Dua Puluh Empat

244 31 2
                                    

Yechan terlelap.

Setelah kejadian di lorong bagian timur tadi, Jaehan segera membawa Yechan ke kamarnya.

Sempat ragu diawal karena Jaehan seketika teringat dengan kejadian pertama dan terakhir kalinya dia di kamar ini. Namun, Yechan membutuhkannya sekarang.

Tidak mungkin juga pria itu akan melakukan hal yang seperti waktu itu disaat kondisi fisiknya tidak dalam keadaan baik-baik saja seperti ini.

Memasuki ruangan pribadi tuannya, dengan sigap Jaehan membantu Yechan untuk segera membaringkan dirinya di atas tempat tidur.

"Tuan butuh sesuatu?" tanya Jaehan sembari merapihkan selimut yang menutupi Yechan.

Suara napasnya terdengar beraturan, Yechan pun menjawab, "Cukup ambilkan piyama di pintu ketiga yang ada di walk-in-closet."

"Ah, baik."

Buru-buru Jaehan menjalankan perintah Yechan. Melangkah dengan cepat ke ruangan yang penuh dengan berbagai macam busana itu, kemudian mengambil satu set piyama di tempat yang telah Yechan katakan sebelumnya.

"Ini, tuan." Ucapnya seraya memberikan piyama itu kepada Yechan.

"Pakaikan."

"Ya?" Jaehan memastikan sekali lagi. Takut-takut salah dengar, atau memang dianya saja yang panik.

"Kau sendiri yang harus memakaikan piyama itu padaku."

Terkejut dengan permintaan kedua tuannya itu, tapi Jaehan tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut.

Toh, hanya mengganti bajunya, kan?

Mereka tidak akan melakukan hal yang dia bayangkan, kan?

Oke. Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal seperti itu.

Yechan sakit, dia harus merawatnya. Setidaknya sampai Yechan merasa jika tubuhnya sudah terasa lebih baik dari sebelumnya.

Jaehan pun mulai mengganti pakaian formal Yechan dengan piyama berbahan satin tersebut.

Mulai dari melepas jas, membuka simpul dasi, hingga menanggalkan satu-persatu kancing kemejanya.

Namun, ada hal lucu yang terjadi di sini.

Jaehan melakukan itu semua tanpa bernapas.

Entah apa yang ada dipikiran anak itu, tapi Jaehan dengan sangat jelas menahan napasnya selama dia melakukan kegiatan tersebut. Semuanya pun dapat terlihat dengan sangat jelas lewat wajahnya yang mulai memerah.

Dan Yechan yang melihat hal itu pun seketika tertawa pelan, "Kenapa kau menahan napas mu, Kim?"

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Jaehan jelas tersadar dibuatnya.

"Biasa saja, jangan ditahan." Yechan sedikit mendekatkan wajahnya pada Jaehan, "atau aku harus membantumu agar kau bisa bernapas dengan benar?"

Jaehan gelagapan, "Ah, tidak, tidak!"

Melepaskan jemarinya dari kancing kancing itu sebentar untuk mengayun-ayunkan tangannya, "Tidak, terima kasih. Saya masih bisa bernapas dengan baik, tuan."

Yechan lagi-lagi tertawa pelan, segera mengembalikan posisi wajahnya seperti semula. Menjauhkannya dari wajah Jaehan yang kali ini masih memerah.

Namun dengan alasan yang lain, bukan karena cara bernapas nya lagi.

Namun karena kini seluruh kancing itu sudah tanggal semua, sekarang Jaehan tinggal melepas kemeja itu dan menggantikannya dengan atasan piyama yang sudah ada di pangkuan nya.

Dan setelah kemeja itu terlepas, Jaehan seketika menarik napas dalam-dalam.

'Mati aku..'

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc..

Liat apa lu, Jae?
Wkwkwkwk

Votes and feedback will be very valuable for the author~ ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Votes and feedback will be very valuable for the author~ ✨

Unexpected Love ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang