BAB 02

5K 313 8
                                    

Memasuki kelas akhir sumpah demi Tuhan kepala Galen hendak meledak. Banyak sekali tugas praktek dan presentasi sampai dirinya tidak ada waktu untuk bersantai-santai.

Galen melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah, jam pelajaran usai pukul empat sore. Sibuk dengan permennya Galen sampai tak sadar jika ada dua orang berlari kearahnya.

"Len! Galeen!"

Langkahnya terhenti saat ada kedua tangan merangkul bahunya. "Ganggu ah." Ucapnya bercanda.

Ehsan dan Gosan langsung mendelikkan mata saat mendengar ucapan sahabatnya.

"Mau mampir ke rumah kita nggak? Lagi nggak ada ortu, lumayan bisa main game sepuasnya." Gosan berucap dengan nada antusias.

"Mampir lah, udah lama juga kan kamu nggak main ke rumah kita." Ehsan menimpali.

"Gak bisa, aku harus pulang."

Keduanya saling tatapan saat mendengar ucapan Galen.

"Tumben betah, biasanya gak mau lama-lama kalau di rumah." Ehsan berucap, tangannya mengeluarkan dua bungkus roti kehadapan Galen. "Buat kamu, tadi aku beli kebanyakan." Ucapnya.

Galen terdiam, bener juga. Dia tidak terlalu betah berada di rumah, biasanya jika pulang sekolah Galen akan singgah dulu entah dimana... biasanya sih di rumah si kembar Ehsan dan Gosan namun jika terlampau sering mampir dia takut merepotkan kedua sahabatnya.

"Aku kangen Mama, mau mampir dulu ke rumah Mama." Galen beralasan agar si kembar tidak terus bertanya-tanya karena sungguh Ehsan dan Gosan itu cerewet sekali.

Ehsan menyeringgit dahi. "Tapi sekarang kan giliran sama Papah kamu? Emang gak masalah kalau kamu-"

"Emang gak boleh ya seorang anak jenguk Mamanya sendiri?" Galen menyela ucapan Ehsan.

Gosan mengangguk mengerti lalu menyeret Kakak kembarnya agar naik ke motor. "Sip kalau begitu, bawa kendaraan nggak? Kalau nggak kita bisa cengtri." Ucap Gosan sambil menepuk motornya.

Ehsan mendelik sinis, lalu mulai menoyor kepala Adik kembarnya. "Mana muat, dodol!"

"Muat, badan kalian berdua gak gede-gede banget kok." Gosan berucap dengan yakin. "Buruan naik, Len." Ucapnya menyuruh Galen naik ke motor.

Galen kembali menggeleng tak lupa merotasikan kedua matanya. "Aku bawa sepeda, udah kalian pergi gih suh suh. " Usirnya.

Sambil menjalankan motor Ehsan dan Gosan pergi tidak lupa keduanya misuh-misuh pada Galen karena diusir.

Kedua mata bulat Galen menatap sepeda motor si kembar yang sudah pergi keluar gerbang, setelahnya Galen pergi ke parkiran sekolah mengambil sepeda hitam di pojok lalu mulai mengayuhnya perlahan.

Sepeda hadiah dari kedua Abangnya dua tahun lalu, Galen merawatnya dengan baik agar sepeda itu tidak rusak.

Sepeda hitam kokoh itu membelah jalan raya, melewati berbagai macam kendaraan berasap yang sedang pergi berlalu lalang di jalanan.

Tadi Galen bilang ingin pergi ke rumah Mamanya namun arah yang dituju berbanding terbalik, Galen menuju arah lain.

Kakinya dengan kuat mengayuh sepedanya ke sebuah sungai cantik. Namanya sungai rindu, Galen sering berkunjung ke sungai itu entah untuk sekedar main ataupun melamun.

Galen berhenti tepat di pinggir jembatan sungai, memejamkan mata sambil menghirup udara sejuk. "Rindu, Galen sengaja mampir kesini.."

Galen rindu kedua Abangnya. Bang Yada dan Kak Sakuta.

Galen rindu keduanya karena sudah hampir satu bulan tidak bertemu. "Bang Yada sama Kak Sakuta kemana ya?"

Tanpa memberi kabar keduanya menghilang, mengecek rumahnya pun kosong...mengabari lewat media sosial pun keduanya tidak aktif.

Apakah...rumah Galen yang satu ini harus hilang? Galen tidak mau!

Rumahnya tidak boleh hilang.

Galen menunduk memperhatikan air sungai, kedua tangannya meremat gagang sepedanya. "Galen sengaja kesini setiap hari untuk ketemu kalian..."

Mereka bertemu disini, awal pertemuan mereka dari sini...di sungai Rindu. Galen berharap mereka datang dan bertemu lagi disini.

Mereka memang hanya orang asing yang tidak sengaja bertemu.

Meskipun Yada dan Sakuta bukan saudara kandungnya Galen sangat-sangat menyayangi mereka.

Bagi Galen, Yada dan Sakuta adalah rumahnya. Rumah Galen.

Hampir dua jam menunggu tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Galen menunduk sebelum menghela napas dan mengayuh sepedanya, melewati berbagai keluarga yang sedang berpiknik di dekat taman.

Galen berhenti saat melihat sebuah Ibu dan anak yang lewat tepat di depan matanya, Galen mengangkat sebelah tangannya menuju pucuk kepalanya, mengelusnya perlahan.

Dengan pandangan sendu dia berucap.

"Kapan ya terakhir kali di usap Mama?"

Tbc

Ehsan Awangga
12 SMA (17)

Gosan Awangga12 SMA (17)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gosan Awangga
12 SMA (17)

Gosan Awangga12 SMA (17)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GALEN [END]Where stories live. Discover now