Bab. 7

672 29 0
                                    

~Happy Reading Readers~

~Budayakan Vote and Komen plis.. ~

Lena akhirnya membuka kelopak matanya, dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan Raven yang terlihat khawatir.

"Bagaimana?, perutnya masih sakit hm " tanya Raven sambil membelai lembut rambut Lena.

Lena mengerjapkan matanya, lalu perlahan dia menggeleng.

Raven yang melihatnya begitu, hanya tertawa pelan. Dia terlihat begitu menggemaskan. Pikir Raven.

"Ini, kamu harus makan biar cepat sembuh" ucap Raven sambil menyodorkan semangkuk bubur hangat.

Lena yang memang tidak menyukai bubur pun menolak. Baginya bubur terlalu lembut dan tawar, sedangkan dia jika sakit, lidahnya akan terasa pahit.

"Ga suka bubur" keluh Lena sambil mendorong bubur itu ke arah Raven.

"Tapi kamu belum boleh makan sembarangan, ayo, satu sendok aja ya" Raven tetap membujuk Lena untuk memakan buburnya.

"Enggaa.., aku pokoknya ga mau makan bubur, titik! "
tolak Lena sambil menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, terus kamu maunya apa. Kamu harus makan sesuatu dulu, sebelum minum obat sayang"
ucap Raven pengertian.

"Emm.., aku maunya nasi sama sayur tumis" cetus Lena dengan mata berbinar.

Raven pun dengan terpaksa menyetujuinya.

"Yaudah, biar Vina masakkan. Rio sampaikan pada Vin- "

"Tapi, aku maunya kamu yang masaak!! " teriak Lena memotong ucapan Raven.

Rio yang mendengar itupun spontan terbatuk pelan. Bagaimana bisa tuan memasak, menginjakkan kaki ke dapur saja tidak pernah, pasti keinginan nona tidak akan dituruti. Pikir Rio.

"Lena sayang, biar Vina saja yang memasakkannya untukmu ya" bujuk Raven dengan raut memelas.

"Enggaaa.., aku ga mau makan masakan lain.. " rengek Lena sambil menendang-nendang udara.

Raven yang melihat itupun bertambah pusing.

Tak lama raut Lena menjadi sumringah kembali.
"Ooh.., kalo Raven ga mau masakin aku. Bawa aja Elina kesini, dia yang bakal masakin aku sayur tumis. Gimana? " tawar Lena sambil menaik-turunkan alisnya.

Skakmat. .

"Okee, aku akan memasakkannya untukmu" finish Raven.

What?!!, demi apa?. Aku lebih mempercayai tuan memilih opsi kedua, tapi nyatanya?!. Pikir Rio yang terbengong.

"Yeey.., ayo ke dapur" ujar Lena dengan semangat 45.
Tapi sebelum dia menginjakkan kakinya ke lantai, Raven dengan sigap langsung menggendongnya.

Lena yang kaget, spontan memekik pelan. Tapi ekspresinya kembali semangat. Raven yang melihatnya hanya tersenyum tipis, betapa menggemaskan nya dia. Pikir Raven.

Tapi dibalik wajah penuh semangat Lena, nyatanya dia sedang merencanakan sesuatu, yang pastinya tidak ada unsur baiknya.

'Hahaha, dia pikir aku sudah menerimanya?. Jangan mimpi!!. Liat saja nanti, aku akan mengerjainya' batin Lena sambil menyeringai yang untungnya tidak terlihat siapapun.

STALKER OBSESIFWhere stories live. Discover now