12. SAHABAT TIDAK BERGUNA?

11 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

.

.

"Kalau sakit tuh minum obat, rai. Jangan malah lo diemin aja tuh penyakit, entar tambah parah dan susah untuk diobati gimana?" omel seorang remaja lelaki yang sedang membelakangi seorang perempuan yang terduduk disebuah ranjang dengan wajah pucatnya

Setelah pelajaran ke dua usai kini memasuki pelajaran ke tiga yaitu olahraga, semua siswa/i yang sudah siap dengan pakaian olahraganya termasuk rainy memilih berjalan keluar kelas untuk menuju lapangan olahraga

Rainy yang sudah merasa tidak enak badan tetap memilih untuk mengikuti pelajaran tersebut walaupun rasa pening di kepala amat menyakitkan

Dan hal hasil baru saja pemanasan yang berupa lari mengeliling lapangan sebanyak lima kali, rainy malah sudah ambruk duluan di putaran yang kedua

Yang mengakibatkan senja yang berada dibelakang rainy pun sontak terkejut kemudian izin untuk membawa rainy ke ruangan kesehatan

"Apa sih enaknya obat? Pahit gitu bukannya manis." Ujar rainy yang kini sedang memandang belakang punggung senja yang sedang membuatkan teh untuknya

Mendengar penuturan seorang perempuan yang berada dibelakangnya sontak langsung membuat lelaki itu menoleh kearah belakang dengan tatapan tajamnya

"Kalo lo mau manis lo jadi anak kecil lagi aja biar gak minum obat yang pahit" ujar senja dengan sewot sambil memberikan sebuah gelas yang berisi teh hangat "Nih diminum, jangan enggak."

"Makasih senjaa" ucap rainy dengan senyum yang terukir diwajahnya sambil menerima gelap yang berisi teh hangat itu

"Hmm" kemudian rainy pun meminum minuman itu dengan senang hati

Setelah beberapa teguk rainy meminum minumannya, kemudian rainy pun kembali berkata "Liat aja entar kalo gw jadi presiden gw bakal buat obat yang manis dan gak bakal ada obat yang pahit lagi. Hahahaha" ujar rainy dengan tawa jahatnya

"Halu lo, rai." Ujar senja acuh tak acuh sambil memandang wajaha rainy yang tengah tertawa

"Bodoh." Ujar rainy sambil menjulurkan lidahnya

"I.."

"Ai.."

"Rai.."

"Rainy, lo dengar gw gak?" Tanya seorang perempuan yang berada disamping ranjang rumah sakit yang rainy tempati

"Hah? Iya? Eh? Apa?"

Melihat jawaban rainy yang begitu ambigu membuat gadis yang sedang duduk disamping ranjang yang ditempati sahabatnnya itu hanya menghela nafas kasarnya dengan lelah

"Lo masih mau buah nya gak?" Tanya perempuan itu lagi

"Oh, gak ah, ini udah cukup kok." Jawab rainy sambil kembali memasukkan potongan buah kedalam mulutnya

"Baiklah"

"Cahya, makasih ya." Lirih rainy sambil melirik kearah cahya yang tengah menatapnya

"Iya, sama sama." Ucap cahya ramah sambil tersenyum

Kini sudah terhitung lima hari semenjak rainy dirawat inap disebuah rumah sakit yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya

Setelah pulang dari rumah hamza waktu itu, rainy tiba tiba saja mendadak jatuh sakit yang mengharuskannya dirawat inap dirumah sakit tersebut

"Rai, lo kenapa? Cerita ama gw. Gw sahabat lo kan?" Ujar cahya sambil memegang tangan rainy yang dingin

"Gw cuma teringet kenangan ama senja aja kok" jujur rainy sambil menatap tangan cahya yang tengah menggenggam tangannya

"Rai," lirih cahya dengan perlahan

"Dulu, kalo gw sakit disekolah pasti senja akan marah dan ngomelin gw tentang gw yang gak mau minum obat gegara obat itu pahitlah atau gw yang malas untuk minum obat" cerita rainy sambil tersenyum bahagia saat mengingat kenangan itu

"Apa lo inget pas pelajaran olahraga yang gw ambruk itu? Kemudian senja yang bawa gw keruang kesehatan? Apa lo ingat itu?" Tanya rainy sambil menatap cahya yang tengah terdiam

"Iya, gw inget itu." Lirih cahya

"Nah, disitu senja kembali ngomelin gw tentang gw yang malas minum obat sampai kami berdua berdebat soal obat manis dan pahit," cerita rainy lagi dengan senyum yang berkembang diwajahnya

"Apa sebegitu susahnya lo untuk lupakan senja?" Batin cahya bertanya sambil menatap rainy yang begitu excited bercerita

"Tapi, sekarang gak ada lagi yang bakal ngomelin gw tentang gw yang malas minum obat yang pahit," ujar rainy dengan senyum yang perlahan menghilang diwajahnya

"Rai,"

"Cahya, gw kangen ama senja." Ucap rainy sambil menetaskan air matanya

Melihat rainy yang tiba tiba menangis membuat cahya langsung berdiri lalu kemudian memeluk rainy yang tengah terisak

"Rai, ikhlasin senja yah? Lo Jangan kayak gini. Kalo senja liat lo kayak gini pasti senja bakal sedih karena udah buat lo nangis" Ujar cahya sambil menenangkan rainy yang tengah menangis

"Hiks, kalo dia sedih liat gw kayak gini, lalu kenapa dia begitu tega ninggalin gw sendiri didunia ini, cahya? Kenapa?" Ujar rainy dengan air mata yang terus mengalir

"Kenapa harus gw yang mengalami semua ini, cahya? Kenapa?" Lanjut rainy

"Apa tuhan begitu benci ama gw, sampe tuhan ambil sumber kebahagiaan gw?" Tanya rainy yang masih berada dalam pelukan cahya

"Gak rai, gak gitu. Tuhan gak benci sama lo kok, jadi lo jangan berpikir kayak gitu." Ucap cahya dengan nada yang menahan tangus sambil masih memeluk rainy yang terisak

"Lalu kenapa cahya? Kenapa tuhan ambil senja dari gw? Kenapa?"

Saat mendengar pertanyaan itu lagi yang keluar dari mulut rainy, lagi lagi cahya hanya bisa terdiam dengan air mata yang ikut mengalir

Harusnya pada saat itu cahya bisa menenangkan rainy yang begitu terpuruk oleh keadaan yang membuatnya down

Namun, cahya tidak mampu untuk menenangkan rainy yang begitu lemah walaupun hanya sekedar kata kata penenang karena rainy tidak membutuhkan kata kata itu untuk sekarang

Beberapa detik kemudian, cahya pun merasanya tubuh rainy yang perlahan mulai ambruk tak berdaya dan suara tangis yang tadinya keraspun kini perlahan tidak terdengar lagi

"Rai, rainy? Rai?" Panggil cahya sambil berusaha mengguncang tubuh rainy yang masih berada dalam pelukannya

"Rai, maafin gw." Ujar cahya sambil menangis

"Sebagai sahabat seharusnya gw bisa ngebantu lo buat keluar dari penderitaan lo sekarang. Tapi apa? gw bahkan gak bisa tenangin lo yang sedang terisak kayak tadi, rai." Lanjut cahya dengan lirih

"Maafin gw, rai."

"Maaf, karna udah jadi sahabat yang gak guna untuk sahabatnya yang sedang down."

"Maaf, rai."

Setelah berkata itu, kemudian dengan sangat pelan cahya pun membenarkan gaya tidur rainy yang sudah tertidur dalam pelukannya tadi

Lalu dengan langkah berat cahya pun berjalan kearah pintu kamar inap rainy

Sebelum benar benar keluar, cahya pun menoleh kearah belakang untuk memastikan rainy yang masih dalam keadaan tertidur

Setelah melihat rainy yang masih tertidur, perlahan cahyapun keluar dari kamar inap rainy tersebut.

.
.
.
.

Bersambung

Antara trauma dan kesempatan kedua (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя