BAB 05

2.6K 229 21
                                    

Tempat kost Yada dan Sakuta itu kecil dan jauh dari kata layak di huni, tempatnya di pinggiran empang lalu masuk ke gang kecil dan sempit serta di penuhi banyak rumah dusun.

Rumah kost Yada dan Sakuta pun mirip seperti rumah dusun, atap bolong-bolong, pintu kayu hampir copot, tidak ada lantai yang bagus, yang membedakan hanya ada kamar mandinya.

Saat melewati gang nya pun tidak jarang Galen melihat tikus yang berjalan seperti mobil mainan anak-anak, bau sampah pun sangat menyengat sampai masuk ke dalam rumah.

Galen duduk di tikar dengan setumpuk makanan ringan serta minuman kaleng. Galen suka sekali mampir ke sini, selain banyak disediakan makanan disini pun nyaman karena ada Yada dan Sakuta.

Sakuta sedang menyapu, membuka pintu kayu reyot lalu membuang debunya keluar. Tatapannya jatuh pada Galen yang sedang menonton televisi, senyumnya terbit saat Galen terlihat lahap makan snack ringan.

"Di dalam laci ada biskuit kesukaan kamu, Len. Sama ada susu pisang juga kemarin Abang beli banyak, makan aja." Yada yang baru pulang dari pasar berucap, masuk kedalam tidak lupa melepas sendalnya karena Sakuta baru saja menyapu.

Dengan semangat Galen mulai membuka laci, mengeluarkan isinya lalu membukanya satu persatu. "Makasih Bang Yada!" Ucapnya senang.

Bagi Yada dan Sakuta, Galen itu sudah seperti Adik mereka sendiri. Berbagai snack itu sengaja mereka sediakan untuk Galen saat main kesini, Yada dan Sakuta tidak begitu suka ngemil.

Keduanya tau, jika sedang stres maka Galen akan melepasnya dengan makan camilan manis. Yada sudah menebaknya, mangkanya di laci begitu banyak permen dan jajanan manis.

"Nanti gigi Galen sakit salah kamu ya, Bang." Sakuta meringis pelan saat Galen memasukan empat butir permen sekaligus kedalam mulut.

Yada mengangkat bahu acuh, menyerahkan sekantong belanjaan pada Sakuta. "Ambil piring, tadi Abang beli mie ayam." Ucapnya sebelum menghampiri Galen dan bergabung untuk menonton televisi.

Sakuta datang dengan tiga piring, Yada dengan semangat menaruh mie ayam, perutnya lapar dan ingin segera menyantap mie ayam yang sangat menggoda. "Len, makan tuh." Ucapnya pada Galen.

Tanpa ragu Galen mengambil mie ayamnya, menyuapnya perlahan-lahan. "Abang kerja apa sih? Hebat banget kayanya."

Entah perasaanya saja atau memang benar, tapi Galen merasakan jika Yada dan Sakuta saling melirik. "Galen penasaran aja sih... Bang Yada sama Kak Sakuta kan masih kuliah, aku ngeliat kalian hebat banget karena bisa kerja sambil kuliah." Lanjutnya.

"Kalian nggak capek ya? Emang kalian robot?" Galen bertanya dengan raut wajah bingung yang sangat lucu.

Keduanya kompak tertawa kecil saat mendengar ucapan Galen.

"Capek, Len. Tapi mau gimana soalnya udah nggak ada yang biayain kita lagi." Yada berucap, sesekali menyuap mie ayamnya yang tinggal setengah.

"Aku mau kaya kalian juga. Mau kerja kaya kalian juga, ajak Galen ya Bang. Nggak ada satu tahun lagi aku lulus sekolah, hehe." Galen berucap dengan semangat.

Sakuta tersedak kecil lalu setelahnya menyenggol lengan Yada dengan kencang.

Mendengar itu membuat Yada tersenyum tipis, Yada menggeser tubuhnya ke samping Galen. "Len, jangan ngikutin jejak kita. Orang susah kaya kita jangan kamu ikutin, Len.." Ucapnya seraya menepuk bahu si kecil.

Hidup luntang-lantung dari kecil membuat Yada dan Sakuta sudah pernah merasakan apa arti dunia yang begitu kejam.

Yada dan Sakuta bukan saudara sedarah, hanya sosok yang tidak sengaja bertemu dikala keputusasaan datang menghampiri hidup. Keduanya hidup bersama, susah bersama, lapar bersama, di usir, serta dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Itu bagaikan makanan sehari-hari mereka sedari kecil.

GALENWhere stories live. Discover now