Sesuatu yang Berharga

Start from the beginning
                                    

Jung Kook menarik napas dalam-dalam. "Ibuku... "Ia menatap jelaga wanita pujaannya dalam-dalam. Terlihat sendu ia saat bercerita soal sang Ibunda. "Ibuku sebenarnya sedang koma, Noona. Sudah cukup lama, dan dokter tidak dapat memastikan kapan ia akan tersadar. Awal mula aku meneleponmu saat itu, karena untuk membayar biaya rumah sakit Ibuku yang menunggak."

Joo Hyun tidak bereaksi apapun. Ia tak bisa berpura-pura tidak tahu apa-apa. Sebenarnya Joo Hyun diam-diam menyelidiki Jung Kook semenjak malam pertama mereka bercinta. Pemuda itu benar-benar berhasil membuat Joo Hyun penasaran setengah mati.

Joo Hyun memegang tangan Jung Kook dengan penuh kehangatan. "Hmm. Sesungguhnya aku sudah banyak mencari tahu banyak hal tentangmu. Aku sudah mengetahui kondisi keluargamu."

Jung Kook terdiam sesaat. Jadi Joo Hyun sudah mengetahuinya? Tapi kenapa Joo Hyun tetap mengingininya?

Jika alasannya karena kekayaan, tentu ia tidak sepadan dengan suami Joo Hyun yang kaya raya itu.

Jika itu karena kepuasan semata. Joo Hyun memiliki banyak uang. Wanita itu bisa membayar berapapun untuk mendapatkan pemuda lain di luar sana yang dapat memenuhi rasa nafsunya. Jung Kook bahkan berani bertaruh, diluar sana banyak laki-laki yang lebih ahli bercinta dibanding dengan dirinya.

Tapi kenapa Joo Hyun tetap mengingininya? 

Atau mungkin Joo Hyun hanya merasa iba?

"Noona, merasa kasihan padaku?" tanya Jung Kook hati-hati, mencari kepastian. Logika kecilnya menebak, Joo Hyun mungkin hanya merasa empati. 

Joo Hyun menggeleng kecil. "Lebih tepatnya, aku merasa kasihan pada diriku sendiri" Jung Kook sedikit memiringkan kepalanya saat mendengar pernyataan Joo Hyun. Matanya membulat, nampak sangat manis ketika kebingungan. Joo Hyun pun tersenyum tipis. Ia merasa terhibur dengan ekspresi lugu Jung Kook itu. "Aku merasa kasihan dengan diriku sendiri karena berusaha mencari-cari kelemahanmu. Karena aku berpikir dengan begitu aku bisa menawarkanmu uang agar kau kembali kepadaku."

Jung Kook memandang Joo Hyun dengan penuh kesungguhan. Apakah itu pertanda bahwa cinta sendirinya ini memiliki kesempatan untuk bersambut? Mungkin. Hanya sedikit. Tapi mungkin saja kan, Joo Hyun sebenarnya juga mencintainya?

"Sebenarnya, cepat atau lambat aku memiliki niat untuk menemuimu tanpa iming-imingan uang. Kau tahu, sesungguhnya itu sedikit melukai harga diriku. Tapi aku tidak bisa mengelak karena memang benar-benar membutuhkannya" ucap Jung Kook dengan raut wajah yang mencerminkan kerentanan tersembunyi di balik kata-katanya.

Perkataan itu menenggelamkan senyum Joo Hyun. Ia mendengarkan dengan penuh perhatian saat merasakan nada keberatan yang terdengar dalam suara Jung Kook. Dia mencoba menghiburnya, "Dan aku menginginkanmu. Jadi kupikir tidak ada masalah dengan hal itu."

"Noona, bagiku, itu adalah masalah." Jung Kook bersikeras. Bukanlah mustahil ia bisa kabur dengan uang sebanyak itu. Namun ketulusan yang ia miliki tidak bisa di takar dengan uang. Ia tidak ingin disamakan dengan para laki-laki pemikat wanita di klub malam. 

Joo Hyun mendengus remeh "Lalu bagaimana? Kau berniat mengembalikan uang sebanyak itu kepadaku, Bunny?"

"Tentu saja."

Joo Hyun mendapati dirinya terheran-heran melihat ekspresi serius Jung Kook itu. Baginya, mengikat Jung Kook dengan uang adalah hal yang wajar dan tidak masalah sama sekali. Oh, tentu saja, ia sudah terbiasa membayar gigolo tampan di luar sana untuk melayani nafsunya. Toh para laki-laki itu tidak mempermasalahkan bayarannya. Tapi Jung Kook berbeda. Membuat Joo Hyun sedikit tak percaya jika laki-laki dengan pendirian yang tegar seperti itu masih ada di dunia yang fana ini.

S U G A R     M O M M YWhere stories live. Discover now