BAB 06

2.8K 240 11
                                    

Menatap jam di ponselnya dengan pandangan kosong, Galen kembali bersender di teras rumah sambil menatap langit.

Matanya mengantuk berat namun untuk sekedar memejamkan mata begitu sulit karena hawa dingin serta suara nyamuk sangat menganggu.

"Mereka pulang jam berapa ya.." Lirihnya, Galen sudah mengirim beberapa pesan namun satu pesan pun belum ada yang di balas.

Baterai ponselnya hampir habis, hanya tersisa dua belas persen dan harus segera di charger. Suara dering ponsel membuat Galen membuka mata, dengan semangat dia memencet tombol hijau.

"Halo, Ma?" Ucapnya cepat.

"Ma! Di angkat nih."

Suara nyaring Kakak tirinya terdengar, Galen merekahkan senyum saat samar-samar mendengar suara Mama.

"Ma?" Ucapnya lagi.

"Galen, di sini hujan deras.. kemungkinan kita tidak pulang."

Senyum Galen luntur, dia menatap langit dengan perasaan rumit dan campur aduk. "Ma...disini juga mau turun hujan, Galen harus apa?" Semakin lama suara Galen semakin kecil.

Galen tidak bohong, di langit sana sudah ada percikan petir membuat Galen mengusap kakinya beberapa kali lantaran takut, disini sudah hampir pukul sebelas malam dan suasana kompleks perumahan sudah sangat sepi.

"Sebelum turun kamu bisa pergi ke rumah Papah kamu, Galen."

"Tapi, Ma--"

"Untuk hari ini saja ya? Mama sekeluarga benar-benar tidak bisa pulang karena hujan deras...kamu mau Mama kecelakaan saat di jalan?"

"Iya, nanti Galen ke rumah Papah."

Telpon dimatikan sepihak, saat itu juga baterai ponselnya habis... ponselnya mati total.

Galen bangkit dari acara duduknya, menepuk pelan celananya karena kotor sebelum melangkah keluar gerbang rumah bernuansa putih ini.

Di sepanjang jalan Galen hanya menampilkan wajah kosong dan hampa, tidak jarang dia tersandung batu atau pembatas jalan karena tidak fokus.

Lagi, Galen berhenti di persimpangan jalan.

Menatap jalan yang menuju rumah Papahnya dengan rumit sebelum helaan napas gusar terdengar, dengan langkah berat Galen melangkahkan kakinya kesana.

"Tau..aku tau pasti akan ada drama kecil disana." Galen berucap, sudah tau pasti akan ada pertikaian kecil antara Papah dan Ibu tirinya.

Galen sangat peka, Ibu tirinya begitu tidak menyukai Galen, selalu menatapnya dengan sinis dan bersikap semena-mena saat tidak ada Papah.

Sampai didepan gerbang lalu setelahnya helaan napas panjang terdengar, Galen membuka pintu gerbang dan masuk kedalam dengan langkah lesu, berdiri di depan pintu tanpa ada niat mengetuk.

Belum sempat mengetuk pintu tubuh Galen langsung ditarik kebelakang sampai terjungkal menyentuh rumput.

Ulah Danu.

Anak itu terlihat baru saja pulang dari minimarket, wajah Danu sangat-sangat tidak bersahabat membuat Galen menunduk kecil dengan tangan saling meremat kesal.

Tatapan benci, Galen begitu tidak suka dengan tatapan Danu.

"Ngapain kamu kesini?!"

Galen bangkit dari jatuhnya, menepuk pelan celananya lalu balas menatap Danu. "Mau izin nginep disini."

Dengusan kasar terdengar. "Heh, kamu nggak bisa ngitung hari? Udah seminggu kamu disini, pergi!" Ucapnya.

"Iya..di rumah Mama lagi nggak ada orang, jadi aku mau nginep disini sehar--"

GALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang