Geramnya Sinta

2.4K 86 0
                                    

Sore itu sepulang kerja, Sinta mampir ke restoran tempat Adis bekerja. Perutnya lapar sekalian ingin melihat sahabatnya juga.

Mengetahui kedatangan Sinta, Aji langsung menghampiri.

"Hai, Sin. Mau pesen apa lo?"

Sinta menyempatkan senyum. "Kayak biasa Ji, ayam bakar madu sama jus jeruk. Perut gue udah lapar banget nih. Tadi siang cuma makan dikit." Keluhnya sambil mengelus perut.

"Eh, Adis mana? Nggak kelihatan tuh anak." Sinta kemudian mengedarkan pandangannya.

"Adis udah pulang. Udah kan, cuma itu aja yang lo pesen?"

Sinta mengangguk sekaligus heran.

"Tunggu Ji." Cegah Sinta. Aji langsung balik badan. "Ada yang kurang?" Tanyanya.

"Enggak, bukan. Lo barusan bilang Adis udah pulang. Kenapa? Sakit ya?"

"Bukan. Tapi ada insiden kecil yang menimpa Adis tadi." Aji menjawab dengan tidak bersemangat.

"Insiden apa, Ji?" Sinta tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

Aji menceritakan kejadian yang menimpa Adis beberapa jam yang lalu membuat Sinta geram sekaligus mengepalkan kedua tangannya.

"Kebangetan Cindi. Cuma perkara baju aja marahin Adis. Awas kalo nanti ketemu. Gue jambak rambutnya!"

"Udah, jangan marah-marah di sini." Aji mengelus punggung Sinta.

"Gue nggak bisa diem aja, Ji. Gue nggak terima sahabat gue di perlakukan kayak gitu di depan banyak orang!"

"Tapi jangan marah-marah di sini juga kali. Lo bisa ganggu pengunjung lain." Aji mengingatkan.

Sinta meredam kekesalannya kemudian kembali duduk. Selesai makan, ia akan ke rumah Adis.

                             🍁🍁🍁

Turun dari taksi dan selesai membayar, Sinta berlari masuk ke rumahnya Adis sambil mengucap salam dan dijawab oleh nenek.

"Adis mana Nek?" Sembari mencium tangan wanita tua itu.

"Ada di kamar. Tahu dari mana Nak, kalau Adis ada di rumah?" Tanya nenek.

"Tadi Sinta ke Resto dan Aji yang ngasih tahu. Adis nggak apa-apa kan Nek?"

"Sejak pulang tadi. Adis ngurung diri di kamar, nggak mau keluar. Pintunya juga di kunci. Nenek nggak bisa masuk."

Sinta menghela napasnya. "Sinta coba bujuk ya Nek, siapa tahu bisa."

"Iya, coba kamu bujuk. Nenek juga nggak tahu ada masalah apa. Tiba-tiba pulang matanya sudah sembab."

Jika ada Sinta mungkin cucunya itu mau membuka pintu.

"Dis, ini gue Sinta. Boleh gue masuk." Sinta mengetuk pintu tapi tidak terlalu keras.

Adis yang semula tidur karena lelah menangis kini membuka kedua matanya. Di luar pintu kamarnya, Sinta memanggil. Meski malas ia bangkit dari tidurnya dan membuka pintu.

"Dis." Sinta tersenyum lega lalu mengangsurkan tubuhnya untuk memeluk Adis. Menepuk-nepuk punggung ramping itu. Memberi kekuatan.

"Jangan sedih lagi. Ada gue yang selalu di samping lo." Bisik Sinta.

"Kamu tahu dari mana?" Tanya Adis pelan dan melepas pelukan Sinta.

"Dari Aji."

"Apa Aji yang nelpon kamu buat kemari?" Adis mengajak Sinta masuk ke dalam kamarnya. Tak lupa pintu ia tutup lagi.

BATASAN CINTAWhere stories live. Discover now