20

117 23 14
                                    

20. Apakah Bisa?

Karena yang masih menjadi rahasia, akan punya masa untuk terungkap pada akhirnya.

Karena yang masih menjadi rahasia, akan punya masa untuk terungkap pada akhirnya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

°°°

Naura datang dengan panik begitu Laura menghubunginya. Kepanikan itu jelas terlihat, bahkan gadis itu nekat menerobos rintik hujan yang mulai mereda dengan motornya.

Naura melihat tiga orang yang dikenalnya berteduh di sebuah gedung kosong. Keadaan saat itu cukup hening, tidak ada percakapan apapun diantara tiga manusia dengan seragam yang sama itu. 

"Nau!"

Panggilan dari Naura menyadarkan Laura yang sedari tadi menenangkan Shafira, begitu pula Ajinata. Laura menatap Naura dengan raut wajah yang terlihat lelah. Dengan keadaan yang terlihat berantakan, rambut dan seragam yang basah kuyup.

Naura merasa bersalah melihat keadaan Laura sekarang. Naura benar-benar merasa bersalah. Seharusnya, Laura tidak perlu direpotkan dengan hal-hal seperti ini. Seharusnya, Laura tidak perlu menjalani hidup Naura yang menyebalkan.

Naura merasa bersalah pada Laura, juga pada Shafira yang dia abaikan dulu. Naura tidak pernah mengira hal seperti ini akan terjadi.

"Gimana sekarang?"

"Bawa ke rumah dulu ya?" tanya balik Laura, meminta persetujuan.

Naura mengangguk paham, "boleh. Ayo naik."

Laura memegang kedua lengan Shafira, "Shaf, lo sama temen gue dulu ya? Atau lo mau sama Aji?"

Shafira yang sedari tadi diam dengan tatapan kosong itu menggeleng pelan. "Gue gak mau pulang."

Laura mengusap lengan Shafira berusaha menenangkan. "Okay. Kita ke rumah gue kok."

Shafira akhirnya mengangguk, lalu berjalan pelan ke arah Naura dan naik di boncengan motor yang Naura bawa. 

"Terus lo gimana?" tanya Naura.

"Biar Naura bareng gue. Kalian duluan aja, gue perlu ngambil motor gue dulu." Ajinata akhirnya buka suara.

Laura sih menurut saja. Memikirkan nasib motor yang Ajinata pinjam dari satpam Adyatma membuat Laura agak risau juga. Laura jadi takut motor itu kenapa-kenapa karena ditinggalkan begitu saja tadi.

Jadi, pada akhirnya Naura pergi lebih dulu membawa Shafira. Sedangkan Laura dan Ajinata harus kembali ke tempat mereka meninggalkan motor yang mereka bawa. Ajinata sudah harap-harap cemas karena takut terjadi sesuatu pada  motor yang dia pinjam. Atau kemungkinan paling buruknya, motor itu bisa saja hilang karena kawasan ini rawan dan sepi.

"Untung baik-baik aja," Ajinata menghela nafas saat melihat motor yang dia pinjam masih berada di tempatnya, tidak berubah sedikitpun.

Akhirnya, mereka segera naik untuk cepat-cepat pergi ke rumah Naura. Badan mereka juga mulai terasa tidak enak. Angin mulai terasa menusuk dan mereka mulai kedinginan dengan keadaan yang basah kuyup seperti ini.

Garis TakdirWo Geschichten leben. Entdecke jetzt