02. Kantin

520 28 0
                                    


12 IPS 1

"Oke anak anak pelajaran ekonomi bapak mulai ya.. coba kalian buka buku paketnya halaman 4"

Suasana di kelas 12 IPS 1 begitu sunyi setelah guru Ekonomi mulai menerangkan materi. Sebut saja dengan panggilan Pak Riski. Guru paling membosankan yang pernah Yuda dan Bryan temui. Selain dari cara mengajarnya yang terlalu biasa saja, Pak Rizki juga bukan tipe guru yang bisa diajak bercanda.

Jujur saja, Yuda dan Bryan adalah murid yang sering kali memberikan negosiasi mengenai jam pelajaran di kelas. Kedua pemuda tersebut sering kali melayangkan pertanyaan tak penting dan candaan pada setiap guru yang baru saja masuk ke kelas mereka. Alasan mereka melakukan itu, ya tidak lain dan tidak bukan untuk mengulur waktu jam pelajaran.

Namun kali ini keduanya justru diam seribu bahasa di bangku paling belakang. Bagaimana tidak, tadi saja saat guru Ekonomi tersebut masuk niat mereka langsung menyapa dan mencecar beberapa pertanyaan serta candaan setelahnya. Atau bisa kita bilang basa basi semata.

Berharap disambut dengan baik dan penuh senyum. Yang didapat keduanya justru bentakan serta nasihat yang cukup panjang. Dan yap, jam pertama pelajaran mereka kali ini diawali dengan amukan serta ceramah yang dibilang cukup memakan waktu pelajaran. Setidaknya keduanya telah berhasil mengulur waktu bukan.

'Cetekk cetek'

"Yan..bosen banget gue.." Ujar Yuda yang menatap malas papan tulis dengan memainkan bulpoin ditangannya.

Tak berbeda jauh dengan kondisi Yuda yang kebosanan, Bryan justru memilih menggeletakkan kepalanya ke meja, menyahut perkataan Yuda dengan bergumam malas.

Hening.

Didalam ruang kelas tersebut hanya terdengan suara spidol yang digoreskan pada papan tulis, memberikan suara khasnya saat spidol tersebut digunakan.

"Akhh.. kapan sih pelajaran Pak Riski selesai.." Dengus Yuda frustasi.

...

12 IPA 1

Tak jauh berbeda dengan suasana di kelas 12 IPS 1 tadi. Kelas 12 IPA 1 juga kini tengah serius dengan buku mereka masing masing. Menulis dan mencatat materi yang telah diberikan guru di depan kelas dengan tenang dan tak banyak bicara, sudah biasa dilakukan murid murid kelas 12 IPA 1 tersebut.

"Ehh? yahh... tinta bulpoinnya habiss.." Ujar pelan salah seorang gadis disana.

Gadis tersebut memberhentikan kegiatan menulisnya. Tangannya secara otomatis mengambil tempat pensil yang ada di kolong mejanya. Mencari dan mencari bulpoin yang sekiranya bisa ia pakai. Namun nihil. Tak ada satu pun bulpoin yang bisa dipakai setelah ia mencoba dengan mencoret coretkannya ke kertas.

Setelah mengetahui bulpoinnya tak ada satu pun yang bisa terpakai, ia menolehkan pandangannya pada gadis di sebelahnya.

Dengan mencondongkan sedikit tubuhnya serta berbisik, "Na.. Unaa.. minjem bulpoin dong, bulpoin gue gak ada yang mempan."

Gadis yang dipanggil Una pun menoleh dan mengangguk. Tangan mungilnya mulai mengambil bulpoin miliknya yang lain di dalam tempat pensil. Setelah mendapatkannya ia langsung menyodorkannya pada Jelita.

"Nih taa.. kamu belum selesai nyatetnya?"

Melihat itu Jelita pun menerima bulpoin tersebut dan berujar, "Belum na.. kurang dikit lagi. Emang lu udah selesai?"

"Udah nih.. tinggal dikumpulin aja, ngumpulinnya aku bareng kamu aja deh."

"Aku juga ikut bareng dong.. kalo kalian ngumpulin ke depan." Sahut Meera tiba tiba dari arah belakang bangku Jelita dan Una.

Kisah Remaja | 97 line Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz