sudah pukul 5 sore bahkan lebih. Tadi dia benar-benar puas bermain seharian di rumah si kembar.

"Aku mau sih, Kak. Tapi harus izin dulu sama Papah. Kak Sakuta duluan aja nanti aku nyusul."

Sekarang jika ingin pergi kemana-mana harus izin, Galen tidak mau dianggap anak berandal dan nakal oleh Papah.

Sakuta mengangguk kecil, tangannya terjulur mengusap surai hitam Galen. "Yaudah, Kakak tunggu di rumah." Ujarnya.

"Atau mau Kakak tungguin?" Tanyanya lagi.

Gelengan kecil terlihat membuat Sakuta menghembuskan napas kecil, padahal dia ingin menemani Galen agar bisa mengobrol lebih lama di jalan.

"Nggak perlu, Kak. Aku kalau izin lama takutnya ada drama kecil, hehe."

Galen yakin seratus persen jika akan ada drama saat sampai di rumah.

"Yaudah kalo gitu, Kakak tunggu di rumah. Jangan lama-lama!"

Kedua mata bulat Galen memperhatikan punggung Sakuta yang perlahan menjauh, Galen mulai melangkah menuju rumah dengan langkah kecil yang terlihat malas.

"Yakin deh.. pasti kena marah." Gumamnya.

Galen membuka pintu perlahan.

"Dari mana? Jam segini baru pulang, inget rumah kamu!?"

Bahkan pintu belum terbuka sepenuhnya namun suara Ibu tirinya langsung terdengar. Masuk perlahan ternyata ada Papah serta istrinya sedang duduk di sofa dengan segelas teh hangat.

Galen melangkah mendekat, ingin bersalaman namun langsung di tolak mentah-mentah oleh keduanya.

"Habis dari mana kamu, Galen?" Papah menatap anaknya dengan tajam.

"Belajar, tadi aku belajar di rumah kembar."

"Yakin nggak macam-macam di luar? Anak kaya gini biasanya nakal loh, Pah. Kelihatannya aja kalem padahal aslinya--"

"Aku nggak!" Galen dengan cepat menyela ucapan Ibu tirinya, tanpa sadar tangannya mengepal karena mendengar tuduhan seperti itu.

"Sopan kamu begitu? Sopan menyela ucapan yang lebih tua? Etika kamu benar-benar buruk, Galen." Papah buka suara.

"Tapi-"

"Masuk kamar! Sebelum Papah main tangan."

Galen mengulum bibir, mulai melangkah masuk kedalam kamar sesekali menoleh kebelakang.

Berpapasan dengan Julian selaku Abang tirinya membuat Galen langsung menundukkan kepala sopan.

"Udah bagus tinggal di rumah Mama kamu, kenapa balik lagi kesini?" Tanya Julian.

"Besok kalau acara di rumah Mama udah selesai-"

Julian menepuk bahu Galen beberapa kali sebelum berbisik. "Kalau bisa sekarang dan seterusnya, jangan terlalu sering tinggal disini karena jujur..itu ganggu kita banget."

Julian pergi.

Galen langsung masuk kedalam kamar, mengunci pintu kamarnya dan langsung terbaring di ranjang dengan tangan yang menutupi wajah.

GALENWhere stories live. Discover now