BAB 17

3.3K 248 26
                                    

Berdiri agak jauh di bawah pohon, kedua mata bulat Galen memandang gundukan tanah yang masih baru itu dengan rumit, kedua tangan saling meremat dengan tubuh bergetar, hidungnya sudah memerah seperti tomat.

Isakan kecil terdengar saat menyaksikan kedua sahabatnya dimasukan ke dalam rumah terakhir.

Air mata menumpuk di sudut, Galen tidak ada niat untuk menghapusnya, sebagai bukti jika Galen benar-benar kehilangan separuh hidupnya. Sahabat seperjuangan, sahabat yang mendukungnya, sahabat yang selalu ada jika dia kesulitan.

Sekarang keduanya telah berpulang.

"Ini terlalu mendadak.." Galen bergumam kecil, mata bengkak itu menatap keluarga si kembar yang sedang berduka.

Ada orang tua serta Kakak perempuan si kembar.

"Aku senang pas kalian bilang mau pulang tapi.. tapi bukan ini." Galen berjongkok menyembunyikan wajahnya saat tanah merah basah itu perlahan menutupi kedua tubuh sahabatnya. "Bukan berpulang yang kaya gini Ehsan..Gosan." Lirihnya.

Pundaknya di tepuk pelan, Galen dengan cepat menolehkan kepala. Senyum lembut Bunda si kembar langsung menyambut Galen.

"Tante..turut berduka atas b-berpulangnya Ehsan dan Gosan." Bahkan Galen benar-benar tidak rela saat mengucapkan kata berpulang.

Bunda si kembar menganggukkan kepala, berusaha tegar dan ikhlas. Tangannya terjulur mengusap air mata Galen yang menepuk. "Ikhlas ya, nak. Tante tau kamu pasti sedih.."

Orang tua si kembar sudah tau masalah yang Galen alami berkat Gosan dengan mulut cerewetnya yang suka bercerita, Bunda si kembar pun tau jika hanya kedua anaknya yang selalu setia bermain dengan Galen, bahkan keduanya tidak ada bosan-bosannya menceritakan kehidupan temannya ini.

Tante mengambil sesuatu didalam tote bag, mengeluarkan satu kotak berwarna hitam dari sana. "Ini dari si kembar, ada di kamarnya dan sudah di bungkus dari seminggu yang lalu. Katanya untuk hadiah ulang tahun kamu, Galen."

Benar, ulang tahun Galen tidak ada seminggu lagi. Si kembar bahkan sudah menyiapkan dari jauh-jauh hari.

Dengan gemetar Galen menerima hadiah itu, mendekapnya dengan erat sambil bergumam terima kasih.

"Ini semua salah Tante, saat itu sedang hujan deras tapi si kembar memaksa pulang dan dengan bodoh Tante tidak melarangnya.."

Tante menangis lagi dan langsung ditenangkan oleh suaminya. Paman dengan lembut mengusap bahu sang istri. "Istirahat ya, Bun."

"Galen, Om dan Tante duluan ya. Sehat-sehat kamu, jadi anak hebat dan kuat! Om berdoa yang terbaik untuk kamu."

Galen mengangguk saja, kedua matanya terpaku menatap sepasang suami istri yang perlahan pergi menjauh. Satu persatu orang di pemakaman perlahan pergi, hanya Galen yang masih termenung disana.

Perlahan Galen mendekat, berjongkok di tengah-tengah makan si kembar Ehsan dan Gosan, mengelus batu nisan sahabatnya secara bergantian.

"Makasih kadonya." Galen berucap.

Mulai mengadahkan kepala menatap langit, jujur dia ingin sekali menangis namun air matanya sudah begitu kering karena semalaman sudah begitu banyak mengeluarkan air mata.

"Aku mau pulang, aku berusaha ikhlas." Tidak ingin berlama-lama disini, Galen pun beranjak hendak pergi.

Sebelum melangkah jauh Galen menyempatkan diri untuk melihat kebelakang.

Dengan tatapan kecewa Galen berucap. "Rumah nyaman aku hilang lagi."

Galen mulai melangkah menuju gerbang, tidak lagi menoleh kebelakang karena takut akan ada air mata yang kembali jatuh.

"Sekarang mau keliling kemana lagi, Len?" Yada bertanya namun hanya dapat respon gelengan kecil.

Tadi Yada dan Sakuta menunggu di luar gerbang pemakaman. Melihat Galen hanya murung Yada langsung berinisiatif mengajak Adiknya ini berkeliling.

Sakuta mendesah frustasi sekaligus sedih saat melihat Adiknya ini. Paham apa yang sekarang Galen inginkan dia pun dengan menggenggam tangan yang lebih muda.

"Yuk pulang aja." Ujarnya.

Yada dan Sakuta dengan semangat merangkul Galen, memberikan kobaran semangat dan dukungan dengan usapan lembut yang dapat Galen rasakan di punggung.

Sekarang rumah nyaman yang Galen punya hanya Yada dan Sakuta.

"Jangan tinggalin Galen ya."

Tuhan, tolong jangan rubuhkan rumah nyaman yang Galen punya.

🥀🥀🥀

"Serius mau pulang ke rumah kamu aja? Gak mau nginep di rumah kita?" Yada bertanya saat ketiganya berhenti di pertigaan jalan.

Galen mengangguk yakin, dia ingin menangis puas di dalam kamar dan tidak ingin membuat kedua Abangnya khawatir. "Yakin, yaudah aku duluan ya. Makasih, Bang Yada dan Kak Sakuta." Ucapnya sebelum melangkah menjauh.

Yada dan Sakuta saling pandang sebelum menghembuskan napas kecil. "Itu arah ke rumah siapa?" Tanya Yada.

"Bapaknya." Sahut Sakuta.

Melangkah dengan langkah kecil dan tidak bersemangat, Galen berkali-kali menghembuskan napas lelah. Apalagi saat mendengar suara ribut-ribut Danu dan Julian dari dalam rumah sang Papah. Memilih masuk lewat pintu belakang, Galen di buat terkejut saat mendapati Papah yang sedang melipat dada.

"Keluar, kondisi rumah disini sedang tidak baik." Papah berucap.

Galen mengulum bibir. "Aku cuma numpang tidur, Pah."

"Masuk dan jangan keluar kamar."

Tanpa banyak bicara Galen masuk kedalam, berjalan ke kamarnya lalu menguncinya. Melangkahkan kaki menuju ranjang, tatapan Galen terpaku pada tangannya yang masih menggenggam kotak lumayan besar.

Perlahan membuka kotaknya, 3 buah babi langsung menyambut penglihatan Galen.

Ada sepucuk kertas juga disana.

'Babi yang tengah itu kamu. Semoga suka. Peluk kita kalau lagi sedih ya!'

Begitu isinya.

Diam-diam Galen memeluk babi itu, menyembunyikan wajahnya di antara ketiga boneka babi di dekapannya.

Diam-diam Galen memeluk babi itu, menyembunyikan wajahnya di antara ketiga boneka babi di dekapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ehsan... Gosan." Galen berucap lirih.

Mulai membaringkan diri dan mulai memejamkan mata.

Tbc

**Aku mau push Galen, 2 BAB lagi ending jadi gak sabar hahaha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

**
Aku mau push Galen, 2 BAB lagi ending jadi gak sabar hahaha

GALEN [END]Where stories live. Discover now