BAB 12

2.4K 210 2
                                    

Nyatanya Galen terlalu berharap, dia pikir hanya Papah yang berubah dan beranggapan jika Mama masih seperti dulu, masih sayang dan peduli padanya.

Namun sekali lagi, dia hanya terlalu berharap.

Seperti dugaan Galen... Mamanya berubah.

"Maksud kamu sayat-sayat tangan itu apa, Galen?!"

Mama sudah tidak seperti dulu..iya juga apa yang Galen harapkan sih, semuanya sudah berubah semenjak kedua orang tuanya cerai.

Hidup damai dan bahagianya sirna dalam sekejap, dunia yang dulunya berwarna kini kelam dan kelabu. Dunia jadi jahat, Galen tidak suka.

"Mama gak ada ajari kamu nyakitin diri sendiri ya."

Mama bahkan lepas tangan merawat Galen saat bercerai, kapan Mama mengajarinya? Galen tidak ingat.

"Jawab Mama, Galen! Kenapa tiba-tiba diam?!"

Galen mengulum bibir sebelum buka suara. "Galen cuma..cuma iseng aja, kehidupan terlalu jahat.." Galen bergumam kecil, sesekali meremat tangannya yang baru saja dia gores menggunakan serpihan kaca.

Sakit, tangannya sakit dan perih namun rasa sakitnya tidak sebanding dengan yang Mama ucapkan.

"Kamu masih usia remaja, gak usah sok depresi, Galen." Mama menunjuk Galen dengan wajah marah.

Hati Galen sakit saat Mama berucap seperti itu.

"Apa susahnya sih minta maaf, Ayah kamu itu udah baik masih untung dia mau nampung kamu disini. Gak banyak Ayah sambung yang seperti itu."

Galen menatap Mama dengan pandangan lesu berharap Mama melihatnya seperti dulu. "Ma, aku juga anak Mama.."

"Mama tau! Mama paham, tapi sekarang sudah tidak seperti dulu lagi, Galen!"

"Mama sudah punya keluarga, harusnya kamu paham dan lebih menghormati mereka..jangan buat Mama malu, Galen."

Galen menunduk saat mendengar itu, apa selama ini Galen kurang sopan? Bukannya mereka yang tidak mau menerima kehadiran Galen.

"Semuanya sudah berubah, harusnya kamu berpikir kedepannya, jika Ayah tidak mau menampung kamu disini bagaimana? Apa susahnya minta maaf-"

"Karena kalian, semuanya berubah karena kalian! Kehidupan Galen jadi hancur karena Papah dan Mama cerai! Galen harus kemana, Ma!? Galen bingung harus kema-"

Suara tamparan begitu nyaring membuat Galen tanpa sadar meneteskan air mata.

"Jaga ucapan kamu, Galen!"

"Kalau sikap kamu terus seperti ini lebih baik tinggal selamanya di rumah Papah karena Mama tidak bisa menerima kamu."

Mama pergi keluar dari kamarnya, meninggalkan Galen yang memanggil sang Mama dengan suara parau dan kecil.

"Ma.."

Galen menyembunyikan wajah dilipatan lutut, mulai menangis sambil meremat tangannya sendiri.

🥀🥀🥀

Besoknya Mama mengusir Galen secara halus.

"Galen, untuk saat ini kamu tinggal di rumah Papah dulu ya, di rumah mau ada arisan keluarga kemungkinan ada separuh kerabat yang tidur disini, Mama takut gak cukup kamarnya."

Padahal tadi dia baru saja minta maaf namun apa ini?

Galen tersenyum miris sebelum mengangguk kecil, dia tidak berusaha menolak karena itu semua sia-sia.

Padahal masih pagi namun mood Galen sudah kembali hancur.

Mulai mengambil roti dan menyantapnya perlahan, sesekali melihat punggung sang Mama yang sedang sibuk mengemas bekal untuk keluarganya.

GALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang