24

28 6 5
                                    

"Alex, bangun. Sekarang sudah siang,"

"Tsk, 5 menit,"

"Aleexx, sekarang sudah pukul 10! Jangan lupa kamu punya janji pukul 11!"

Seojang membuka matanya saat merasakan selimutnya ditarik paksa. Meski masih mengantuk, ia tetap memilih duduk. Tangannya kembali meraih selimut untuk menutupi badan atasnya yang nyaris topless. Fokus matanya langsung tertuju pada wanita berambut pirang yang kembali menjauhkan selimut hitam itu. Helaan napasnya keluar sebelum meraih set pakaian bersih yang tergantung rapi di pintu wardrobe dan masuk ke kamar mandi.

Rasa lelahnya menumpuk sebab ia baru tiba di Perancis pagi tadi. Dibanding dengan beberapa hari lalu ketika dia dibangunkan oleh kecantikan di sisi ranjangnya, cara Audrey membangunkannya sedikit menyebalkan. Terlebih, tidak ada morning kiss dan kelembutan yang menggoda lagi, hanya gerutuan dan sikap galak sang asisten. Ingin mengabaikan pun, ia ingat janji temunya dengan salah satu kliennya.

"ALEX! CEPATLAH!"

Senyum sedihnya terbit saat mendengar teriakan nyaring itu. Setelah mengeringkan diri, ia langsung berganti pakaian. Dengan paduan celana chino hitam yang menutupi legging khususnya, ia memakai baselayer hangat yang ditutup dengan kemeja berwarna navy. Tak lupa coat dan syal yang berwarna senada dengan boots coklatnya. Segera, ia menuju SUV yang dikemudikan oleh Audrey. Tidak butuh waktu untuk mobilnya bergabung dengan kendaraan lain di jalanan kota Paris.

"Bagaimana kuliahmu?"

"Kenapa setiap kali kamu kesini pasti menanyakan kuliahku?"

"Langsung menjawab saja apa susahnya," gerutunya, "Kapan kamu lulus?"

"Aku sudah menyelesaikan semuanya. Hanya perlu sidang. Jika sesuai jadwal, seharusnya 2 minggu lagi,"

"Ooh, urusan administrasi studio bisa diurus dari jarak jauh, kan?"

"Kenapa memangnya?"

"Kamu tau, aku butuh bantuanmu dengan sesuatu di Korea,"

Seojang menjelaskan garis besar tujuannya menemui Audrey kali ini. Waktunya untuk menggantikan sang ibu semakin menipis. Dengan latar belakangnya, ia tidak bisa mengatasi masalah manajemen internal FV dengan baik. Dalam hal ini, Audrey adalah kandidat terbaik. Terlebih, dia lebih dari sangat mampu untuk menghandel lebih dari 20 studionya yang tersebar di berbagai negara sebagai pekerjaan sampingan. Jadi, dengan selesainya kuliah program master wanita ini, dia seharusnya mampu untuk mengikuti training dengan Soyoung sambil menghandel urusan bisnisnya yang lain.

"Oh, kenapa mendadak sekali?"

"Aku tidak ingin mengganggu kuliahmu. Jadi, aku menunggumu menyelesaikan urusan pendidikanmu dulu,"

"Lalu, siapa yang akan kuikuti ini? Keluargamu? Dari ceritamu, sepertinya kamu adalah pewaris sebuah perusahaan. Diam saja jika kamu merasa berat untuk bercerita,"

"Sigh, dugaanmu tidak salah. Tentang orang yang kamu ikuti, dia ibuku,"

"Oh? Ibumu? Apa dia saudari dari bibi cantikmu itu?"

"Ibuku adalah kakak bibiku,"

"Ooohhh, jika anaknya sepertimu dan bibimu seperti itu...apa ibumu juga cantik? Apa dia galak? Aku merasa takut jika sikapnya seperti bibimu,"

"..."

Seojang tidak bisa berkata-kata atas pertanyaan yang diajukan Audrey. Ia hanya bisa menatap sang asisten dalam diam ketika mendengar tawa renyahnya. Helaan napasnya keluar ketika mobilnya berhenti di basement salah satu hotel bintang 5 di dekat menara Eiffel. Meski agak malas, ia tetap menegakkan punggungnya ketika berjalan menuju restaurant mewah yang ada di lantai dasar hotel.

AutofocusWhere stories live. Discover now