Tiga

3K 353 33
                                    

"Jadi setelah perjalanan panjang ini, Lo gak mau cerita apapun sama Gue?"

Mereka bahkan baru selesai untuk menguras otak masing-masing dengan ujian yang memusingkan itu, sekarang Becky masih harus mencari jawaban atas pertanyaan yang sudah dua puluh kali Irin tanyakan kepadanya sedari tadi.

"Gue beliin cilok kalau Lo jawab. "

"Tsk, kepo banget. "

"Sama teh sisri gula batu. "

"Oke, jadi dokter Freen itu tetangga Gue. "

"Ye, kalau itu nenek-nenek tua renta juga tau. "

"Lo pernah ngerasain keselek strikaan gak?"

"Iya iya sorry, lanjut. "

Kadang banyak hal yang Ia sendiri bingung untuk mulai dari mana untuk menjelaskan, karena Freem terlalu tiba-tiba untuknya dan sialnya menetap terlalu dalam di dasar hatinya.

Sebuah cerita yang mungkin konyol menurut orang lain tapi tidak untuknya, menyukai seseorang pada pandangan pertama memang apa salahnya?, ekpektasi itu adalah sebuah hal yang sering sekali terjadi dikalangan apapun, jadi mencintai dengan segala macam harapan itu boleh saja, asal masih masuk akal.

"Ya, pertama kali Dia pindah Gue sih udah tertarik ya, Dia cantik banget, cuma ya rada dingin. "

"Buset itu manusia apa Cisarua. "

"Becanda mulu kek Sule lu. "

"Eh kayaknya cinta Lo gak bertepuk sebelah tangan deh Bec. "

"Serius? tau dari mana Lo?"

"Ya soalnya sebelahnya lagi nepuknya ama kaki Lo. "

"Sialan ya Lo. "

Tidak masalah, Becky bukan si lemah yang harus berhenti untuk menyukai karena tidak ada balasan yang terlihat, kata Mama Sarah, kejar selagi bisa mengejar, kalau tidak terkejar, pakai mobil.

🔻🔺🔻

Suara gaduh terdengar dari ruang IGD, pasien kecelakaan yang baru saja masuk seketika membuat semua orang sibuk, Freen memperhatikannya, kali saja ada pasien henti nafas atau serangan jantung yang harus Ia bantu, ini masih belum jadwal visitnya, ini masih sangat siang, karena Freen memiliki jadwal nanti di sore hari, namun hanya karena Ia harus mengantar Becky ke kampus, Freen memutuskan untuk datang lebih cepat saja.

"Semua baik?"

"Baik dokter. "

"Syukurlah. "

"Kamu datang terlalu siang, ada yang harus di lakukan?"

"Nope, Aku belum memiliki jadwal tetap, untuk berjaga-jaga saja. "

"Mau makan siang bersama?"

"Sure, "

Keith, mantan kekasihnya, masih sama, walaupun sudah bertahun-tahun memutuskan untuk kembali sibuk dengan dunia Mereka masing-masing karena sebuah hal gila yang tidak bisa diterima akal sehat siapapun.

Freen masih teringat sikap konyol yang Becky lakukan setiap harinya, tidak menutup mata, lebih pasrah dan membiarkan gadis itu melakukan apapun, toh Freen tidak terganggu sama sekali dengan itu.

"Nonton apa?"

"Ini, video Becky ngebully kucing yang makan bunga kesayangannya. "

"Oh tetangga Kamu itu ya?"

"Hmm, Dia lucu banget, kadang tingkah Dia di luar nalar, tapi menghibur. "

"Do you like her?"

"Kenapa Aku harus tidak menyukainya?"

Freen bingung, jarak umur di antara Mereka sangat jauh, dan tentang cinta Freen sudah sangat kaku.

"Seharusnya Kamu nikah, udah 35 tahun. "

"Gak dulu. "

"Kamu masih marah tentang semuanya?"

"Udah gak, toh gak ada yang bisa diperbaiki lagi kan?"

Gawainya berdering, Freen lebih tertarik dengan panggilan itu, nama Sarah adalah magnet terkuat yang pernah Ia temui.

"Ah, iya Tan, baik, Aku otw sekarang. "

Entahlah, rasanya cukup beda, karena dengan Sarah dan Becky, Ia kembali menemukan rumahnya kembali.

🔻🔺🔻

Bau rempah yang menyeruak, perutnya berbunyi nyaring, memang kadang rasa lapar sedikit kurang ajar.

"Bantuin Mama sini. "

"Ma, belum juga duduk, "

"Sini gimik buruan, "

"Gimik ngapain sih, orang ketimbang masak aja pakek gimik, emang uya kuya. "

"Pengen di nilai bintang lima gak ama custumer?"

"Gojek kali ah, ogah, mending Aku nonton TV. "

"Iss ya udah Mama udah kasih jembatan ya, Kamu aja yang males. "

"Pemerintah kali ah ngasih jembatan. "

Jadi, hal yang paling enak setelah seharian berkutat dengan segala macam soal ujian yang membuat otaknya melepuh, adalah leyeh-leyeh seperti bos besar tanpa peduli dengan huru-hara sekitar nan berisik.

"Buk, ada Non Freen. " Bik Ina sedikit berteriak.

Telinga itu mendengar, Becky bangun seketika dan berlari ke arah dapur di mana sang Mama berada, merebut apapun yang bisa Ia lakukan.

"Apaan, sana nonton TV, katanya capek, "

"Mama sayang apa yang bisa Aku bantu. "

"Udah mau selesai, sana duduk aja. "

"Gak dong Ma, sebagai anak Aku harus berbakti kan?"

"Gak, Mama dulu juga gak berbakti sama Bundanya Mama, "

"Ma Aku serius ih. "

"Serius mah udah bubar, "

"Mama, Aku sumpain upilnya segede bola tenis. "

"Ya jangan dong, " protesnya, Sarah tidak suka apapum yang Becky katakan, jujur mulutnya terlalu asin untuk sebuah sumpah, terakhir gadis itu mengutuk tukang bakso aci agar masuk got karena tidak mendengar panggilannya, eh beneran kejadian.

"Ni potong buah aja, jangan dicemilin. "

"Iya, bawel banget perempuan. "

Kayaknya, Mereka juara tentang gimik, menciptakan suasana selayaknya itu terjadi senatural mungkin, Freen tidak terlalu peka dengan sekitar, jadi melihat Becky seperti saat ini, Ia cukup terkesima.

"Siang dokter. "

"Siang Bec, Tan. "

"Duduk dulu dok, sotonya udah mateng kok tenang. "

Apa boleh Becky berharap jika wanita yang ada di hadapannya ini menjadi miliknya?, karena terlalu sempurna untuk tidak dimiliki.

"Ini buahnya dok. "

"Kamu?"

"Kenapa?"

"Cantik. "

Sumpah kalau gak Jenlisa, Gue gak dapet feel kocaknya nulis, karena kalau gak Lisa ya gak terlalu blangsak aja menurut Gue, sorry kalau gak terlalu menarik yak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sumpah kalau gak Jenlisa, Gue gak dapet feel kocaknya nulis, karena kalau gak Lisa ya gak terlalu blangsak aja menurut Gue, sorry kalau gak terlalu menarik yak.

After met you 2, Last chapter  (Freenbecky) Where stories live. Discover now