8

24 5 2
                                    

"Pabo-yaaa, gantikan lampu di kamar mandi,"

"..."

"Heyy, pabo, temani aku ke minimarket membeli buah,"

"..."

"Paboo..hiks..ada kecoa di dapur,"

"..."

"Pabo.."

"..."

"Pabooooo.."

"..."

"PABOOO,"

Seojang mengabaikan teriakan Eunseo. Dia memilih menyelinap ke kamar sebelum duduk di samping Jimin yang masih terlelap. Namun, diluar dugaannya, sosok yang dikiranya masih tidur itu berpindah, menjadikan pangkuannya sebagai bantal.

"Eh? Pagi, unnie. Sejak kapan kamu terbangun?"

"PABOOO BANTU AKU MEMBERSIHKAN PERUT IKAAN,"

"Sejak unnie meneriakimu tadi subuh,"

"Maafkan aku dan Eunseo karena ribut sejak pagi-pagi buta,"

"Tidak apa. 4 tahun tinggal bersamanya...telingaku sudan terbiasa,"

"Unnie, kamu harus bangun dan mandi. Aku akan membantu Eunseo memasak,"

"Whyy? Belum 10 menit kamu melarikan diri darinya dan sekarang ingin kembali?"

"Aku tidak mau didatangi dengan pisau ditangannya,"

"..."

Butuh beberapa waktu untuk makanan terhidang rapi dimeja. Sekitar saat ini juga Jimin keluar dari kamar dengan rambut basahnya. Wajah mungil itu tampak segar. Jika Seojang tidak sedang mengalami fase keracunan, dia pasti akan menatap lekat pada wanita itu. Lengkap dengan senyum manisnya. Namun sekarang, dirinya hanya bisa menatap rekan sang kakak sejenak sebelum membuang muka. Matanya yang sebelumnya berkaca-kaca kini mengeluarkan air mata dengan cukup deras.

"Eh? Unnie, apa yang terjadi padanya?"

"Dia menyentuh bawang merah dan bubuk cabai,"

"Lalu?"

"Dia mengusap hidung dan mengucek matanya,"

Seojang tetap diam di posisinya saat mendengar kedua member TVB ini membicarakannya. Dia bisa menahan rasa panas di hidungnya, tetapi matanya tidak sekuat itu. Jadi, yang sekarang bisa dilakukannya adalah menangis. Setidaknya, air matanya bisa melarutkan capsaicin yang menempel di  sana. Meski bukan menangis karena tersakiti, dia tetap sesenggukan sesekali.

"Seo-ya, kamu tidak apa?"

"I guess so,"

"Akan kuambilkan pembilas mata. Tunggu sebentar,"

Seojang tidak merespons. Ia hanya diam dan terus menangis. Meski ragu, dia tetap menurut ketika Jimin menempelkan scarf di pipinya dan meneteskan apa yang disebut pembilas mata ke matanya secara bergantian. Tidak berhenti disitu, dia juga mengelap hidungnya dengan tisu basah.

"Bagaimana? Merasa lebih baik?"

"Hiks, terimakasih, unnie,"

"Kamu tidak mau berterimakasih padaku?" tanya Eunseo yang sejak tadi hanya diam dan mentertawakannya.

"Tsk, siapa yang menaburkan bubuk cabai di campuran marinasi beefku,"

"Yaaaa, salah siapa memegang mereka dengan tangan,"

AutofocusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang