EPISODE 9: Serangan Makhluk Mistis

48 8 1
                                    

Langit gelap, komet masih sangat jelas walau ekornya memendek. Komet itu perlahan mulai meninggalkan bumi. Di tepi sungai Bengawan Solo jauh di selatan dekat hulu, Anjani berjalan-jalan dengan Jaka Karsa. Rambut panjangnya masih anggun walau sudah tak rapi, selendang biru masih terikat di pinggang langsingnya. Kecantikannya tak pernah berkurang walau riasannya sudah luntur. Tempat itu sangatlah menakjubkan, reruntuhan yang seperti istana itu masih punya bentuk dasarnya. Anjani terkagum memandang sekitar dari bangunan yang seolah menyatu dengan tebing. Ada banyak reruntuhan di atasnya lagi. Seperti istana itu dibangun seperti sarang walet yang memenuhi tebing. Sungai puluhan meter di bawah tampak tenang.

"Tempat apa sebenarnya ini?" gumam Anjani.

"Aku menemukannya sepuluh tahun lalu. Tempat ini tak terjamah untuk waktu yang lama, orang-orang mengatakan lembah ini dulunya suci tapi sekarang penuh roh jahat. Legenda mengatakan lembah ini dulunya tempat Dewa, tapi setelah perang melawan Dunia Bawah tempat ini ditinggalkan dan roh dari Dunia Bawah tetap tinggal," jelas Karsa panjang lebar. "Aku menamainya Lembah Suci," tambahnya.

Anjani tertawa getir. "Sebagian orang sudah meninggalkan kepercayaan bahwa Dewa pernah tinggal di tanah Jawa. Tanah suci ini memang sudah ternodai oleh dosa."

"Tanah ini masih suci, Anjani. Maksudku tempat ini."

"Semua reruntuhan rumah Dewa adalah suci."

"Bukan itu maksudku," tukas Karsa lembut. "Biar kutunjukan." Kemudian dia membawa Anjani menaiki tangga menuju tempat lebih tinggi dan pepohonan di tebing lebih lebat.

Karsa membawa obornya masuk ke bangunan dengan puluhan pilar tinggi yang sebagian sudah hancur, atap dan dindingnya sudah tidak ada bahkan. Mereka memasuki dinding tebing. Anjani terus mengekori.

Mereka tiba di sebuah aula besar, obor-obor di dinding menerangi setiap sudutnya. Karsa menunjukan sebuah prasasti batu yang terbelah jadi dua, dia mendekatkan obornya agar makin jelas. Anjani terkesima mengelus tulisan-tulisannya.

"Ini adalah bahasa tertua di Tanah Jawa. Tidak ada lagi yang melafalkannya kecuali resi-resi yang sudah tua. Apa kamu tahu artinya, Karsa?" gumam Anjani.

"Aku pernah meminta bantuan seorang resi untuk menerjemahkannya. Ini bertuliskan tentang bagaimana para Dewa meninggalkan tanah Jawa dan mengutus manusia-manusia paling suci untuk memerintah di kerajaan langit dan menjadikan mereka bidadara dan bidadari. Ada tujuh gadis yang paling suci dan masing-masing diantara mereka dikaruniai selendang sakti," jelas Karsa.

Anjani masih terkesima. "Ini nyata. Pertarungan Dewa-Dewi melawan para iblis itu nyata. Mereka menang tapi tetap naik ke Mayapada."

"Tidak, Anjani," sela Karsa. "Para Dewa memang menang dalam pertempuran, tapi mereka tidak benar-benar mengalah sang raja iblis." Kemudian Karsa menggeser obornya ke bawah. "Sang Raja Iblis dikurung di gunung Ijen. Dia dijaga oleh seorang bidadara suci yang paling sakti, bahkan bisa menyembuhkan penyakit apapun." Dia berhenti sejenak dan menarik nafas. "Semua legenda dan mitos yang diceritakan nenek kita itu benar adanya. Ayo, masih ada yang ingin aku tunjukan lagi," cetusnya yang kemudian beralih ke sebuah gerbang segitiga. Mereka memasukinya.

Tempat mirip gua itu sungguh gelap dan agak pengap, hanya obor Karsa yang menerangi jalan. Anjani melirik was-was sekarang, dia merasa sedang diawasi. Benar saja, semakin dalam ia mendengar suara erangan binatang. Anjani terus mengikuti Karsa hingga sampai ke ujung. Di dinding batu tergambar sebuah relif barongan. Bau minyak sangat menyengat, itu berasal dari parit yang ada di bawah dinidng relief. Karsa menyalakannya. Seketika api merambat ke sepanjang parit yang mengelilingi ruang gelap itu dengan cepat.

Cahaya mulai menerangi setiap sudut ruangan. Anjani terlonjak kaget melihat tempat itu merupakan sarang makhluk yang mirip singa namun lebih panjang berbulu putih dan hitam yang lebat panjang dengan taring yang mencuat dari mulutnya. Jumlah mereka cukup banyak, belasan. Anjani mundur beberapa langkah saking kagetnya.

Jaka Tarub dan Tujuh BidadariWhere stories live. Discover now