05. Keciduk

329 20 0
                                    


"Haikal bangsat! Awas aja ya lu Kal, gaada main nginep rumah gue lu entar ya.." Gerutu Juna yang kini tengah berjalan melewati kantin.

"Anjink!..Anjink!.. Gue harus nebeng siapa lagi cobaa.." Umpatnya dengan suara lirih.

Langkah kaki Juna terus berjalan hingga ke arah lapangan basket. Berharap ada anak yang masih berada disana, dan bisa minta tebengan pulang.

'Brakk'

suara bola basket yang tak tepat sasaran ring terdengar memantul ke arah berlawanan.

"Junn! Awas bolanya!" Ujar salah satu pemuda yang berada tepat di tengah lapangan basket.

Juna yang merasa terpanggil menoleh ke sumber suara. Tatapannya kini terarah pada bola basket yang melayang tepat ke arahnya. Dengan sigap ia pun mengambil bola basket tersebut. Melepaskan tas ransel yang ia bawa dan mendribbling bola basket dalam genggamannya menuju ring basket.

Berhenti pada luar three-point line dan menembakkan bola ke arah ring didepannya. Dan yap! Bola basket pun masuk ring tepat sasaran. Tak susah bagi Juna mencetak score sempurna untuk three-point dalam bermain basket. Dia memang jagonya dalam hal ini.

Suara tepuk tangan dari ketiga pemuda terdengar di lapangan tersebut.

"Widiihh! Gilehh! Padahal lu udah jarang ikut latihan sana sini tapi masih keren juga main lu Jun" Ucap seorang pemuda dengan senyumnya menghampiri Juna.

"Yeee.. lu meremehkan seorang Juna bree! Asal lu tau, gaada pemain yang bisa nandingi three-point shot gua selain gue sendiri di tim SMABE." Ujar Juna dengan wajah congkaknya merasa keren setelah ia dapat mencetak score three-point.

*(SMABE : nama tim basket SMA Berlian)

"Yain dahh si suhu" Ujar Mahendra yang disusul dengan tertawa dari mereka semua.

"Lu kenapa udah jarang ikut latihan diluar sekolah?" Tanya pemuda yang bernama Abiyan atau biasa dipanggil Biyan.

"Emm gue rasa kita udah waktunya fokus dikelas 12 ini mangkannya gue milih gak ikut latihan di luar sekolah. Tapi kalo di sekolah si masih tetep ya." Jelas Juna pada ketiganya.

"Hilihh.. sok sok an lu ngomongin kelas 12, pengen fokus dulu sama pelajaran. Prettt! Gue liat elu ya dikantin sama si Haikal waktu masih jam pelajaran!" Seru Mahen yang tak yakin dengan omongan yang keluar dari mulut Juna.

"Nah loh! Kok lu tau gue ke kantin pas masih jam pelajaran?! Jangan jangan lu bolos juga ke kantin, ya gak lu?!?" Seru Juna pada Mahen sembari memasang wajah meledek.

"Enak aja! Orang gue pelajaran noh bu Anisa, guru killer. Mana bisa gue keluar kalo bukan disuruh sama dia. Pas bawa buku anak anak ke ruang guru kebetulan gue lewat kantin baliknya, nah disitu gue liat lu" Jelas Mahen dengan menggebu.

"Mang iyak???" Ujar Juna dengan wajah konyolnya.

Mahen yang mendengar pertanyaan tak bermutu Juna pun hanya merotasikan bola matanya acuh.

"Serah lu dah Jun"

"Eh, btw tumben lu sendirian. Si Haikal mana? Biasanya lu berdua udah kek orang pacaran kemana mana berdua" Tanya pemuda bername tag Devan.

"Gue ditinggal sendirian sama anaknya pak Agus" Ujar Juna dengan malas. Namun tak berselang lama raut wajahnya berubah. Menampilkan wajah sumringah. Juna kemudian berlari kecil ke pinggir lapangan berniat mengambil tasnya yang ia lepaskan begitu saja.

"Ohya! kebetulan banget nih, gue mau nebeng sama lu Pan!" Ujarnya setelah kembali ke hadapan mereka, dengan setia menampilkan senyum lebarnya.

"Lahh.. emang motor lu kemana?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kisah Remaja | 97 line Where stories live. Discover now