BAB 07

2.1K 212 23
                                    

"Ma."

Galen menghampiri Mamanya yang sedang sibuk memasak di dapur, dengan apron biru muda Mama masih terlihat sangat muda.

"Ma, masak apa?" Tanyanya.

Mama menoleh sekilas sebelum kembali fokus mengaduk-aduk sayur ikan. "Hari ini menunya ikan. Mama masak ikan nila, disini rata-rata suka sekali dengan ikan." Ucapnya.

Mendengar itu membuat Galen terdiam. "Perlu bantuan gak, Ma?"

Sungguh, Galen sangat ingin menghabiskan waktu dengan Mama barang beberapa menit, Galen rindu.

"Nggak perlu, Kak Rara nanti kesini bantu Mama. Kamu main aja sama Kio."

Kio, anak laki-laki berumur enam tahun buah hati pernikahan Mama dan Ayah tirinya. Kio begitu tidak menyukai Galen, wajahnya terlihat sinis saat Galen ada di rumah ini, apalagi jika Galen sedang mengobrol bersama Mama..anak itu selalu merusuh dan menangis.

"Gapapa, aku bant-"

"Galen, tolong jaga Kio dulu. Kasihan dia main sendirian di taman belakang." Mama berucap, ucapan Mama seperti tidak ingin dibantah membuat Galen mau tidak mau harus menurut.

Galen berjalan menuju taman belakang rumahnya, berhenti sebentar saat kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit. Galen itu sedang demam faktor hujan kemarin, kepalanya juga sedikit pusing.

Menggeleng kecil, Galen mulai lanjut berjalan. Disana ada Kio, bocah laki-laki itu sedang asik bermain mobil-mobilan, banyak sekali mainan membuat Galen diam-diam iri.

"Halo, Kio." Sapa Galen ramah.

Kio menatap Galen sekilas sebelum kembali fokus pada truk kecil yang sedang mengangkut pasir. "Kamu kenapa kesini? Pergi pulang ke rumah kamu sana." Ucapnya mengusir.

Mendengar itu membuat Galen tertawa pelan, betul, kenapa dia kesini? Galen juga tidak tahu.

Rumah Galen dimana ya? Galen lupa, Galen lupa arah.

Galen mulai duduk di samping Kio, memperhatikan anak itu yang sedang asik bermain mobil-mobilan dan juga pasir halus.

Sadar jika sedang diperhatikan membuat Kio menoleh ke sudut. "Pergi sana, nggak usah liatin aku main." Usir Kio, anak itu bahkan menendang kaki Galen beberapa kali.

"Aku di suruh Mama temenin kamu main." Sahut Galen singkat, tangannya sibuk membersihkan pasir akibat tendangan Kio.

Kio mendengus kesal. "Itu Mama aku! Kamu jangan ngaku-ngaku, dasar nggak tahu malu!"

Galen menggelengkan kepala kecil saat mendengar ucapan Kio. Siapa yang mengajarkan anak sekecil Kio berbicara kasar begini?

"Itu Mama aku juga, dia lebih dulu jadi Mama aku." Namun Galen tetap meladeni ucapan si kecil. Tangan Galen terjulur hendak merapihkan susunan surai Kio namun langsung ditangkis kasar oleh si kecil.

Kaki Galen kembali ditendang-tendang oleh Kio sampai celana warna putih miliknya kotor.

"Nggak usah ngaku-ngaku, kamu udah numpang disini tapi juga nggak tahu diri."

Melihat Galen hanya diam membuat Kio kesal. "Apa kamu nggak punya Mama sehingga bilang Mama aku juga Mama kamu!?"

Mendengar itu sontak membuat Galen terdiam dengan kedua mata bergetar. "Aku..."

Galen menunduk, memperhatikan rumput hijau dengan pandangan kosong.

Apa Mama masih menganggapnya anak?

"Mama bahkan lupa kalau aku alergi ikan." Batinnya.

Berhadapan dengan guru Kesiswaan adalah hal yang paling Galen hindari dari dulu

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Berhadapan dengan guru Kesiswaan adalah hal yang paling Galen hindari dari dulu.

"Kamu sudah telat beberapa kali ke sekolah, Galen? Tidak kapok dihukum terus?"

Galen menunduk, tidak membantah sama sekali karena dia memang langganan telat.

"Kamu selamat karena kamu salah satu siswa berprestasi disini, Galen."

Galen pintar, nilainya selalu bagus dan sering ikut olimpiade mewakilkan sekolahnya. Kekurangannya hanya satu yaitu sering sekali datang terlambat sampai harus berkali-kali dapat hukuman.

"Untuk itu tidak ada hukuman berat, namun Bapak minta agar salah satu orang tua kamu datang untuk bertemu Bapak. Bapak tunggu besok."

Mati saja.

"Pa, hukuman lain saja asal jangan panggilan orang tua." Galen berucap, nadanya setengah memohon namun sepertinya percuma.

"Tidak ada bantahan, Galen."

Keluar dari ruang kepala sekolah, Galen dibuat tertunduk lesu.

Orang tua Galen apakah mau kesini?

Terkadang jika Galen bercerita tentang masalah sekolah saja mereka hanya mendengarkan namun tidak ada tanggapan sama sekali, mereka seperti masa bodo.

"Papah mau nggak ya kesini?" Gumamnya, mengingat Danu yang sering berbuat ulah dan Papah selalu datang ke sekolah Danu... barangkali Papah berkenan datang ke sekolahnya. Galen kan juga anaknya Papah, anak kandung.

Saat pulang sekolah Galen berjalan menuju rumah Papahnya, menatap gerbang beberapa detik sebelum berjalan masuk kedalam.

Kaki Galen melangkah ke halaman belakang saat ada suara dari sana, terdapat Papah dan keluarganya sedang mengadakan pesta barbeque kecil-kecilan.

"Pah." Kehadirannya tentu membuat mereka semua mengalihkan atensinya pada Galen.

Dapat dia lihat semarah apa wajah Danu, anak itu terlihat meremat kertas sampai remuk.

Papah menghampiri anaknya. "Ada apa? Bukannya sekarang waktu kamu bersama Mama?"

"Papah nggak suka aku mampir kesini?" Galen bertanya.

"Bukannya begitu Galen, Papah hanya bertanya kenapa wajahmu terlihat sangat tersinggung."

"Tapi Papah kaya nggak senang Galen kesini? Apa aku ganggu waktu kalian kumpul..kalau gitu maaf."

"Tuh sadar diri." Danu berteriak dari ujung membuat Papah menghela napas kecil.

Apa kehadiran Galen salah? Apa berkunjung ke rumah Papah kandungnya adalah kesalahan? Ini kan juga rumahnya.

"Langsung saja, ada apa?"

"Begini...Papah besok bisa datang ke sekolah aku? Penting soalnya."

Alis Papah terangkat satu. "Kenapa? Tumben banget, kamu buat masalah?" Tanyanya.

"Sedikit.." Galen berucap kecil.

"Kenapa kamu itu selalu membuat masalah, Galen?" Papah berucap dengan nada kesal. "Besok Papah ada meeting penting." Lanjutnya.

Galen jarang membuat masalah dan jarang menyulitkan Papah ataupun Mama, jika bisa Galen selesaikan sendiri maka akan dia lakukan. Tapi kenapa Papah berucap seakan-akan dia anak yang nakal dan selalu membuat Papah kerepotan?

"Pah, kali ini aja... besok datang ya? Galen mohon."

Papah membuang wajah. "Tidak bisa, suruh saja Mama mu, lagipula sekarang kan jadwal kamu tinggal bersamanya."

"Tapi-"

"Galen, kamu itu sangat menganggu waktu bersama kami. Tolong cepat pulang ya?" Ibu tirinya berucap, secara terang-terangan mengusir Galen dari sini.

Tbc

**Jujur aku mau lebih sering update book GALEN, tapi jumlah vote dan komennya gak sesuai ekspektasi :)

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

**
Jujur aku mau lebih sering update book GALEN, tapi jumlah vote dan komennya gak sesuai ekspektasi :)

GALENTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon