Satu

484 47 0
                                    

8 bulan lalu
Di kediaman keluarga Kim..
.
.
.
.
.
.

"Sini, ikut ayah."

Seorang pria paruh baya yang sangat ia kenali tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi dan langsung menarik tangannya dengan kencang.

Jaehan yang sedang membaca buku di atas tempat tidurnya pun terkejut, "Ikut? Ikut kemana, yah?"

"Sudah jangan banyak tanya. Ikuti saja perkataan ayah."

Menurut, Jaehan meletakkan buku yang belum selesai ia baca ke atas tempat tidur. Jaehan harus mengingat-ingat halaman berapa yang ia baca terakhir kali karena ia tak sempat menaruh pembatas buku di dalamnya.

Genggaman tangan sang ayah belum juga lepas. Entah kemana ia akan dibawa pergi.

Sesampainya di ruang tamu..

"Ini, hanya dia yang saya punya. Tuan Shin bisa membawanya."

Jaehan mengernyitkan dahi.

Membawa? Siapa?

"Walaupun dia seorang pria, dia bisa melakukan semua pekerjaan rumah dengan cepat dan bersih. Saya yakin dia akan sangat amat berguna di kediaman luas milik tuan Shin."

Di tengah kebingungan yang Jaehan rasakan. Tiba-tiba saja seorang pria berpenampilan rapi yang Jaehan tak sadar keberadaannya pun berdiri dari duduk nya.

Melangkah mendekat, suara ketukan sepatu pantofel mahalnya pun terdengar beraturan di atas keramik murahan rumah nya.

Pria itu berhenti tepat di depan Jaehan. Matanya menatap dengan pasti dari atas ujung rambutnya yang belum keramas dua hari hingga bawah ujung telapak kakinya yang tanpa alas bertapak.

Menundukkan tubuhnya sedikit guna melihat keseluruhan wajah. Hingga tak sadar hembusan napas hangat pria itu terasa tepat di ujung hidung Jaehan. Membuat bulu kuduknya seketika berdiri.

"Ini anakmu?" Ucap pria itu dengan suaranya yang berat dan terdengar menakutkan tepat di hadapan nya.

"Ya, betul. Ini anak saya yang kedua tuan."

"Umur?" Masih menatap. Pria itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan perlahan.

Membuat Jaehan mau tak mau ikut menatap pria tersebut.

Tampan,

tapi dingin..

"24 tahun, tuan."

Setelah itu, sepi tiba-tiba menyeruak.

Tidak ada suara selama beberapa menit, hingga pria misterius itu akhirnya berucap, "Baiklah, bawa dia."

Sepersekian detik setelah ucapan itu keluar. Beberapa pria bertubuh besar bergerak dari posisinya dan dengan segera mencengkram erat kedua pergelangan tangan Jaehan, menggantikan genggaman ayahnya yang sedari tadi tidak ia lepas.

"Tunggu, tunggu sebentar! Aku ingin di bawa kemana?"

Layaknya terbangun dari alam bawah sadarnya, Jaehan tersadar dengan situasi sekitar. Mau di bawa kemana dia?

"Ayah! Siapa mereka? Aku ingin di bawa kemana?!" Jaehan berteriak.

"Ikut saja dengan mereka. Maafkan ayah karena harus membuatmu seperti ini, nak." Balas ayah dengan suara yang mengecil di ujung kalimatnya.

"Tapi, aku belum mengemasi barang-barang ku!"

Kali ini pria misterius itu yang membalas, "Tidak perlu. Semua yang kau butuhkan sudah ada di sana."

Tidak tau lagi harus berbuat apa. Jaehan pun bungkam dengan kebingungan memenuhi kepalanya.

Ada apa dengan hidupnya..

Kenapa dia harus dihadapkan dengan situasi seperti ini?

Lalu, bagaimana dengan buku yang barusan ia baca?

Jaehan sendiri pun tidak tau dengan masa depannya, apakah ia bisa membaca buku itu lagi atau tidak..?

.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc..

Votes and feedback will be very valuable for the author~ ✨

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Votes and feedback will be very valuable for the author~ ✨

Unexpected Love ☑️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant