4

243 36 0
                                    

4. Mengenal Braja

Yang namanya takdir kalau diratapi terus, emang bakal jadi penyakit.

Naura merasa menyesal karena sudah terlalu berlebihan dalam menyia-nyiakan kehidupan sosialnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Naura merasa menyesal karena sudah terlalu berlebihan dalam menyia-nyiakan kehidupan sosialnya.

Naura memang memiliki teman, tetapi hanya sebatas teman sekelas atau teman satu sekolah saja. Dia tidak memiliki teman yang bisa dia sandari bahunya, tidak ada teman bercerita atau yang sering orang-orang sebut sebagai sahabat.

Tidak mengikuti ekstrakurikuler apapun mungkin salah satu penyebabnya. Namun, penyebab utamanya adalah dirinya sendiri. Naura terlalu sibuk menggapai cinta yang selama ini dia dambakan. Mengejar-ngejar Satya membuat waktu untuk berteman yang dia miliki habis begitu saja.

Naura tidak menyesal karena sudah mencintai Satya. Naura hanya menyesal karena dia terlalu berlebihan, dia menyadari itu saat Laura, gadis yang saat ini tubuhnya dia tempati mempertanyakan satu hal, "Cinta lo aneh, Nau. Lo yakin itu bener bener cinta bukan obsesi?"

Naura menghela nafasnya setelah beberapa lama memikirkan pertanyaan itu. Benar, seharusnya dia tidak begitu, Naura bisa mencintai Satya kapanpun tanpa perlu mengabaikan kehidupannya sendiri.

Kalau saja dia berbaur dengan teman sekelasnya atau setidaknya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apapun itu, kehidupan sekolahnya pasti tidak akan terlalu monoton dan membosankan seperti sekarang.

Lalu saat ini, disaat dia ingin memperbaiki semuanya, Naura harus dihadapkan dengan fakta bahwa dirinya tidak lagi bisa berada di Adyatma. Karena sekarang, saat ini, orang-orang akan melihatnya sebagai Laura Renjani, bukan Naura Karin lagi.

"Nau, siap-siap sana."

Naura sontak menoleh saat mendengar seruan itu. Dia mendapati tubuhnya yang saat ini ditempati oleh jiwa Laura sedang berdiri memakai hoodie polos berwarna hitam dan celana putih panjang.

Naura menatap heran. "Hah? Siap-siap apa?"

"Jalan-jalan," jawab Laura santai.

Naura menatap Laura dengan tatapan berbinar-binar. "Okeee! Gue siap-siap dulu ya!" sahutnya dengan semangat dan langsung bergegas pergi.

°°°


Naura mendengus sebal melihat pemandangan di depannya. Apakah ini yang Laura maksud dengan jalan-jalan? Karena saat ini yang terpampang bukanlah hijaunya taman atau bahkan indahnya lautan, tetapi ini adalah STM Braja, sekolahnya Laura.

Saking kesalnya karena merasa dibohongi,  Naura sampai tidak tahan untuk tidak menendang udara, membuat dirinya dilirik oleh beberapa orang yang lewat.

"Woy, jangan aneh-aneh! Nanti kalau ada yang kenal gue disini bahaya, gue bisa dikira orang gila!" ujar Laura malu melihat tingkah Naura. Terlebih, tubuh yang dipakai Naura saat ini adalah tubuhnya.

Garis TakdirWhere stories live. Discover now