Bersatu

6.6K 136 4
                                    

Adis bingung, apakah ia harus datang ke kantor Arshan sesuai permintaan Sinta jika ingin mendapat kata maaf dari sahabatnya itu. Tapi jika ia tidak ke sana, Sinta akan menjauhinya selamanya. Tapi di satu sisi ia malu sekaligus takut memasuki gedung perkantoran tinggi tersebut.

"Ah, Sinta. Kenapa harus datang ke kantornya Kak Arshan sih." Keluhnya sambil menggigiti kuku, berjalan mondar-mandir di samping ranjang.

Ponsel di atas ranjangnya berdering. Sinta menelponnya.

"Hallo." Ucap Adis begitu gawai tersebut ia dekatkan di telinga.

"Lo nggak lupa sama permintaan gue kan, Dis?"

Adis menghela napas sejenak sebelum menjawab. "Nggak lupa kok Sin, cuma_"

"Bagus, gue tunggu di jam makan siang. Jangan lupa, masak yang enak sesuai saran gue. Ok!"

Klik, setelah itu Sinta menutup teleponnya.

Adis menatap layar hitam tersebut, padahal ia belum selesai bicara tapi Sinta main matikan secara sepihak.

"Adis." Diluar pintu kamarnya, nenek memanggil.

Cepat ia membuka pintu. "Iya, Nek. Kenapa?"

"Ada tamu untukmu, Nak."

"Tamu, siapa, Nek?"

"Mamanya Sinta."

"Bu Brata?"

"Iya, sana kamu temui. Nenek mau buat minum dulu."

Tumben sekali wanita paruh baya itu datang ke rumahnya. Ada apa ya, pikir Adis penasaran.

"Bu Brata." Panggil Adis, lalu mencium tangan Bu Brata yang mengulas senyum keibuan dan mengelus sekilas lengannya.

"Tante nggak ganggu kamu kan, Nak?"

"Nggak ganggu sama sekali kok, Bu." Jawab Adis dan duduk di kursi yang bersebrangan.

"Tante kemari karena Tante kangen banget sama kamu. Sudah lama kamu nggak main ke rumah. Terakhir pas kamu nginap waktu itu."

Adis tersenyum sungkan. "Iya Bu, maaf atas kesibukan saya."

"Kenapa, Nak?" Bu Brata menatap dalam.

"Kenapa apa ya, Bu?" Adis balik bertanya dengan kening mengerut. Tidak mengerti maksud wanita di hadapannya.

Bu Brata berdiri dari duduknya dan pindah duduk di samping Adis. Menggenggam tangan Adis yang tertumpu di atas paha.

"Kenapa kamu menjauhi putra Tante? Bukankah kalian sama-sama saling cinta. Jangan pernah bohongi perasaanmu, Nak. Jangan siksa dirimu seperti ini. Tidak ada yang melarang hubungan kalian." Bu Brata berkata dengan lembut.

"Silahkan Bu." Nenek datang menyuguhkan minuman dan cemilan.

"Eh, terima kasih banyak Bu. Maaf, jadi merepotkan." Bu Brata nampak terkejut dengan kedatangan nenek.

"Tidak apa-apa, Bu. Ya sudah kalau gitu saya tinggal. Silahkan dilanjut lagi ngobrolnya."

Nenek pamit ke belakang, tidak ingin mengganggu pembicaraan serius mereka.

"Nenekmu pengertian sekali, ya. Tahu saja kalau Tante cuma mau bicara berdua sama kamu." Kekehnya. Mencairkan suasana agar Adis tidak tegang.

                               🍁🍁🍁

Arshan masih berada dalam ruang kerjanya meski jam makan siang telah tiba. Sejak pulang dari kota Surabaya, ia semakin terlena dengan pekerjaan. Selalu menyibukkan diri dengan berkas-berkas yang bisa saja ia tunda. Terkadang memilih lembur, pulang di jam sembilan hingga sang Mama melayangkan protes karena jarang makan malam bersama.

BATASAN CINTAOnde histórias criam vida. Descubra agora