BAB 11

2K 184 15
                                    

Galen tertidur sebentar, bangkit dari tidurnya Galen langsung melangkah menuju meja belajar karena tugas sekolah begitu banyak dan menanti untuk dikerjakan.

Setengah jam berkutat dengan buku dan pulpen, Galen tiba-tiba merasa begitu haus namun malas untuk mengambil minum di dapur.

Pintu kamarnya di ketuk beberapa kali, Galen yang sedang sibuk menulis dimeja belajar sontak berdiri untuk membuka pintu.

Pintu terbuka, Galen langsung disuguhi sosok Mama dan Kio yang sedang bergandengan tangan.

"Ada apa, Ma?"

Mama terlihat rapih dengan pakaian khas Ibu-ibu yang ingin berangkat arisan, menenteng tas dan juga memoles makeup di wajah. "Galen, Mama mau berangkat arisan. Karena arisannya hari ini di luar jadi Mama titip Kio sama kamu ya."

Galen sebenarnya tidak masalah, namun wajah si kecil Kio benar-benar tidak bersahabat. Galen berjongkok menyamakan tingginya dengan Kio. "Boleh, tapi Kio nya mau nggak?"

Mama mengusap pucuk kepala anaknya. "Kio sayang, tunggu disini sama Kak Galen ya? Nanti pulangnya mau Mama bawain apa, hm?"

Kedua mata bulat Kio menatap Mama dengan pandangan senang. "Mau donat kacang yang biasa Kio beli!" Serunya.

Mendengar itu Mama tersenyum tipis, tatapannya teralih menatap Galen. "Galen mau apa? Nanti Mama belikan."

Sudah lama tidak ditanya seperti itu membuat tubuh Galen menegang sesaat, Galen terlampau senang.

"Aku mau--"

"Ma, kok Mama tanya itu juga sih sama Kak Galen? Dia kan hanya orang asing, Ma. Mama udah nggak sayang Kio ya?" Kio, anak itu menyela ucapannya dengan nada iri yang begitu ketara.

Mama berjongkok, mengusap pucuk kepala si kecil. "Kio gak boleh gitu, Kak Galen kan Kakaknya Kio." Mama berucap.

"Tapi Kakak ku kan cuma dua, Ma." Kio menunjukkan jarinya dan memamerkan angka dua kehadapan Mama. "Hanya ada Kak Hana dan Kak Bakti. Aku nggak punya Kakak yang namanya Galen."

Mama tersentak kaget saat anaknya berucap seperti itu, Mama sedikit melirik Galen sebelum fokus pada Kio.

"Tapi Kak Galen baik loh, tampan juga kan. Kio pasti senang main sama Kak Galen." Mama berusaha membujuk si kecil.

Kio menggelengkan kepala tanda tidak setuju. "Aku gak mau nambah Kakak lagi. Kio nggak suka ada sampah di rumah ini."

Ucapan itu sukses menohok hati Galen yang sedang berdiri di depan Kio dan Mama. Diam-diam Galen mengigit mulut dalamnya, hatinya sakit sekali.

"Kio!" Mama berteriak kecil membuat Kio menangis.

"Mama bentak Kio! Mama udah gak sayang Kio!"

Kio berlari menjauh membuat Mama menghela napas kecil dan segera menyusul sang anak.

Galen terdiam disana dengan pandangan kosong, menatap kepergian Mama dan Kio dengan perasaan rumit.

🥀🥀🥀

Setelah puluhan bujukan akhirnya Kio mau ditinggal dengan Galen di rumah.

Saat ini Galen sedang bermain ponsel sambil menemani Kio yang sedang bermain mobil serta pasir di halaman belakang rumah mereka.

Sesekali terdengar decakan kesal dari Galen karena sungguh anak Mamanya ini begitu usil dan nakal. "Kio, jangan lempar-lempar pasir. Celana aku kotor." Galen berucap, tangannya sibuk membersihkan pasir yang mengotori celananya.

Bukannya berhenti namun kelakuan Kio malah tambah menjadi-jadi, tangan kotor penuh pasir itu tiba-tiba merebut ponsel milik Galen lalu melemparnya kebawah. Lemparannya tidak kencang namun tetap membuat ponselnya sedikit retak di pinggir.

GALENNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ