Tiga Puluh Delapan

247 26 3
                                    

Sudah pukul dua belas malam dan Yechan masih belum terlelap.

Dua belas malam, sebuah waktu yang menunjukkan pergantian hari. Dimana seharusnya, kita melupakan hari yang sebelumnya dan bersiap untuk memulai hari yang baru.

Tapi nyatanya, Yechan tidak bisa melupakan. Tidak kemarin. Bahkan hari-hari sebelumnya.

Memori Yechan terus berputar di waktu ketika Jaehan masih berada di mansion ini. Menemani Hansol. Bermain dengannya. Mengerecoki pekerjaannya. Dan tingkah jahil lainnya yang selama delapan bulan ini mewarnai hidupnya yang kelabu.

Hari sudah berganti dan berarti hari ini adalah hari keempat Jaehan pindah. Entah bagaimana kabarnya sekarang, Yechan hanya berharap jika dia baik-baik saja.

Diluar kekhawatirannya, Yechan melakukan semua pekerjaannya dengan sangat baik. Yechan tidak mungkin menelantarkan itu semua.

Hatinya memang sepi, tapi tidak dengan otaknya.

Jika dia membiarkan perasaannya menguasai otaknya, kemungkinan besar dia tidak akan bisa membawa Jaehan kembali ke tangannya.

Semua hal harus tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Begitupun juga dengan Hansol.

Yechan tau jika anak itu pasti mempercayai perkataannya tempo hari. Perkataan yang tersirat janji di dalamnya. Janji jika dia akan membawa Jaehan kembali, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Dan karena kepercayaannya itu lah, Hansol lebih bersikap dewasa sekarang. Tidak banyak merengek, tidak banyak menagih, dan tidak banyak merepotkannya.

Meski usianya masih enam tahun. Yechan berhasil merawatnya dengan penuh hati-hati. Berusaha agar anaknya itu tidak tercemar dengan hal-hal buruk diluar sana karena bagaimanapun juga, Hansol adalah putranya.

Yechan harus berani bertanggungjawab setelah dia mengambil Hansol dari keluarganya. Pun Yechan juga sudah berjanji pada tuan Hwang bahwa dia akan merawat Hansol dengan baik dan akan menjadi sosok ayah yang sempurna untuknya. Walau Yechan akui, dirinya masih memiliki banyak kekurangan.

Memejamkan kedua matanya, Yechan bergerak untuk mengambil tas kerjanya. Dia harus memeriksa semua hal yang sudah direncanakan nya dengan paman Han dua hari lalu.

Rencana ini harus berhasil. Yechan harus berhasil membawa Jaehan kembali dengan selamat.

Mengorek isi tasnya, tiba-tiba saja tangan Yechan meraba sebuah benda asing. Benda yang tipis dan kecil. Benda yang bisa membuatnya tersadar karena Yechan amat mengenali benda apa ini.

Mengeluarkan benda itu dengan tergesa, Yechan langsung menghembuskan napasnya lega.

"Foto ini.."

Foto yang asal dimasukkan Jaehan ke dalam tasnya tempo hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Foto yang asal dimasukkan Jaehan ke dalam tasnya tempo hari.

Setelah melihat foto itu, tiba-tiba saja hatinya memanas. Air menggenang di pelupuk matanya. Napasnya pun terdengar tak beraturan.

Kini, Yechan berhasil mengetahui perasaan apa ini. Perasaan baru yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Perasaan asing yang berhasil mengisi relung hatinya.

Yechan menyukainya. Yechan menginginkannya. Yechan mencintainya.

Yechan.. merindukannya..

"Aku akan merebutmu kembali, Kim Jaehan.."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc..

Cringe gk sih ini?
Kok gak pede ya aku.. :')

Votes and feedback will be very valuable for the author~ ✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Votes and feedback will be very valuable for the author~ ✨

Unexpected Love ☑️Where stories live. Discover now