Sembilan belas

3K 359 26
                                    

Mata ngantuk nya, entah berapa kali Freen menguap sedari tadi, Ia baru saja keluar dari ruang operasi 15 menit yang lalu.

Bahkan omelan Becky saja masih bergelombang di telinganya, selalu saja apa yang dirinya lakukan jika tidak tidur adalah salah.

"Selamat tengah malam dokter. "

Gadis cantik itu berdiri dengan satu cup kopi susu gula aren yang seketika membuat Freen terlena karena baunya, Ia menyukai jenis kopi itu, bahkan Ia bisa meminumnya 3 kali dalam sehari tanpa sepengetahuan Becky.

"Mau?"

"Huh? boleh?"

"Ini buat dokter dulu aja, kayaknya ngantuk banget ya?"

Namanya Pin, ya mungkin namanya yang jauh lebih panjang, tapi bukan Upin ataupun Ipin.

"Dokter baru?"

"Hmm, Afinna, tapi sering dipanggil dokter Pin. "

Tu kan, Freen bilang juga apa.

"Freenky, biasa dipanggil dokter Freen. "

Tidak ada yang berbeda dari wanita kebanyakan, senyum malu-malu pertama kenal, gugup tidak menentu, dan kadang juga canggung.

"Tidak pulang dok?"

"Gak, nanggung. "

"Hmm..

Tidak ada lagi pembicaraan setelahnya selain bunyi perut yang lapar, Freen tersenyum kikuk, pasalnya itu miliknya.

"Aku ada ubi kukus, dokter mau?"

"Boleh?"

"Boleh dok, nunggu pagi kan masih 4 jam lagi. "

Energinya terkuras habis karena operasi dan mendengar semua petuah-petuah yang Becky berikan kepadanya.

"Ini dikasih keju enak tau dok. "

Pin menfokuskan perhatiannya kepada dokter cantik dengan mulut penuhnya, lucu.

Ia tertarik dengan pribadi Freen, sebenarnya Freen bulan tipikal yang hangat untuk dikenal, namun misterius, tidak banyak orang yang bisa melihat sisi manisnya jika pertama kali bersama.

"Dokter apa?" Pin memecah kesunyian.

"Bedah. "

"Udah lama?"

"Hmm, "

Kembali pada mode awalnya, hening, tanpa ada yang memulai pembicaraan, hanya suara kunyahan dari masing-masing yang terdengar, Freen kembali memfokuskan dirinya kepada gawainya, ada banyak pesan Becky yang sedikit menggelitik, entah berapa kali wanita itu mengirim banyak sekali stiker marah di roomchat Mereka, dan membuat Freen tertawa.

"Seru banget kayaknya dok. "

"Ah? Iya, kalau belum pulang suka direkcoki. "

"Sama siapa? Adeknya ya? Aku juga gitu sih. "

Freen tersenyum kikuk, Becky juga mengatakan untuk tidak mengumbar pernikahan Mereka ke dunia kerja Freen, takutnya, akan membuat semuanya runyam, entahlah kadang Freen juga bingung dengan jalan pikiran Becky, karena gadis itu lebih rumit dari ujian-ujian kedokteran yang pernah Ia laksanakan.

"Punya adik cewe apa cowo dokter?"

"Cewe, "

"Cantik dong. "

"Banget, Dia yang paling cantik pokoknya. "

"Sayang banget ya dok? Aku gak pernah ih rasanya akur sama adik, soalnya adik Aku cowo, rese banget. "

"Becbec juga rese, gak peka, aduan juga. "

"Namanya Becbec?"

Tolong, Freen sangat bersemangat untuk memberitahu dunia sifat buruk istrinya ini, karena jujur yang percaya hanya Mama Sarah, orang di luar sana pasti menganggapnya hanya omong kosong, dan kenapa semua manusia di keluarganya selalu membela dan membenarkan perilaku tercela istrinya itu.

"Becky, Dia mau jadi dokter juga, tinggal beberapa ujian lagi. "

"Wah sekeluarga ni kayaknya?"

"Iya, "

"Dia nyebelin kayak gimana sih dok?"

Semuanya mengalir dengan baik, tanpa ada yang Freen tutup-tutupi, berulang kali juga Pin tertawa karena semangatnya Freen menceritakan keburukan sang adik, Dia ternyata tidak sendiri, banyak yang lebih menderita darinya karena saudaranya sendiri, sepertinya Mereka memiliki masalah yang sama, merasa satu frekuensi yang membuat Pin nyaman berada di dekat Freen.

"Kalau di rumah juga gak peka, masa naruh handuk di kasur aja marah, naruh sepatu yang satu di barat satu di Utara aja ngomelnya Ampe natal tahun depan, di ungkit mulu kayak kesalahan Aku tu sejarah penjajahan Belanda di Indonesia. "

Lucu, satu kata yang menggambarkan Freen dan segala sikap absurdnya, walaupun awalnya wanita itu terlihat dingin dan bahkan cuek, tapi Ia membantahnya saat ini.

"Tapi ya dok, adik kayak gitu emang ngangenin kadang, kalau jauh tu suka kepikiran sikap-sikap Dia yang gak banget, juga kalau gak denger kabarnya berasa ada yang kurang. "

"Hmm, Aku lebih suka Dia ngomel dari pada didiemin. "

Karena Becky tipikal yang berisik, sekali diam berasa lagi perang Korut vs Korsel.

"Bentar ya, Mama nelpon. "

Freen menjauh sedikit, Ia mengangkat panggilan sang Mama mertua, namun bukan suara lembut sang Mama yang terdengar malahan teriakan Becky yang protes karena chat nya tidak dibalas.

"Iss, berisik tau Becbec, Aku tu masih harus stay di rumah sakit sayang, Aku pulang pagi kok. "

Sekali lagi Freen menjauhkan gawainya dari telinga, Ia takut siput di dalam dan gendang telinganya akan meledak karena tidak kuat menahan frekuensi suara yang Becky keluarkan.

"Iya iya, bawel banget, Aku lewat sana nanti, Sayang Aku mau Mumu sama nananinu nanti ya. "

Wajah Freen sumbringah saat mendengar satu kata "oke" yang keluar dari mulut Becky ini, karena Ia akan bertempur di ranjang untuk waktu yang lama dan membiarkan tubuh lelah istrinya menemplok layaknya cicak di atas tubuhnya, Freen menyukai gunung itu menempelinya, geli-geli nikmat.

"Babay Sayang, ayaflu. "

Freen mematikan panggilan Mereka dan kembali ke tempat duduknya, dengan wajah yang datar lagi.

"Adiknya manja banget ya dok, panggil sayang. "

Alis itu terangkat pertanda Ia cukup bingung dengan pertanyaan Pin, namun saat Ia menyadarinya, Freen mengangguk canggung, bagaimana Ia harus menjelaskan kesalah pahaman ini nantinya.

"Iya, manja banget kayak anak raja. "

"Bisa aja, tapi kayaknya walaupun galak, Kalian sangat menyayangi satu sama lain. "

"Pasti dong, dapetinnya susah. "

"Gimana dok?"

"Dapetin perhatiannya maksudnya. "

"Oalah, gitu ya dokter Freen? tapi kayaknya anaknya asik, boleh kenalin ke Aku dong dok?"

No way, bisa-bisa Becky meledak seketika saat tau Freen mengenalkan dirinya sebagai adik kepada wanita lain.

"Kapan-kapan ya dok, Dia galak soalnya. "

 "

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
After met you 2, Last chapter  (Freenbecky) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz