Sembilan Belas

265 31 1
                                    

"Hansol keren kan, dad?!"

Jaehan yang sedang berjalan menuju arena berkuda mendengar suara itu dari kejauhan.

Setelah mengetahui bahwa Hansol ternyata tidak benar-benar hilang. Jaehan langsung pergi menuju tempat di mana anak itu berada.

Tentu saja bersama Hangyeom. Jaehan masih belum terlalu hafal denah mansion ini soalnya.

Dan benar saja. Anak kecil itu ada di sana, tengah mengendarai kudanya. Sendirian.

Sendirian?!

Jaehan yang melihat pemandangan itu langsung dibuat terkejut seketika. Anak laki-laki berumur enam tahun sudah dibiarkan berkuda sendirian sedangkan sang ayah hanya melihatnya dari kejauhan?

"Tidak perlu terkejut begitu. Walaupun Hansol masih kecil, dia sudah bisa mengendarai kudanya sendiri. Tapi itu masih sebatas berjalan biasa, tuan Shin belum mengizinkannya untuk mengendalikan kuda yang ia tunggangi untuk berlari." Hangyeom menjawab kebingungan Jaehan tanpa ditanya.

Dia jadi déjà vu.

Beberapa hari lalu Xen yang menjelaskan padanya tentang Junghoon, dan sekarang ada Hangyeom yang menjelaskan padanya tentang Hansol. Itupun tanpa ditanya, Jaehan hanya menyimpan pertanyaannya itu sendirian.

Apakah seluruh pekerja di mansion ini adalah cenayang?

Aneh sekali..

Omong-omong, apa yang dijelaskan Hangyeom ternyata benar adanya. Hansol benar-benar bisa mengendarai kudanya sendirian. Lancar pula.

Anak itu juga tidak terlihat ketakutan sama sekali, justru kelihatan sangat menikmati waktu berkudanya.

"Oh, uncle Jae sudah bangun?" Sapa Hansol ketika dirinya melihat Jaehan.

Jaehan yang disapa seperti itu jadi agak canggung dibuatnya. Ketahuan bangun kesiangan deh dia.

"Sini uncle! Temani Hansol berkuda!" Hansol berteriak dari atas kudanya.

Setelah meneriakkan ajakan itu pada Jaehan. Hansol pun segera turun dari kudanya, dibantu oleh seorang pria berusia matang yang Jaehan yakin orang itu merupakan orang yang merawat kuda-kuda keluarga Shin selama ini.

"Ayo, uncle! Hansol kenalkan dengan kuda-kuda yang ada di sini." Ucap Hansol dengan nada antusias.

Anak itu benar-benar terlihat bersemangat ketika mengenalkan kudanya pada Jaehan.

Keluarga Shin ternyata memiliki tiga ekor kuda yang dirawat sedari kecil. Ketiganya dibeli Yechan ketika kuda-kuda itu masih berumur tujuh tahun. Dan kini, masing-masing dari mereka sudah berumur 16 tahun. Itu tandanya, kuda-kuda itu sudah bersama keluarga Shin sejak sembilan tahun lamanya.

"Yang hitam ini namanya Blacky, yang coklat namanya Browny, dan yang putih namanya Milky

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yang hitam ini namanya Blacky, yang coklat namanya Browny, dan yang putih namanya Milky."
Hansol menunjuk kuda-kudanya satu persatu.

Jaehan yang sedari tadi sibuk mendengarkan Hansol dengan sesi pengenalan kudanya itu seketika tertawa pelan, "Kau menamai mereka berdasarkan warna kulitnya?"

Hansol mengangguk lucu. Membenarkan pertanyaan Jaehan.

"Lalu, kuda favoritmu yang mana?" Jaehan lanjut menanyakan Hansol tentang tiga kuda kebanggaannya.

"Browny! Hansol suka Browny! Browny kuda yang baik. Dia menurut dengan apa yang Hansol katakan." Jawab Hansol dengan nada cerianya.

"Tapi uncle Jae jangan dekat-dekat dengan Blacky, ya. Dia galak. Dia hanya mau menurut dengan daddy saja." jelas Hansol menambah pemahaman Jaehan tentang kuda-kuda ini.

Yah, terlihat sih.

Dari sini saja Jaehan bisa melihat Yechan yang ternyata sedari tadi berdiri di sebelah Blacky, mengelus kulitnya lembut.

Jaehan tidak terlalu memperhatikan Yechan karena Hansol terus berceloteh sedari tadi. Tapi kini, setelah Hansol mengucapkan kata 'daddy', Jaehan baru sadar akan keberadaannya.

Dan kalau dilihat-lihat, Yechan yang tengah berdiri di samping kuda hitamnya itu terlihat gagah sekali di matanya. Jaehan jadi tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pemandangan itu.

"Uncle Jae mau mengendarai kuda?"

Dengan berat hati Jaehan mengalihkan pandangannya dari Yechan ke Hansol.

Jujur saja, Jaehan memang penasaran sekali. Dia ingin tau bagaimana rasanya mengendarai seekor kuda dan duduk di atasnya. Rasa penasaran itu timbul karena Jaehan yang sedari kecil tidak pernah memiliki kesempatan emas seperti ini.

Masa kecilnya Jaehan berbeda dengan masa kecilnya Hansol.

Dan karena rasa penasarannya itu lah, Jaehan menganggukkan kepalanya. Menerima penawaran Hansol.

"Kalau begitu uncle naik dengan daddy, ya?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc..

Ini gak ada visualisasinya Yechan sama kuda sih ya, kalo ada udh heboh bgt psti:')

Ini gak ada visualisasinya Yechan sama kuda sih ya, kalo ada udh heboh bgt psti:')

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Votes and feedback will be very valuable for the author~ ✨

Unexpected Love ☑️Where stories live. Discover now