Apa jadinya jika dua gadis bertetangga yang tidak pernah saling sapa tiba-tiba bertukar tubuh?
Laura si gadis STM dan Naura si gadis SMA itu harus menjalani hari-hari yang tidak biasa.
Akankah keduanya bisa memecahkan garis takdir dan kembali ke tu...
"Dan disetiap takdir yang Tuhan beri, pasti punya maknanya tersendiri. Ada sebuah pengajaran yang bisa ditemukan, dan pengajaran itu ada untuk dinikmati."
°°°
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Butuh waktu satu jam lebih untuk sampai tempat ini dan sepuluh menit habis diantara keduanya tanpa percakapan apapun.
Entah kenapa Areska malah membawanya kesini, sebuah rooftop luas dari sebuah gedung tinggi, dari sini Naura jadi bisa melihat bangunan-bangunan perkotaan dengan jelas, indah.
"Gak mau nangis lagi nih? Udah gue tungguin padahal."
Ucapan Areska membuat Naura mendelik tajam. Naura sih bisa saja menangis disini, apalagi situasi disini lumayan sepi dan Naura berada di ujung rooftop, jauh dari jangkauan orang-orang yang mungkin saja akan datang.
Tapi tidak. Sekarang Naura lebih tertarik mengamati keindahan kota dari atas sini daripada menangis tidak jelas. Namun meskipun begitu, tidak ayal raut wajahnya masih menampilkan sendu yang belum selesai.
"Masalahnya berat banget ya, Lau?"
Rauh wajah Areska saat mengatakan itu membuatnya gugup, terdengar lebih serius dari biasanya yang selalu bercanda.
"H-ha? Nggak. Ini bukan masalah gue kok." Naura cepat-cepat menyangkalnya agar tidak menimbulkan masalah atau kecurigaan.
Areska terlihat menaikkan alisnya tidak percaya. "Oh ya? Sampai nangis begitu? Gue kira masalah keluarga lo lebih berat."
Kali ini Naura jelas tidak mengerti maksud perkataan Areska. Masalah keluarga? Apa yang dia maksud?
"Terus ini masalah siapa dong?"
"Lo inget cewek yang datang bareng gue waktu itu ke Braja? Ya, sebenarnya itu masalahnya dia."
"Oh, yang waktu itu? Dia siapa sih, penasaran deh."
Naura memutar bola matanya mendengar kekepoan Areska. Areska dan rasa ingin tau memang tidak ada habisnya.
"Temen? Atau anggap aja saudara. Dia yang gue tolongin dari kecelakaan waktu itu, namanya Naura."
Areska hanya merespon dengan anggukan mengerti. "Masalah dia seberat itu, Lau? Lo bahkan sampai bereaksi kayak gitu. Kadang gue bingung, jangan-jangan lo bukan Laura."
Deg!
Jantung Naura berdetak tidak karuan. Kata-kata Areska jelas membuatnya panik, tapi Naura berusaha menampilkan raut santai sesantai santainya agar tidak terlihat aneh. Jelas Areska mengatakan itu untuk bercanda, tapi tanpa laki-laki itu tau, bahwa itu adalah kebenarannya.
Karena saat ini yang berbicara dengannya bukanlah Laura, tapi Naura.
Naura berdehem pelan sebelum membalas. "Apasih, ngaco deh. Gue tuh cuma, apa ya, kasihan aja sama Naura. Kisah cintanya tuh parah banget, udah gitu dia gak punya temen disekolah, kasihan deh pokoknya."