Usaha Arshan

3.1K 92 2
                                    

Arshan menatap kepergian Adis dengan helaan napas kasar. Ia pikir Adis masih menyukainya, tapi dengan seiringnya waktu gadis itu mulai mengikis rasa suka terhadapnya. Sekarang dirinya lah yang harus bisa mendapatkan hati Adis.

"Kita ikuti mereka Kak." Sinta menarik tangan Arshan.

Rupanya sebelum pulang, Aji membelokkan motornya ke penjual nasi goreng yang sudah menjadi langganan mereka ketika pulang kerja. Beruntung tidak terlalu ramai sehingga mereka bisa mendapatkan tempat duduk.

Ketika akan memesan dua porsi nasi goreng dan es teh, Sinta menyela. Sinta menyebutkan empat porsi pesanan mereka sehingga Aji berdecak kesal.

"Tahu aja mereka, kita ada di sini." Gerutunya.

"Udah, biarin aja." Jawab Adis pelan.

Arshan mengambil tempat duduk tepat di hadapan Adis. Dan Sinta berhadapan dengan Aji.

Adis pura-pura sibuk dengan ponselnya menghindari tatapan lekat Arshan. Sementara Sinta memberi pelototan pada Aji yang Aji balas dengan pelototan juga.

"Besok ada kegiatan apa?" Arshan membuka obrolan dan itu ditujukan kepada Adis. Sebisa mungkin Adis menahan kepalanya agar tidak mendongak. Ia tahu Arshan bertanya padanya.

"Jangan pura-pura sibuk. Saya tahu kamu mencoba menghindari saya." Ucap Arshan lagi.

"Huh, ketahuan juga." Batin Adis. Tapi tetap menyibukkan diri dengan benda pintar itu.

Aji dan Sinta segera menghentikan sesi perang mata mereka ketika sadar dengan suara Arshan.

"Kakak ngomong sama siapa?" Tanya Sinta.

"Ini, sama gadis manis yang duduk di depan Kakak. Tapi sayang gadis manis itu pura-pura tuli." Jawab Arshan dan mengarahkan dagunya ke Adis.

Mulut Sinta menganga lebar. Benarkah ini kakaknya? Kupingnya tidak salah dengar kan, saat Arshan menyebut Adis dengan sebutan 'gadis manis'. Dari mana Arshan bisa menggombal seperti ini.

"Gadis manis. Heleh, gombalan receh." Cibir Aji.

Sinta yang tidak terima langsung memberi Aji hadiah. Sebuah geplakan keras mendarat di tangan lelaki itu.

"Lo ya!" Geram Aji. Punggung tangannya terasa panas. Tapi kekesalannya hanya sesaat karena pesanan mereka telah tiba.

"Terima kasih." Ucap Arshan. Wanita paruh baya itu mengangguk dan tersenyum ramah kemudian melenggang pergi.

Aroma harum dari nasi goreng membuat Adis ingin cepat-cepat menyantapnya.

"Masih panas, Dis, jangan di makan dulu." Arshan menjauhkan piring Adis.

"Nggak usah sok care. Panas juga bisa ditiup dulu sebelum masuk mulut." Jawab Adis ketus dan meraih piringnya dari tangan Arshan.

Jika melihat Adis yang seperti ini, Arshan tidak bisa menahan senyumnya. Ia tidak marah justru tingkah Adis menurutnya lucu.

"Ya sudah jangan lupa berdo'a dulu sebelum makan." Arshan mengingatkan.

"Udah tahu!" Sewot Adis. Lama-lama ia tidak jadi makan bila Arshan banyak bicara.

Sinta mengulum senyumnya. Adis yang biasanya takut sekarang menjadi singa betina yang siap menerjang kakaknya.

"Enak nasi gorengnya?" Tanya Arshan.

"Orang lagi makan tuh jangan ditanya!" Gereget Adis pada akhirnya.

"Harusnya kamu pesan teh hangat bukan es teh. Saya ganti dengan milik saya saja."

BATASAN CINTAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن