Empat Belas

275 32 1
                                    

"Daddy!"

Hansol berlarian menghampiri tuan Shin.

Hari ini merupakan salah satu hari yang sibuk untuk tuan Shin. Ah, tidak-tidak. Setiap hari memang hari yang amat menyibukkan baginya.

Dan karena itulah Hansol jadi harus menunggu 'daddy' nya itu pulang terlebih dahulu jika ingin meminta izin untuk keluar dari mansion ini.

"Ya, sayang?" Tuan Shin membalikkan tubuhnya. Baru saja ingin memasuki kamar, sudah dihadang oleh malaikat kecil saja.

"Hansol want to ask you something, dad."

"Hm? What is it?" Tuan Shin berlutut. Menyamakan tingginya dengan Hansol.

Namun ketika ditanya, Hansol justru terdiam. Wajahnya menunjukkan raut penuh dengan keraguan.

"Err, Hansol mau minta izin.."

Tuan Shin masih dengan sabar menunggu hingga Hansol menyelesaikan pertanyaannya.

Yang ditunggu malah menolehkan kepalanya. Melihat seseorang di belakang sana.

Kim Jaehan.

Berkat Hansol, Jaehan jadi bebas berkeliaran di area timur mansion sekarang. Kini, anggota yang bisa keluar-masuk area itu dengan bebas jadi bertambah satu.

Jaehan yang ditengok langsung menganggukkan kepalanya sambil tersenyum meyakinkan. Menyemangati Hansol dari tempatnya berdiri.

Kembali menoleh ke depan. Hansol mulai memberanikan diri, "Um.. Hansol ingin main keluar dari mansion ini, boleh?"

Hansol mulai diselimuti rasa takut sekarang. Bukan hanya Hansol sejujurnya, karena Jaehan juga ikut merasakan hal yang sama.

Takut tidak diperbolehkan dan takut tuan Shin marah. Kan jadi double sialnya kalau begitu. Sudah tidak diizinin, dimarahin pula.

Mendengar permintaan Hansol, ekspresi tuan Shin masih belum berubah. Sama datarnya seperti biasa.

Menatap putranya lamat-lamat. Tuan Shin lalu mengalihkan pandangannya pada Jaehan.

Jaehan yang ditatap auto gelagapan. Tubuhnya tegang tanpa alasan. Jantungnya pun berdetak tidak karuan.

'Gawat, bisa-bisa tuan Shin mengira jika aku yang mencuci otaknya Hansol.' pikirnya

Setelah keheningan menyelimuti mereka, tuan Shin akhirnya bersuara, "Baiklah.."

"-tapi besok saja, ya. Sekarang sudah sore. Ajak paman Hyuk agar dia bisa menjagamu sekalian." lanjutnya.

Hansol yang mendengar itu pun langsung berjingkrak heboh. Senang karena permintaannya telah disetujui.

Jaehan juga ikut senang di tempatnya. Ia menyunggingkan senyuman manis tanpa menunjukkan gigi gingsul nya.

"Thank you, dad! I love you so, so, soo much!" Hansol memeluk tuan Shin dengan erat. Mengecup pipi kirinya pelan.

"You're welcome, honey. Daddy love you too."

Dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya. Hansol pergi berlari, meninggalkan tuan Shin di tempat.

Jaehan yang baru saja ingin mengikuti Hansol dari belakang, langsung menghentikan niatnya ketika dia mendengar sebuah suara berat memanggilnya.

"Kim Jaehan. Kemarilah."

Walau agak ragu, Jaehan tetap menuruti perintah tuannya itu. Perlahan tapi pasti, Jaehan melangkahkan kakinya mendekati tuan Shin.

Dengan kepala yang tertunduk. Jaehan menghadapi tuannya.

"Berikan aku nomormu."

"Hah?" Refleks karena terkejut, Jaehan jadi mengangkat kepalanya menatap Yechan.

"Nomormu. Besok kau akan pergi keluar dengan Hansol. Aku butuh nomormu untuk menanyakan kabarnya." Yechan mengulangi kalimatnya lagi, sambil menyodorkan handphone nya pada Jaehan.

Dengan perasaan ragu yang sama. Jaehan mengambil handphone yang ada di tangan Yechan. Mengetikkan beberapa susunan angka, menamainya dengan 'Kim Jaehan', lalu mengembalikannya pada sang pemilik.

"Jaga Hansol dengan baik besok. Jangan jauh-jauh dari Hyuk dan hubungi aku jika terjadi sesuatu pada kalian."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc..

Narasinya mulai berubah~

Chapter setelah ini bakal gemesin bgt sumpah. Menurutku sih, ya~
Gak tau kalo menurut kalian gimana ><

Votes and feedback will be very valuable for the author~ ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Votes and feedback will be very valuable for the author~ ✨

Unexpected Love ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang