25

29 5 4
                                    

Matahari belum terbit ketika 3 orang duduk santai di cafe gedung yang tampak nyaris kosong. Mengingat jam kantor yang baru dimulai 2,5 jam lagi, suasana menyeramkan di sana sedikit bisa dimaklumi. Walau sepi dan stan penjual makanan semuanya tutup, ketiganya nampak asik memasak makanan dengan pembakar yang ada di meja. Lebih tepatnya, 1 orang yang memasak dan 2 lainnya tampak kelelahan.

"Unnie, apa masih lama? Aku lapaaar," adu Rain sebelum meminum air mineral dari tumblernya, "Aku menyesal mengikutimu ke lokasi filming,"

"Aku sudah bilang jika syutingnya akan memakan waktu semalaman. Kamu saja yang tidak percaya," gumam Eunbi yang kini mengoleskan bumbu ke daging yang sedang dipanggang di atas api.

"Aku juga sudah mengingatkanmu tentang photoshootmu di agensi pagi ini," cibir Seojang yang mau tak mau ikut terseret dalam kebodohan rekan kerjanya.

"Aku lupa jika harus menangkap view sunset,"

"Bedakan antara sunset dan sunrise. Bodoh sekali,"

"Hiks, unnie, lihat. Alex sangat jahat padaku,"

"Berhentilah bertengkar. Aku yang mendengar saja ikut pusing," omel Eunbi sebelum menoleh pada Seojang, "Semalam, Eunseo mencarimu,"

"Dia jelas masih tidur sekarang. Aku akan menelfonnya nanti siang,"

Seojang memakan daging panggang yang dimasak Eunbi dengan poker facenya. Setelah menyelesaikan sarapannya, ia mengantarkan Rain kembali ke apartemennya sebelum pergi bersama si sulung menuju Suwon. Jika kemarin ia perlu melakukan filming di malam hari, hari ini adalah kebalikannya. Jika bukan demi shoot Rain, dia dan sang kakak tidak akan kembali ke Seoul. Selain membuang-buang waktu, perjalanan bolak balik ini hanya menghabiskan tenaga mereka.

"Kalian sudah kembali? Cepat bersiap, setelah ini giliran kalian," sapa sutradara Young ketika melihat duo berjalan tergesa ke arahnya, "Yeonji, kemarilah. Ada sedikit penyesuaian untuk adeganmu,"

Seojang hanya diam ketika mendengar penuturan itu. Ia dengan cepat berjalan menuju truk yang menjadi lokasi rias dan berganti pakaian. Mengingat perannya sebagai mahasiswi normal, pakaiannya dan riasannya terbilang natural. Bahkan, sebenarnya, tidak masalah untuknya tampil bare face. Namun sayang, lingkar hitam dibawah matanya tidak memungkinkannya bertindak demikian. Bagaimanapun, karakter Cha Haewon lebih memilih melewatkan jadwal kelas dibanding kekurangan tidur.

"Alex? Kamu sudah siap?" tanya sutradara Young saat melihat si aktris pendatang baru duduk membaca script naskah di sudut sambil menguap.

"Mhm," angguknya sebelum berjalan ke tengah lokasi syuting.

"Roll 12, Scene 1, Take 1...Action!"

"Eeeehh? Lihat, siapa ini," ungkap Seojang dengan nada main-mainnya, "Lama tidak bertemu, Hyojung-unnie,"

"Tsk, tiba-tiba aku menyesal menghampirimu," sesal Eunbi yang memasang tampak menyedihkan, "Ayo ikut aku,"

"Kemana? Aku mau ke kampus,"

"Tumben sekali. Sejak kapan pemalas ini sadar diri?"

"Sejak kapan aku jadi pemalas?" hina Seojang, "Bagaimana hubunganmu dengan banci itu? Tsk, aku saja lebih baik darinya,"

"Lebih baik darimananya? Sikapmu terlalu busuk,"

"Aku termasuk mahasiswa berprestasi, pandai berkelahi, cantik, kaya, romantis," sebutnya dengan bangga sebelum mendekatkan wajahnya ke telinga sang kakak, "Aku juga pro dalam urusan ranjang,"

"KYAAAAA! PLAK,"

Seojang menatap tak percaya pada Eunbi yang tiba-tiba menamparnya. Apa ini penyesuaian yang diminta sutradara tadi? Seingatnya, tidak ada adegan penamparan seperti ini di script. Meski tidak sakit, ia tetap mengusap pipinya yang baru saja berciuman dengan telapak halus si sulung.

AutofocusWhere stories live. Discover now