Jelek

3.6K 121 0
                                    

Suara cuitan burung di pagi hari membuat suasana hati menjadi tenang. Adis bangun tidur dengan tubuh bugar. Bahkan gadis itu terlihat bersemangat sekali menyambut ini hari. Senyum cerianya mampu menular pada sang nenek.

"Senang sekali cucu nenek?" Adis menghampiri nenek yang sibuk berkutat di dapur dan memberi kecupan singkat di pipi kiri wanita tua itu.

"Iya, kan Adis udah nggak sakit lagi. Jadi harus semangat buat kembali kerja." Jawabnya dengan senyum lebar. Tangannya dengan cekatan mengiris bawang, membantu nenek memasak.

"Semalam Sinta pulang jam berapa?"

"Jam sembilan Nek, pulangnya juga dijemput Kak Arshan."

"Arshan memang Kakak yang baik, ya. Ke mana pun Sinta pergi selalu dia yang jemput." Nenek sangat mengagumi sosok Arshan yang begitu tanggung jawab sebagai kakak.

Adis mengangguk setuju dengan ucapan nenek. Sebenarnya ia sedikit iri kepada Sinta memiliki sosok pelindung seperti Arshan.

"Iya, nenek kan tahu sendiri gimana Papanya Sinta. Pak Brata orangnya tegas, Nek. Jika Sinta sedikit saja melanggar aturan yang udah beliau buat. Maka Sinta nggak boleh keluar rumah selama satu minggu di malam hari. Jika tidak pergi dengan sopir, ya Kak Arshan yang harus jadi tukang antar jemput."

"Orangtua memang wajib mengingatkan anak-anaknya biar tidak salah pergaulan. Anak muda jaman sekarang tidak seperti jaman dulu. Anak-anak muda jaman dulu begitu sopan, tutur katanya juga santun. Tapi sekarang, semenjak teknologi sudah maju apalagi sudah kenal hape, ucapan mereka menjadi aneh. Nenek sampai heran sendiri, dapat dari mana kata-kata itu?"

Adis meringis neneknya bisa paham dengan kata-kata yang menurutnya memang tidak sopan jika diucapkan.

"Maksud nenek kata-kata yang bagaimana?" Ia pura-pura tidak tahu.

"Yang awalnya huruf A itu lho, terus belakangnya huruf R." Jawab nenek.

"Eh, Nenek kok bisa tahu?"

"Ya tahu. Anaknya Bu Lilis, Siska. Sering sekali pakai kata-kata itu tiap kali ia kesal atau bahagia. Nenek sampai bertanya-tanya, siapa orang yang menemukan kata-kata nggak sopan itu."

"Haha.. Adis juga nggak tahu, Nek." Tawanya.

"Kamu jangan pernah makai kata itu. Nggak baik, nggak masalah jika nggak gaul." Nenek mengingatkan.

"Nggak lah, Nek. Adis juga paham kok."

"Bagus itu. Walau jaman sudah modern tapi tata-krama dan sopan santun harus kita depankan."

"Iya, Nek." Angguk Adis. Ia selalu menuruti wejangan yang nenek berikan. Baginya nenek adalah panutan.

                                 🍁🍁🍁

"Pagi Ma." Sapa Arshan ketika baru selesai olahraga di ruang gym dan masuk ke dapur mengambil air minum. Melepas dahaganya.

"Pagi juga sayang." Balas Bu Brata tampak sibuk mengaduk sesuatu di dalam teflon.

"Masak apa, Ma?" Arshan mendekati Mamanya lalu mencomot bakwan goreng.

"Capcay, adikmu minta dibuatkan itu." Bu Brata kemudian mematikan kompornya.

"Sekarang di mana dia, kenapa tidak bantu Mama masak?"

"Kamu seperti tidak tahu adikmu saja. Mana mau dia masuk dapur kalau tidak Mama paksa."

"Harusnya Mama tegur. Sampai kapan dia bersikap manja terus. Masak tidak bisa, keperluannya harus dibantu sama Mbak. Kapan mandirinya itu anak."

Arshan tidak suka dengan sikap malas adiknya. Harusnya sudah tidak merepotkan orang lain mengingat usianya bukan anak kecil lagi.

BATASAN CINTAWhere stories live. Discover now